Layang Ijo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adist Robbi (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Adist Robbi (bicara | kontrib) beberapa bagian vital, revisi alur, dan beberapa typo |
||
Baris 3:
{{DISPLAYTITLE:Layang Ijo}}
'''Layang Ijo''' atau '''Risalah Hijau''' atau '''Kitab Ijo''' merupakan sebuah kitab tasawuf kuno yang berisi tentang tuntunan agama islam dari segi Syariat, Toriqoh, Hakikat, dan Ma'rifat. ''Layang'' dalam [[bahasa Jawa]] memiliki arti Surat. Hal ini senada dengan
== Sejarah dan Definisi ==
Kitab ini bertuliskan aksara arab dengan lafal Bahasa Jawa Kuno (Kawi dan [[Bahasa Sanskerta|Sanskrit]]/[[Bahasa Sanskerta|Sansekerta]]) atau yang lebih dikenal dengan aksara [[Abjad Pegon|pego]] dan ditulis pada lembaran kertas berwarna hijau (telor asin). Kertas yang digunakan merupakan kertas keluaran Eropa<ref name=":0">{{Cite journal|last=Said|first=Nur|date=20 Desember 2015|title=Jalan Tasawuf dalam Naskah Layang Ijo Koleksi Kyai Mohammad Thohari Sidoarjo, Jawa Timur|url=https://jlka.kemenag.go.id/index.php/lektur/article/view/230/|journal=Deskripsi data dan Pembahasan}}</ref>. Pada halaman sampul tidak ditemukan judul maupun penulis kitab ini. Kitab ini ada sejak jaman penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar akhir abad ke-18M.
Menurut KH Mohammad Thohari (Yai Thoha), kitab ini didapatkan dari Kyai Jaelani (K. Jaelani) yang berasal dari desa
# Layang Ijo hanya diberikan saja kepada K. Jaelani tanpa imbalan, dan
# K. Jaelani memberikan 2 pasang sapi kepada si Fulan sebagai imbalan
K. Jaelani akhirnya menyimpannya sebagai koleksi. Berselang beberapa bulan, K. Jaelani bermimpi bertemu dengan seseorang yang lain dan berkata "''Berikanlah kitab ini kepada orang yang bisa merasakan isinya!''". Hingga akhirnya, diputuskan untuk memberikan kitab tersebut kepada seorang Kyai bernama Kyai Khasan
Sepeninggalnya K. Jaelani, kitab ini sempat diminta kembali oleh anaknya karena mereka merasa kitab tersebut merupakan peninggalan paling berharga milik ayahnya dan langsung
==== Era Kyai Khasan
Kyai Khasan
# Asmini (
# [[KH Mohammad Thohari]] (Yai Thoha)
#
# Mohammad Ngali
# Siti Maryam
# Siti Aminah
# Akhmad
# Imam Bajuri
# Mohammad Sahid
# Ustman
Selama mempelajari kitab ini Kyai Khasan
Diantara
==== Era Kyai Mohammad
Pada era ini, Layang Ijo semakin dikenal oleh masyarakat. Pengajiannya rutin dilakukan pada malam jumat kliwon. Pengajian ini dilakukan secara bertahun-tahun. Uniknya, pembacaan kitab Layang Ijo ini dilantunkan menggunakan tembang jawa, seperti Asmarandana, Dandang Gula, dsb. Hal ini dilakukan dengan tujuan menarik perhatian masyarakat umum sekaligus mengenalkan ajaran islam lebih dalam lagi. Pembacaan kitab Layang Ijo ini dilakukan atas dasar cara para wali (terutama [[Sunan Bonang]] dan [[Sunan Kalijaga]]) yang menyebarkan agama islam melalui budaya jawa. Pelantunan tembang ini dilakukan secara bergantian oleh murid-murid Yai Thoha yang dianggap mampu. Setiap bait dilantunkan lalu dijelaskan (ditafsirkan) oleh Yai Thoha tentang makna dari bacaan tersebut. Setelah selesai ditafsirkan, maka ditembangkan bagian berikutnya. Begitu seterusnya hingga (dianggap) selesai 1 (satu) bab.
==== Layang Ijo Sidoarjo vs Layang Ijo Sragen ====
Sekitar tahun 2013-2014 tersebar berita tentang pembubaran Padepokan Santri Luwung (Al Luwung), Bedowo, Sragen, Jawa Tengah yang dinilai meresahkan masyarakat pada saat itu<ref>{{Cite web|last=FM|first=Fajri|date=10 Februari 2014|title=MUI Sragen Nyatakan Padepokan Santri Aluwung Menyimpang dari Islam|url=https://fajrifm.com/2014/02/10/mui-sragen-nyatakan-padepokan-santri-aluwung-menyimpang-dari-islam/|website=fajrifm.com|access-date=19 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Marwoto|first=Bambang Dwi|date=23 November 2013|editor-last=Burhani|editor-first=Ruslan|title=Warga bakar bangunan Pasujudan Santri Luwung Sragen|url=https://www.antaranews.com/berita/406375/warga-bakar-bangunan-pasujudan-santri-luwung-sragen|website=AntaraNews.com|access-date=19 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Yuniati|first=Ika|date=25 November 2013|title=KONFLIK PADEPOKAN BUMI ARUM : Kuasa Hukum Gus Anto: Ini Bukan Soal Aliran Sesat|url=https://www.solopos.com/konflik-padepokan-bumi-arum-kuasa-hukum-gus-anto-ini-bukan-soal-aliran-sesat-468325|website=solopos.cm|access-date=19 Mei 2022}}</ref>. Keresahan masyarakat bermula karena ritual yang dilakukan oleh penganut
Salah satu muridnya, Nuradi, menjelaskan tentang apa dan bagaimana Layang Ijo diajarkan kepada santri-santrinya di desa Wates Sari, Kecamatan Balong Bendo dan desa Doplang Tretek, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pembicaraan mereka berakhir pada sebuah dialog<ref>{{cite interview |last=Robbi |first=Adist |interviewer=[[Nuradi]]|title=Obrolan Ringan bersama Nuradi}}</ref>. ▼
▲Salah satu muridnya, Nuradi, menjelaskan tentang apa dan bagaimana Layang Ijo diajarkan kepada santri-santrinya di Wates Sari dan Doplang Tretek. Pembicaraan mereka berakhir pada sebuah dialog<ref>{{cite interview |last=Robbi |first=Adist |interviewer=[[Nuradi]]|title=Obrolan Ringan bersama Nuradi}}</ref>.
'''Pak Andi''': "Apakah kitab ini menimbulkan keresahan di masyarakat Anda?".
Baris 45 ⟶ 50:
Bisa disimpulkan bahwa Layang Ijo di Sragen dan Sidoarjo adalah berbeda karena tidak diajarkan langsung dari pemilik naskah asli sehingga salah dalam mengartikan isi dari Layang Ijo.
== Sekilas Isi Layang Ijo ==▼
[[Berkas:LAYANG IJO ASLI.png|jmpl|Bentuk ''cover'' Layang Ijo versi Mohammad Thohari]]
Pada dasarnya, Layang Ijo merupakan bentuk penafsiran dari Al Quran dan Al Hadist yang ditulis dalam aksara Pegon. Bagi siapapun yang membaca isi Layang Ijo tanpa dasar Al Qur'an dan Al Hadist, serta pengetahuan dasar agama yang kuat dan akal yang sehat tidak akan dapat menemukan makna yang sebenarnya. Selain bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuno, penulis sering menggunakan ungkapan atau kiasan yang multi-tafsir, sehingga membutuhkan referensi lain (Qur'an dan Hadist) untuk dapat memahami makna dan rasa-nya. Ibarat teka-teki (puzle) yang harus disusun satu-per-satu agar dapat terlihat gambar utuhnya.
Sulitnya memahami isi dari kitab ini merupakan salah satu alasan kenapa penyebarannya dilakukan secara tertutup. Hal tersebut juga bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan dalam memaknai dan memahami isi dari kitab tersebut.
▲== Sekilas Isi Layang Ijo ==
== Pranala luar ==
|