Negara Madinah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Sejarah
Baris 57:
Kelak, sejarah mencatat, perang badar menjadi tonggak penting eksistensi umat Islam dan Muhammad dalam merebut pengaruh, khususnya di jazirah Arab hingga akhirnya suku-suku lain secara politik mulai melihat Madinah sebagai Sebuah Kekuatan penting di Arab.
 
=== Penaklukan Makkah ===
Pada 10 Ramadhan 8 H atau Januari 630 M, Muhammad memimpin pasukan terbesar yang pernah meninggalkan Madinah. Hampir seluruh suku bergabung dalam pasukan Besar Itu.
 
 
Semula, Tak seorang pun tahu kemana tujuan pasukan itu. Bisa saja, pasukan itu, diarahkan ke Makkah atau menyerang suku-suku di selatan Madinah atau [[Thaif]] yang selama ini masih berlaku keras terhadap Muslim.
 
Pada akhirnya, kabar gerak pasukan besar ini pun terdengar. Tak hanya oleh kelompok-kelompok suku di selatan, tapi juga terdengar hingga oleh Quraiys di Makkah. Suku [[Bani Hawazin|Hawazin]], yang berada di selatan bersiap diri menyambut serangan Muhammad dan pasukannya.<ref>{{Cite book|last=Erdoğan|first=Mustafa|date=2013|url=https://www.worldcat.org/oclc/933298390|title=Prophet Muhammad : the beloved messenger of Allah|location=Clifton, New Jersey|isbn=978-1-59784-679-0|oclc=933298390}}</ref>
 
 
Sementara di Makkah, [[Suku Quraisy|Quraiys]] memiliki serangkaian bayangan yang mungkin terjadi atas kedatangan pasukan Muhammad ini. Pasukan memang kemudian diarahkan menuju Makkah. Malam sebelum pasukan menuju Makkah, salah satu petinggi Quraisy, [[Abu Sufyan]], juga [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Abbas]] bertemu Muhammad.
 
 
Dalam kesempatan itu, Muhammad sempat bertanya kepada Abu Sufyan apakah ia siap menerima Islam. Abu Sufyan menjawab ia sepakat akan proklamasi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, ia pun mengungkapkan masih meragukan kenabian Muhammad.
 
Abu Sufyan sempat mengamati pasukan besar Muhammad. Saat menunaikan [[Salat Subuh|Shalat Subuh]], seluruh pasukan menghadap ke arah Makkah. Ia pun kemudian bergumam bahwa Quraisy Makkah tampaknya harus menyerah karena ia melihat pasukan besar ini, juga terdiri dari gabungan dari berbagai suku.<ref>{{Cite journal|last=Nur Shiddiq|first=Muhammad|date=2020-12-22|title=Rawi Khawarij dalam Sahih Al-Bukhari|url=http://dx.doi.org/10.32505/al-bukhari.v3i2.1933|journal=Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis|volume=3|issue=2|pages=149–170|doi=10.32505/al-bukhari.v3i2.1933|issn=2622-7606}}</ref>
 
 
Maka tak lama kemudian Abu Sufyan pun bergegas ke Makkah. Ia mengingatkan agat Quraisy menyerah saja kepada Muhammad. Namun istri Abu Sufyan, [[Hindun binti Utbah|Hindun]], meradang marah mendengar pernyataan suaminya itu. Ia menganggap suaminya sebagai pelindung orang-orang busuk.<ref>{{Cite journal|last=ALLOUCHE|first=SHANI|date=2002-04|title=Chronology of Prophetic Events. By Fazlur Rehman Shaikh. Pp. 170. London: Ta-Ha Publishers, 2001.|url=http://dx.doi.org/10.3366/jqs.2002.4.1.94|journal=Journal of Qur'anic Studies|volume=4|issue=1|pages=94–98|doi=10.3366/jqs.2002.4.1.94|issn=1465-3591}}</ref>
 
 
Sebelum mencapai Makkah, Muhammad membagi pasukan menjadi empat bagian. Satu pasukan dipimpin Zubair bin Awwam yang masuk Makkah dari utara. Khalid bin Walid memimpin pasukan yang datang dari selatan. Sedangkan Sa'd bin Ubadah diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan yang masuk dari barat. Dan pasukan keempat dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah yang masuk dari arah pegunungan Hindi.
 
 
Saat masuk pasukan Muslim memasuki Makkah, tak ada perlawanan berarti. Meski memang ada perlawanan kecil yang dilakukan oleh pasukan Ikirimah, Shafwan dan Shuhail. Pasukan pimpinan Khalid bin Walid menghadapi perlawanan mereka. Dan akhirnya perlawanan pun bisa diredam.
 
 
Muhammad dan para sahabatnya kemudian melangkahkan kakinya ke [[Ka'bah]] untuk melakukan [[Tawaf|thawaf]] sebanyak tujuh kali. Usai Thawaf, Muhammad bersama para sahabatnya menghancurkan berhala dan gambar-gambar yang ada di dalam dan sekeliling Ka'bah.
 
 
Seiring dengan penghancuran berhala di dalam dan sekitar lingkungan Ka'bah itu, Lalu Muhammad menyitir surat Al-Isra ayat 81 (17:8),
 
"Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap."<ref>{{Cite journal|last=Nur Shiddiq|first=Muhammad|date=2020-12-22|title=Rawi Khawarij dalam Sahih Al-Bukhari|url=http://dx.doi.org/10.32505/al-bukhari.v3i2.1933|journal=Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis|volume=3|issue=2|pages=149–170|doi=10.32505/al-bukhari.v3i2.1933|issn=2622-7606}}</ref>
 
=== Masa Akhir ===
Akhir Dari Era Ini adalah Ketika Meninggalnya Nabi Besar Umat Islam, Muhammad.<ref>{{Cite web|title=Kisah Wafatnya Nabi Muhammad yang Membawa Kesedihan bagi Seluruh Kaum Muslimin|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/kisah-wafatnya-nabi-muhammad-yang-membawa-kesedihan-bagi-seluruh-kaum-muslimin-1wOlu33SN2Z|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2022-05-22}}</ref>
Penyebab Meninggalnya Nabi Muhammad adalah karena jatuh sakit. Muhammad Menderita sakit Setelah pulang dari haji Wada, tepatnya pada dua hari terakhir bulan Shafar, atau menjelang hari-hari pertama memasuki bulan bulan Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriyah.
Meskipun sakit, Nabi Muhammad tetap memenuhi kewajiban sebagai suami dengan berkeliling ke rumah-rumah istrinya. Ketika tiba di rumah istrinya yang bernama Maimunah, sakitnya tak tertahankan lagi. Lalu beliau mengumpulkan istri-istrinya dan meminta izin untuk tinggal di rumah Aisyah, Istrinya dan beristirahat di sana selama sakit.<ref>{{Cite web|last=Komariah|date=2020-11-30|title=Dakwah dalam Perspektif Sirah Nabi|url=http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/tp7ud|website=dx.doi.org|access-date=2022-05-22}}</ref>
Di masa sakitnya, Nabi Muhammad menyempatkan diri untuk menemui kaum Muslimin dan berwasiat kepada mereka untuk tidak menjadikan kuburan nabi-nabi, termasuk kuburannya nanti, sebagai masjid. Maksud dari perkataan tersebut ialah bahwa Nabi Muhammad melarang kaum Muslimin untuk menyembah kuburannya, kelak ketika ia telah meninggal.
Tak lama setelah Nabi Muhammad berwasiat kepada kaum Muslimin, sakit yang dideritanya kian parah. Akhirnya, ajal pun menghampiri. Wafatnya Nabi Muhammad membawa kesedihan kepada seluruh umatnya, terutama para keluarga dan sahabat, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
 
 
Setelah Meninggalnya Muhammad, Abu Bakar Terpilih Menjadi Khalifah Pertama Dan Memimpin Kekhalifahan Rasyidin menggantikan Kepemimpinan Muhammad Memimpin Arab.<ref>{{Cite journal|last=Rasyidin|first=Rasyidin|last2=Rahmah|first2=Asrur|date=2022-03-30|title=Ujrah Pembaca Al-Qur’an Pada Tempat Pemakaman Desa Keude Blang Aceh Timur Perspektif Fikih Muamalat|url=http://dx.doi.org/10.35961/teraju.v4i01.405|journal=TERAJU|volume=4|issue=01|pages=1–14|doi=10.35961/teraju.v4i01.405|issn=2715-386X}}</ref>
 
== Referensi ==
<references />
 
# Muhammad completes Hegira". History.com. Retrieved 13 December 2021.
# The Cambridge History of Islam (1977), p.
# Esposito 5
# 21
# ttps://kumparan.com/berita-hari-ini/kisah-wafatnya-nabi-muhammad-yang-membawa-kesedihan-bagi-seluruh-kaum-muslimin-1wOlu33SN2Z
#