Kesultanan Serdang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaidirAndiNovianto (bicara | kontrib)
Lihat Pula: Menambahkan daftar Lihat Pula
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 28:
|common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
|title_leader = [[Sultan]]
|leader1 = [[Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah]]
|year_leader1 = 1723-1782
|leader2 = [[Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah]]
|year_leader2 = 1879-1946
|leader3 = [[Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah]]
|year_leader3 = 2011-Sekarang
|currency =
Baris 39:
}}
 
'''Kesultanan Serdang''' berdiri tahun [[1723]] dan bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]] tahun [[1946]]. Kesultanan ini berpisah dari [[Kesultanan Deli|Deli]] setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun [[1720]]. Seperti kerajaan-kerajaan lain di [[pantai timur Sumatra]], Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan [[tembakau]], [[karet]], dan [[kelapa sawit]].
 
[[Serdang]] ditaklukkan tentara [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1865]]. Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun [[1907]], Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Dalam [[peristiwa revolusi sosial di Sumatra Timur]] tahun [[1946]], [[Sultan]] Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik.
 
Sekarang kesultanan Serdang masih berdiri, tetapi tidak memiliki kekuasaan dalam pemerintah. Namun, dalam hal hal tertentu pemerintah juga mengambil keputusan bersama. Kesultanan Serdang sampai sekarang masih melestarikan adat istiadat turun temurun.
 
== Wilayah Kekuasaan ==