Wabi-sabi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ZandrLacx (bicara | kontrib)
ce
ZandrLacx (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
== Sejarah ==
Sejarah ''wabi sabi'' bermula dari buah pemikiran [[Zen|Zen Buddhisme]], yang berakar dari kepercayaan [[Taoisme]]. Perkembangan ''wabi sabi'' dipercayai bermula dari zaman [[Dinasti Song]], dimana aspek-aspek kesenian pada zaman tersebut mulai condong pada prinsip estetika ''wabi sabi''.<ref>{{Harvnb|Juniper|2003|p=7, 9}}</ref> Pada saat ini juga jenis lukisan literati atau ''wen-jen hua'' mulai bermunculan. Pelukis-pelukis tersebut berasal dari akademi Sekolah Selatan [[Lukisan Tionghoa]], yang seringkali bertentangan dengan para pelukis dari Sekolah Utara, dikarenakan gaya lukisan mereka yang lebih sederhana. Keringkasan karya seni tersebut menjadi ciri khas yang menetapkan bentuk estetika ''wabi sabi'' nantinya.<ref>{{Harvnb|Juniper|2003|p=9}}</ref>
 
Salah satu perkembangan apresiasi terhadap objek fisik bermulai ketika para [[biksu]], yang [[Kuil Buddha|kuil]]<nowiki/>nya kekurangan dana, harus menjamu dan menghibur tamu yang datang. Karena mereka tidak mempunyai karya seni yang berkualitas tinggi, mereka terpaksa menggunakan barang apa adanya untuk memberikan perasaan senang kepada tamu yang datang.<ref name=":2">{{Harvnb|Juniper|2003|p=10}}</ref> Dengan begitu, mereka fokus terhadap rasa kerendahhatian yang dihasilkan oleh benda-benda sederhana itu. Benda-benda tersebut juga melambangkan ''mujo'', sebuah prinsip Buddhis yang melambangkan kefanaan.<ref name=":2" />
Baris 22:
Ahli upacara minum teh ''wabi sabi'' pertama adalah [[Murata Shukō]], yaitu seorang murid dari [[Ikkyū]].<ref name=":3" /><ref>{{Harvnb|Powell|2004|p=85}}</ref><ref>{{Harvnb|Koren|2008|p=32}}</ref> Pada saat itu, peralatan-peralatan yang digunakan untuk upacara teh berasal dari Tiongkok, yang terlihat indah dan bernilai mahal. Shukō tidak menyukai peralatan tersebut dan lebih memilih untuk menggunakan peralatan yang terlihat sederhana walaupun kurang terlihat mencolok dan menakjubkan.<ref>{{Harvnb|Powell|2004|p=86}}</ref> Ini membuat upacara minum teh ''wabi sabi'' lebih alami dan sederhana, yang digunakan untuk menenangkan pikiran peserta upacara tersebut.<ref>{{Harvnb|Powell|2004|p=87}}</ref>
 
Pada zaman itu juga, ada seseorang bernama [[Sen no Rikyū]], yang menjadi tokoh terpenting dalam perkembangan kegiatan upacara teh. RikyuRikyū bekerjaadalah sebagaiseorang biksu Zen yang bekerja di [[Kuil Daitokuji]], [[Kyoto]], selama beberapa tahun.<ref name=":4">{{Harvnb|Juniper|2003|p=40}}</ref> Rikyū menjadi kepala upacara minum teh untuk [[Toyotomi Hideyoshi]].<ref name=":4" /><ref>{{Harvnb|Powell|2004|p=88}}</ref> Ia membuang segala hal yang tidakia anggap kurang berguna dari kegiatan upacara minum teh tersebut dan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam, seperti [[bambu]], [[gelagah]], [[tanah liat]], dan [[kayu]], sebagai unsur dari ruang minum tehnya, karena ia merasa tujuan Zen adalah untuk menyucikan jiwa seseorang dengan menjadi satu dengan alam.<ref>{{Harvnb|Powell|2004|p=89}}</ref> Ide arsitektural ruang minum teh Rikyū terinspirasi dari desain sederhana kuil-kuil Zen.<ref>{{Harvnb|Juniper|2003|p=41}}</ref>[[Berkas:Contemporary_wabi-sabi_tea_bowl.jpg|kiri|jmpl| Tempat minum teh modern dibuat dalam gaya ''wabi-sabi'']]
 
== Sentimen istilah ==
Baris 73:
 
== Referensi ==
 
=== Catatan kaki ===
{{Reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|title=Wabi Sabi Style|last=Crowley, James and Sandra|publisher=Gibbs Smith, Publisher|year=2001|isbn=1-58685-753-3}} <bdi> {{Cite book|title=Wabi Sabi Style|last=Crowley, James and Sandra|publisher=Gibbs Smith, Publisher|year=2001|isbn=1-58685-753-3}} </bdi> {{Cite book|title=Wabi Sabi Style|last=Crowley, James and Sandra|publisher=Gibbs Smith, Publisher|year=2001|isbn=1-58685-753-3}}
* {{Cite book|title=Wabi-Sabi for Artists, Designers, Poets & Philosophers|last=Koren, Leonard|publisher=Imperfect Publishing|year=2008|isbn=978-0-9814846-0-0|location=Point Reyes, CA}} <bdi> </bdi>
* {{Cite book|title=Zen and Japanese Culture|last=Suzuki, Daisetz T.|publisher=MJF Books|year=1959|isbn=1-56731-124-5|location=New York|pages=19–38|chapter=Chapter 2: General Remarks on Japanese Art Culture}} <bdi> {{Cite book|title=Zen and Japanese Culture|last=Suzuki, Daisetz T.|publisher=MJF Books|year=1959|isbn=1-56731-124-5|location=New York|pages=19–38|chapter=Chapter 2: General Remarks on Japanese Art Culture}} </bdi> {{Cite book|title=Zen and Japanese Culture|last=Suzuki, Daisetz T.|publisher=MJF Books|year=1959|isbn=1-56731-124-5|location=New York|pages=19–38|chapter=Chapter 2: General Remarks on Japanese Art Culture}}
* Tierney, Lennox (1999), ''Wabi Sabi'', Layton, Utah: Gibbs Smith, Penerbit. {{ISBN|0-87905-849-8}} [[International Standard Book Number|ISBN]] &nbsp; [[Istimewa:BookSources/0-87905-849-8|0-87905-849-8]]
* {{Cite book|url=https://archive.org/details/wabisabijapanese00juni|title=Wabi Sabi: The Japanese Art of Impermanence|last=Juniper|first=Andrew|publisher=Tuttle Publishing|year=2003|isbn=0-8048-3482-2|url-access=registration|ref=harv}}
* {{Cite book|title=Wabi-Sabi for Artists, Designers, Poets & Philosophers|last=Koren|first=Leonard|publisher=Imperfect Publishing|year=2008|isbn=978-0-9814846-0-0|location=Point Reyes, CA|ref=harv}}