Loro Blonyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hibensis (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Hibensis (bicara | kontrib)
Baris 4:
 
Loro Blonyo dipercaya membawa kesuburan kepada pemiliknya dan biasanya dipajang di halaman [[rumah]], [[pendopo]], pesta [[pernikahan]] dan tempat kebudayaan.{{Sfn|Fischer|1994}} Loro Blonyo kini menjadi sebuah simbol harapan. Patung tersebut tidak hanya menjadi penanda wilayah pribadi suami istri, namun juga menjadi simbol bahwa sang pemilik sudah memiliki keluarga.{{Sfn|Kartodirjo|1994}} Loro Blonyo juga dipercaya dapat menimbulkan aura positif di dalam rumah sehingga keharmonisan kehidupan rumah tangga tetap terjaga.{{Sfn|Kartodirjo|1994}}{{Sfn|Guntur|2010}}
 
== Etimologi ==
Loro Blonyo berasal dari kata [[bahasa Jawa]]: ''loro'' berarti "dua" dan ''blonyo'' berarti "luluran". Adapun bentuk kata kerja dalam bahasa Jawa: ''amblonyoi werna jenar'' yang berarti "melumuri warna kuning".{{Sfn|Poerwadarminta|1939}}
 
Loro Blonyo oleh masyarakat Jawa dipandang sebagai ''wadah tumuruning wiji'' yang berarti "tempat bibit yang akan tumbuh"{{Sfn|Poerwadarminta|1939}}, sehingga ditempatkan di dekat sepasang pengantin baru yang duduk bersandingan.{{Sfn|Guntur|2010}} Sebagai penolak bala, kedua wajah patung ''diblonyo'' warna putih, sementara badannya ''diblonyo'' warna kuning.{{Sfn|Ahimsa-Putra|2000}} Loro Blonyo kini dalam tradisi keluarga Jawa difungsikan sebagai hiasan yang ditempatkan di dalam rumah.{{Sfn|Guntur|2010}}
 
Loro Blonyo juga diinterpretasikan sebagai simbol seorang kekasih atau pengantin yang hendak dirias atau didandani, agar keduanya saling meluluhkan hati. Dalam filsafat Jawa dikenal dengan istilah ''loroning atunggal lan nyawiji'' yang berarti "keduanya menyatu dan bersatu" dalam satu keluarga.{{Sfn|Poerwadarminta|1939}} Loro Blonyo dapat pula berfungsi sebagai simbol keharmonisan berumah tangga.{{Sfn|Poerwadarminta|1939}}
 
 
== Referensi ==