Golden Eagle Energy: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 42:
Pada pertengahan 2009, tersiar kabar bahwa Eatertaiment International Tbk, akan diakuisisi oleh [[Rajawali Corpora]], sehingga harga sahamnya sempat meningkat.<Ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1143969/saham-eatertainment-aktif-lagi- Saham Eatertainment Aktif Lagi]</reF> Akhirnya, masuknya Rajawali menjadi kenyataan dengan dibelinya saham SMMT oleh beberapa perusahaan afiliasi grup tersebut, seperti Green Palm Resources dan PT Mutiara Timur Pratama yang totalnya mencapai 70,85% senilai Rp 12,739 miliar di tanggal 15-16 April 2010.<reF>[https://investasi.kontan.co.id/news/caplok-smmt-rajawali-masuk-bursa-lagi- Caplok SMMT, Rajawali Masuk Bursa Lagi]</ref> Seiring dengan akuisisi itu, Rajawali juga menempatkan orang-orangnya dalam kursi kepemimpinan PT Eatertainment International Tbk. Sejak awal, niat Rajawali untuk menjadikan perusahaan ini sebagai alat ''backdoor listing'' perusahaannya sudah nampak, dengan saat itu direncanakan akan mengelola bisnis [[kelapa sawit]] Rajawali Corpora.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1383493/rajawali-masuk-manajemen-saham-eatertainment-langsung-auto-reject-atas Rajawali Masuk Manajemen, Saham Eatertainment Langsung Auto Reject Atas]</ref>
 
Meskipun demikian, baru pada 2012, perombakan dilakukan dengan pada 18 Juni 2012, Eatertainment International Tbk mengumumkan niatnya mengakuisisi 99,12% saham PT Nagamas Makmur Jaya yang secara tidak langsung menguasai 39% di PT Internasional Prima Coal (prusahaan [[batu bara]] patungan Rajawali dengan PT [[Bukit Asam]] Tbk) senilai Rp 146 miliar; dan PT Rajawali Resources, pemilik 85% saham PT Triaryani yang memegang konsesi batu bara di [[Sumatra Selatan]] seluas 2.100 ha dengan nilai Rp 137 miliar. Maka jelas, Rajawali Corpora meniatkan Eatertainment menjadi perusahaan batu bara miliknya dalam transaksi dengan skema ''[[rights issue]]'' senilai total Rp 410 miliar ini.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1944367/garap-bisnis-tambang-eatertainment-rights-issue-rp-410-miliar Garap Bisnis Tambang, Eatertainment Rights Issue Rp 410 Miliar]</ref> Rajawali sendiri tercatat sudah menekuni bisnis batu bara ini sejak pertengahan 2000-an, melihat harga batu bara yang meningkat dan kini lewat skema ''backdoor listing'' telah menjadi perusahaan publik.<ref>[https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20220315093724-25-322803/raja-batu-bara-ri-peter-sondakh-jual-xl-nyebur-ke-batu-bara Raja Batu Bara RI: Peter Sondakh Jual XL, Nyebur ke Batu Bara]</ref> Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan di hari yang sama, bisnis Eatertainment International Tbk diubah menjadi bisnis tambang dari sebelumnya restoran dan hiburan.<Ref>[https://investor.id/market-and-corporate/38585/eatertainment-international-beralih-ke-bisnis-batubara Eatertainment International Beralih ke Bisnis Batubara]</reF> Perombakan bisnis ini diklaim karena bisnis restoran sudah tidak terlalu berkembang,<Ref name=lepas>[http://www.go-eagle.co.id/public/Buku%20Prospektus%20Eatertainment%20-%20FINAL%20Part%201.pdf Prospektus SMMT 2012]</reF> dan dengan mempertimbangkan berbagai prospek usaha yang berpotensi untuk dijajaki, dilihat bahwa bisnis pertambangan khususnya batu bara adalah salah satu bisnis yang paling menjanjikan dan sesuai.
 
Rajawali kemudian melepas hampir seluruh bisnis dan aset restoran/hiburan lama Eatertainment pada 10 Mei 2012<Ref name=lepas/> ke tangan Mullers dan keluarga (pemilik aslinya), dan kini bisnis restoran Mullers (Amigos, Papa Ron's, dll) berada di bawah PT Eatertainment Indonesia.<ref name=loco/> Tidak lama kemudian, nama PT Eatertainment International Tbk diganti menjadi '''PT Golden Eagle Energy Tbk''' sejak 15 Agustus 2012.<ref name=pub/> Seiring perombakan ini, identitas serta logo diubah untuk lebih mewakili aktivitas usahanya di bidang industri pertambangan.<ref>[http://www.go-eagle.co.id/id/history Sejarah Golden Eagle]</ref> Dari awalnya hanya memiliki 2 perusahaan batu bara, kemudian saat ini Golden Eagle berkembang seperti dengan proses akuisisi seperti pada PT Tabalong Prima Resources dan PT Mitra Hasrat Bersama di tahun 2015-2016,<ref>[https://market.bisnis.com/read/20150602/192/439378/anak-usaha-golden-eagle-energy-beli-saham-us123-juta- Anak Usaha Golden Eagle Energy Beli Saham US$12,3 juta]</ref><ref>[https://www.infovesta.com/index/news/newsread;jsessionid=DDF37EBCBF4060377C5DA2D0B615368C.NGXB/939c4968-d2d9-4f61-8f94-5b9e522d2e5e GOLDEN EAGLE FOKUS PADA...]</reF> dan sebelumnya beberapa tambang di [[Kalimantan Timur]] dan [[Sumatra Selatan]].<Ref>[https://www.transformasinews.com/golden-eagle-energy-akuisisi-tambang-di-kaltim-dan-sumsel/ Golden Eagle Energy Akuisisi Tambang di Kaltim dan Sumsel]</ref> Pada tahun 2021, diperkirakan penjualannya sebesar Rp 508 miliar di tahun 2021, meningkat 243% dibandingkan Rp 209 miliar pada tahun sebelumnya dan membukukan laba bersih sebesar Rp 250 miliar. Penjualan Golden Eagle Energy juga naik 67% dari 1,2 juta ton menjadi 2,0 juta ton dengan komposisi penjualan domestik 72% atau sebesar 1,46 juta ton. Pada tahun yang sama, perusahaan memiliki 91 karyawan, naik dari 82 karyawan di tahun 2020.<ref name=pub/>