Keimanan dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaskia Zahra (bicara | kontrib)
top: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Saya menambahkan lebih banyak sumber dan referensi dari hadits-hadits terutama yang sahih dan pendapat para ulama klasik
Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{Merge|Rukun Iman}}
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Keimanan dalam agama Islam''' adalah pengesahan dan penegasan, dan itu adalah bahan '''kepercayaan''' dalam bahasa, di mana buku-buku bahasa telah berkembang dalam perluasan yang memenuhi pemahaman ulama.
Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan [[dogma]] atau persangkaan tetapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
 
Itu sendi dan kepercayaan diri seorangnya
 
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll.
Dalam terminologi hukum Islam alias [[Syariat Islam|syariah]], itu adalah kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan pada malaikat-Nya, dan kepercayaan pada kitab-kitabnya. kepercayaan kepada Rasul-Nya, kepercayaan kepada Hari Akhir, dan kepercayaan kepada takdir, baik dan buruknya. <ref>{{Cite journal|last=مارف|first=م.م خليل أحمد|date=2016-04-01|title=ندرة الموارد الاقتصادية من حيث الأصل بين الحقيقة والأوهام|url=http://dx.doi.org/10.32410/huj-10153|journal=Halabja University Journal|volume=1|issue=3|pages=28–46|doi=10.32410/huj-10153|issn=2412-9607}}</ref>
Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran sebagai yang tertulis di bawah ini:
 
== '''Mendefinisikan keiman secara hukum keadilan''' ==
Tafsirkan keimanan dalam arti: pengesahan, dan artinya: “ penerimaan dan penyerahan hati kepada apa yang diketahuinya tentang kebutuhan yang berasal dari agama [[Muhammad]] , saw. ” Itu adalah keyakinan di dalam hati, dan hanya Tuhan tahu sifat aslinya. Rukun iman ada enam: percaya kepada Tuhan, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul -rasul-Nya , Hari Akhir, dan takdir, yang baik dan yang buruk, dan ini adalah dasar-dasar iman.Semoga keselamatan dan berkah Allah atasnya dari Allah, dengan penerimaan, penerimaan dan kepastian.” Ini juga termasuk: kepercayaan pada yang gaib, seperti surga dan neraka, hari akhir,hari kebangkitan, hisab, keseimbangan, jalan, dan sebagainya. pada. Perbedaan antara Islam dan iman adalah bahwa Islam adalah pernyataan dan tindakan yang nyata, dan iman adalah keyakinan yang nyata, jadi tempatnya adalah hati. Iman adalah syarat benarnya bekerja dengan Allah, maka barang siapa mengerjakan amal saleh dalam keadaan tidak beriman kepada Allah; Tuhan tidak menerima itu darinya, tetapi dalam aturan duniawi, dia menerima yang nyata dan pertanggung jawabannya ada di sisi Tuhan. Dan iman mendorong pemiliknya untuk melakukan perbuatan yang diperintahkan Allah swt dalam hukum syariat berdasarkan quran dan dahis, tetapi perbuatan bukanlah syarat sahnya keimanan, dan sebagai imbalannya, dosa tidak menghilangkan keimanan sepenuhnya, tetapi keimanan bertambah dengan perbuatan dan ibadah. . <ref>{{Cite web|last=Tabari|first=Al|title=Tafsir al-Tabari|url=https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=5047&idfrom=4972&idto=4972&flag=0&bk_no=50&ayano=0&surano=0&bookhad=0|website=https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=5047&idfrom=4972&idto=4972&flag=0&bk_no=50&ayano=0&surano=0&bookhad=0|access-date=1-1-2019}}</ref>
 
 
=== Kata-kata ulama tentang arti iman ===
Nama iman menurut [[Suni|Ahl al-Sunnah wal-Jamaa’ah]] adalah: “ Beriman dengan hati, berbicara dengan lisan, dan bertindak dengan anggota badan dan rukun; Itu bertambah dengan ketaatan, dan berkurang dengan ketidaktaatan. » , dan di antara ucapan mereka tentang itu: <ref>{{Cite journal|last=عبود|first=ثائر غازي|date=2018|title=حقيقة الإيمان عند أهل اللغة والفرق الكلامية :, الماتريدية والاشاعرة إنموذجاً|url=http://dx.doi.org/10.36047/1227-000-026-013|journal=مجلة كلية الإمام الأعظم الجامعة|pages=619|doi=10.36047/1227-000-026-013}}</ref>
 
* [[Ibnu Abdil Barr|Ibn Abd al-Barr]] berkata : “ Para ahli fiqih dan hadits sepakat bahwa iman adalah pernyataan dan perbuatan, dan tidak ada perbuatan tanpa niat . » .
* [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Al - Syafi'i]] mengatakan dalam Kitab al-Umm : " Konsensus para sahabat , dan orang-orang yang mengikuti mereka setelah mereka, adalah bahwa kami menyadari bahwa iman adalah pernyataan, tindakan, dan niat . Salah satu dari tiga tidak. cukup untuk yang lain. » .
* [[Muhammad bin Ismail bin Muhammad bin Al-Fadl Al-Taymi Al-Asbahani]] berkata : “ iman dengan hati, dan bekerja dengan rukun . ”
* [[Sufyan bin Uyainah|Sufyan bin Uyaynah]] berkata : “ Iman adalah ucapan dan perbuatan, itu bertambah dan berkurang. » . <ref>{{Cite journal|last=المنصوري|first=عبدالواحد زيارة اسكندر|last2=يعقوب|first2=مصطفى حامد|date=2018|title=الظواهر الصوتية عند الأجهوري ت. 1066 هـ في شرح الدرر السنية في نظم السيرة النبوية للحافظ العراقي ت. 806 هـ|url=http://dx.doi.org/10.33762/0694-043-004-019|journal=مجلة أبحاث البصرة للعلوم الإنسانية|pages=392|doi=10.33762/0694-043-004-019}}</ref>
* [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Abu Al -Hasan Al-Asy’ari]] berkata : “ Mereka sepakat bahwa iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dan kami tidak ragu-ragu tentang apa yang Dia perintahkan kepada kami untuk beriman, dan kami tidak menguranginya, karena itulah tidak percaya. Bahkan jika kita semua melakukan tugas kita . ”
*
 
=== Perbedaan antara meningkatnya keimanan dan menurunnya iman, dan dampaknya terhadap Islam seseorangkeadilan ===
Iman itu ada derajatnya, bertambahnya keimanan dengan mencapainya, dan kebalikan dari itu semua adalah ciri-ciri orang munafik , dan kemunafikan juga ada ciri-cirinya.Mungkin seseorang telah mengumpulkan sebagian orang beriman dan sebagian ciri orang munafik. Semua itu tidak menghilangkan keislaman seseorang secara teori, tetapi berbeda dalam praktiknya, karena Allah mengancam orang-orang munafik dengan siksaan seperti azab orang-orang kafir, dan bahkan dimulai dengan orang-orang munafik; Di mana dia berkata: " Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di Neraka ."  Dan di tempat-tempat lain, dengan siksaan yang lebih berat, sebagaimana firman Yang Maha Kuasa: Orang-orang munafik akan berada di kedalaman api neraka yang paling rendah, dan kamu tidak akan menemukan penolong bagi mereka.  . Meskipun itu tidak menghilangkannya dari gelar Muslim di kalangan Muslim, selama dia tidak menemukan sesuatu yang menghilangkannya.
 
Kualitas iman dikenal sebagai orang beriman . Adapun kebalikan dari (sifat-sifat orang munafik), sebagian dari apa yang disebutkan Nabi dalam hadits: ((Empat orang yang ada di dalamnya adalah kemunafikan murni, dan siapa pun yang ada di dalamnya adalah salah satu yang istimewa di dalamnya. , dan itu boleh. Dan ketika dia bertengkar, dia bangun).<ref>{{Cite book|title=Al-Bukhari, 2459|url-status=live}}</ref>
 
*
*
*
 
[10:36] ''Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan''.
 
 
 
 
 
 
 
 
Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan [[Din]] Islam.