Ndalem Brontokusuman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
#1Lib1Ref #1Lib1RefID |
|||
Baris 27:
Menurut tradisi Keraton Yogyakarta, raja selalu menyediakan kediaman bagi para abdi dalem, prajurit, serta putra-putrinya,<ref>{{Cite book|last=Nurhajarini, Dwi Ratna|first=dkk|year=2012|title=Yogyakarta: Dari Hutan Beringin ke Ibu Kota Daerah Istimewa|location=Yogyakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta|isbn=978-979-8971-40-2|page=14–15|ref={{sfnref|Nurhajarini, dkk|2012}}|url-status=live}}</ref> tetapi penggunaan ''ndalem'' atau tempat tinggal hanya bersifat hak pakai untuk putri keraton. Hal ini juga berlaku untuk Ndalem Brontokusuman. Setelah Brontokusumo meninggal, pihak keraton lantas mengambil alih lagi bangunan tersebut dan membiarkannya kosong, sampai akhirnya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meminjam halaman depannya untuk mendirikan [[Museum Perjuangan Yogyakarta]]. Bangunan ini juga sempat dipinjamkan oleh pihak keraton kepada [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]] (TNI-AD) sebagai tempat tinggal para prajurit, tetapi pertengahan tahun 1960 dipindahkan ke [[Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman]] yang berada di Jalan Bintaran Wetan No. 3, [[Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta|Kelurahan Gunungketur, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta.]]<ref name=":3" /><ref name=":2" />
Pada 1968, [[Hamengkubuwana IX]] memerintahkan B.R.M.{{efn|Bendara Raden Mas.}} Rabinharyani atau G.B.P.H.{{efn| Gusti
== Penetapan cagar budaya ==
|