Pulau Ujir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 76:
| footnotes =}}'''Ujir''' adalah nama sebuah [[desa]] yang terletak di [[kecamatan]] [[Pulau-Pulau Aru, Kepulauan Aru|Kepulauan Aru]]. Nama desa ini diambil dari nama pulau utama, yakni '''Pulau Ujir''', yang melingkupi dua pulau kecil di sekitarnya, yakni [[Pulau Kenari (Kepulauan Aru)|Pulau Kenari]], dan [[Pulau Wasir (Kepulauan Aru)|Pulau Wasir]]. Pulau ini terletak sekitar 28 km sebelah utara daripada pusat kecamatan Pulau-Pulau Aru,<ref>{{cite map | author = Kontributor OpenStreetMap |author-link = OpenStreetMap | title = OpenStreetMap | map = Petunjuk Arah | map-url = https://www.openstreetmap.org/directions?engine=graphhopper_foot&route=-5.57848%2C134.29780%3B-5.76230%2C134.23325#map=11/-5.6620/134.2398 | access-date = 20 Mei 2022}}</ref> yakni [[Galai Dubu, Pulau-Pulau Aru, Kepulauan Aru|Galai Dubu]], yang terletak di [[Pulau Wamar]]. Ujir menjadi persinggahan pertama para pendatang, pedagang, ataupun penjelajah dari [[Nusa Tenggara Timur]] maupun [[Maluku Utara]] sebelum pembangunan [[Dobo]] sejak akhir abad ke-19.{{sfn|Whittaker|2019|p=380}}
== Sejarah ==
Pulau Ujir dihuni, setidaknya, sejak abad XVI, oleh orang-orang Eropa, yang tidak dapat dikonfirmasi antara orang Belanda ataupun orang Portugis.{{sfn|Handoko|2016|p=166}} Setelah Pulau Ujir ditinggalkan oleh orang-orang Eropa,{{kapan}} sebelum akhirnya ditinggalkan dan dihuni oleh penduduk Maluku beragama Islam yang memiliki relasi dengan orang-orang yang berada di [[Kesultanan Ternate]].{{sfn|Handoko|2016|p=164}} Orang-orang Islam yang memiliki relasi dengan Kesultanan Ternate ini lalu singgah di Pulau Ujir, mendirikan masjid, dan mengembangkan pemukiman yang disebut sebagai Kampung Lama Uifana.{{sfn|Handoko|2016|p=166}} Datangnya orang-orang Islam yang memiliki relasi dekat dengan Kesultanan Ternate, khususnya pedagang, ke Pulau Ujir ini menyebabkan pulau ini menjadi titik persinggahan di samping titik persinggahan yang ada di [[Kepulauan Kei]] dan [[Kepulauan Banda]].{{sfn|Handoko|2016|p=169}} Pulau ini, pada akhirnya, menjadi pulau pertama yang mayoritasnya dihuni oleh penganut agama Islam di Kepulauan Aru.<ref>{{cite news | date = 28 Juni 2015 | title = Jejak Tsunami di Kabupaten Kepulauan Aru Ditemukan | editor = Yusran Yunus | newspaper = [[Bisnis Indonesia]] | url = https://kabar24.bisnis.com/read/20150628/15/447918/jejak-tsunami-di-kabupaten-kepulauan-aru-ditemukan | access-date = 19 Mei 2022}}</ref> Catatan VOC menyebutkan bahwa Islam, melalui [[qadi]], masuk ke Pulau Ujir sejak 1650-51.{{sfn|Hägerdal|p=441}} Warga Pulau Ujir juga sempat meminta bantuan pengiriman guru agama Islam melalui seorang [[naturalis]] berkebangsaan Jerman, yakni [[Georg Rumphius]], pada tahun 1668.{{sfn|Hägerdal|p=441}}
 
Warga Desa Ujir, dalam [[Sejarah Maluku#Prapenjajahan|persaingan politik]] antara Uli Lima dengan Uli Siwa, selalu berpihak kepada Uli Siwa, setidaknya sejak tahun 1646, '53, dan '59.{{sfn|Hägerdal|p=440}} Seorang prajurit berpangkat kopral dan seorang guru agama Kristen di [[Pulau Wokam]], pada tahun 1674, menyebutkan bahwa setidaknya dua kapal dari [[Kesultanan Buton]] berdagang dengan warga Desa Ujir.{{sfn|Hägerdal|p=441}} Pada abad XVIII, Pulau Ujir menjadi pusat perlawanan warga Kepulauan Aru terhadap [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]].{{sfn|Whittaker|2019|p=380}} Satu serangan tercatat dari tentara VOC pernah terjadi di tahun 1790 untuk mengurangi pemberontakan warga Kepulauan Aru antara tahun 1787-91, yang dipimpin oleh [[Tamalola]].{{sfn|Hägerdal|2019|p=431}} Pada awal abad XIX, Ujir merupakan suatu daerah setingkat kabupaten bersama-sama dengan Pulau Wokam, Pulau Wamar, dan [[Pulau Maikoor]] di [[Kepulauan Aru]].{{sfn|Handoko|2016|p=171}} Catatan dari Odo Deodatus Taurn pada tahun [[1918]] menunjukkan bahwa Pulau Ujir menjadi destinasi para pedagang dari [[Pulau Seram]] sebelah timur.{{sfn|Handoko|2016|p=172}}
 
Selain Kampung Lama Uifana, terdapat juga Kampung Lama Ujir yang menjadi pemukiman di Pulau Ujir. Kampung ini terletak di sebelah kiri daripada sungai utama di pulau ujir.{{sfn|Whittaker|2019|p=380}} Kampung ini diberi nama Kampung ''Maiabil'' ([[Bahasa Ujir]]: pinggir kali).{{sfn|Whittaker|2019|p=380}} Kampung ini berusia lebih muda{{berapa}} dibandingkan dengan Kampung Lama Uifana meskipun keduanya sama-sama telah ditinggalkan pada akhir [[Perang Dunia II]].{{sfn|Handoko|2016|p=167}}{{sfn|Whittaker|2019|p=380}} Kampung Maiabil pernah dibom oleh [[Angkatan Udara Australia]] di tahun 1942 karena kampung Maiabil pernah dikira sebagai pemukiman orang Jepang.{{sfn|Whittaker|2019|p=380}}{{sfn|Hägerdal|2019|p=431}}
 
Sesudah pemboman Kampung Maiabil, Kampung Maiabil terabaikan dan sebahagian besar penduduk di Pulau Ujir kemudian berpindah ke sebelah barat pulau hingga saat ini.{{sfn|Hägerdal|2019|p=431}}
 
== Geografi ==