Pembangunan Jaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 20:
Awalnya, perusahaan ini didirikan dalam rangka melaksanakan revitalisasi [[Pasar Senen]] yang pada tahun 1960-an telah menjadi kawasan yang kumuh. Ciputra bersama kedua rekannyalah yang menyusun rancangan revitalisasi daerah itu.<ref name=pjaya>[https://pembangunanjaya.com/about_us#history_company_milestone Sejarah & Perkembangan Perusahaan]</ref> Dengan kerja keras dan sosialisasi, belakangan masyarakat Senen yang awalnya menolak, kemudian menerima revitalisasi daerahnya. Proyek Senen kemudian mulai dikerjakan pada tahun 1964, yang disusul dengan pembangunan blok II hingga IV. Sempat terhenti dengan kemelut politik yang mendera Indonesia di pertengahan 1960-an, belakangan, dengan kehadiran gubernur baru, [[Ali Sadikin]], proyek Senen bisa berjalan lebih lancar dan selesai di era 1970-an. Pasar Senen pun berubah menjadi suatu kawasan yang modern.<ref name=pjaya/> Tidak hanya Proyek Senen, Pembangunan Jaya kemudian juga membangun proyek lain: saat masih dilakukan pembebasan lahan di daerah Senen, untuk menghimpun dana yang lebih banyak, Pembangunan Jaya membangun 26 rumah di lahan 200 meter persegi di daerah [[Slipi]], [[Jakarta Barat]] yang ternyata laris dijual. Pembangunan rumah di Slipi pada tahun 1961 tersebut merupakan proyek pertama yang dibangun oleh perusahaan ini (saat itu Pasar Senen masih dalam proses pembebasan lahan).<ref name=ciputra/><ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=2eoTAQAAMAAJ&dq=PT+PEMBANGUNAN+JAYA+1961&focus=searchwithinvolume&q=slipi Tempo, Volume 16]</ref> Belakangan, Pemda DKI Jaya kembali memiliki saham kembali di perusahaan ini yang mencapai 40%, sisanya swasta (Ciputra dkk).<ref name=pjaya/><ref name=mpderat/> Komposisi pemegang saham ini masih berlanjut hingga kini.
 
Pada saat proyek Senen masih berlangsung, Pemda DKI juga menunjuk PT Pembangunan Jaya untuk terjun mengembangkan kawasan [[Ancol, Pademangan, Jakarta Utara|Ancol]], [[Jakarta Utara]] yang diniatkan menjadi kawasan rekreasi sejak 1960-an juga oleh Presiden Soekarno. Layaknya proyek Senen, pembangunan Ancol juga sempat terhambat pembebasan lahan, konversi lahan [[rawa]] dan masalah lainnya.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=vLORHkeOr7wC&pg=PA299&dq=PT+PEMBANGUNAN+JAYA+1961&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjo2pv86on4AhXk7HMBHbxFAcU4FBDoAXoECAMQAg#v=onepage&q=PT%20PEMBANGUNAN%20JAYA%201961&f=false Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol: sebutir telur ...]</ref> Baru kemudian proyek tersebut bisa berjalan ketika Jakarta ada di tangan Ali Sadikin. Proyek itu kini sudah menjadi kawasan rekreasi ternama bernama [[Taman Impian Jaya Ancol]]. Setelah proyek itu selesai, Pembangunan Jaya meluaskan usahanya dengan menjadi pengembang properti, seperti salah satu yang terkenal adalah [[Bintaro Jaya]] di [[Tangerang]] dan [[Jakarta Selatan]] yang sudah dibangun sejak 1980, serta sebelumnya di [[Sunter AgungJaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara|Sunter Jaya]], Ancol Barat dan, Pesing, Jakarta.<ref name=bowo>[https://books.google.co.id/books?id=b3NREAAAQBAJ&pg=PA36&dq=PT+PEMBANGUNAN+JAYA+1961&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjo2pv86on4AhXk7HMBHbxFAcU4FBDoAXoECAQQAg#v=onepage&q=PT%20PEMBANGUNAN%20JAYA%201961&f=false Investigasi - Dana Kampanye Fauzi Bowo]</ref> Kramat Jaya Baru, dll.<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=hUnjAAAAMAAJ&dq=pembangunanjaya&focus=searchwithinvolume&q=jaya A Thousand Faces of Jakarta]</ref> Pembangunan Jaya juga diberi kepercayaan membangun sejumlah jembatan, jalan raya dan sempat juga merenovasi Balai Kota DKI Jakarta.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=eSkuAAAAMAAJ&pg=PA323&dq=PT+PEMBANGUNANJAYA&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwij6rGO74n4AhV573MBHd0dD8cQ6AF6BAgIEAI#v=onepage&q=PT%20PEMBANGUNANJAYA&f=false Gita Jaya: catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Kbukota ...]</ref>
 
[[Anak usaha]]nya pun kemudian beranak-pinak, dengan pada tahun 1970-an sudah memiliki lebih dari 10 anak usaha dan mencapai 20 anak usaha di tahun 1977 seperti PT Jaya Realty, PT Jaya Steel Indonesia dan PT Jaya Trade Indonesia yang bergerak dalam [[konstruksi]], [[ekspor]]-[[impor]], [[pariwisata]], ke[[listrik]]an, dan lainnya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=IPy7AAAAIAAJ&pg=RA1-PA98&dq=PT+PEMBANGUNANJAYA&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwij6rGO74n4AhV573MBHd0dD8cQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=PT%20PEMBANGUNANJAYA&f=false Legislatif Jaya, Volume 3,Masalah 24-28]</ref> Langkahnya kemudian lebih jauh lagi dengan terjun ke bisnis [[keuangan]], seperti dengan pendirian [[perusahaan pembiayaan]] PT Jaya Fuji Leasing Pratama (1982) dan [[bank]] PT [[Jayabank International]] (1989). Maka, kemudian PT Pembangunan Jaya tidak hanya sekedar perusahaan properti, tetapi sudah mengarah ke [[konglomerasi]], yang mencakup 50 anak usaha, 12.000 karyawan dengan aset Rp 297 miliar di bulan September 1986.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=g9frAAAAMAAJ&q=dengan+12.000+karyawan+,+1000+di+...&dq=dengan+12.000+karyawan+,+1000+di+...&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiapK-X8on4AhXIR2wGHbdJCFQQ6AF6BAgIEAI Ensiklopedi ekonomi, bisnis & manajemen: P-Z]</ref> Ciputra sendiri masih menjabat sebagai pimpinan ([[direktur]]) PT Pembangunan Jaya hingga 23 Juli 1996, ketika ia mengundurkan diri akibat alasan usia yang makin menua.<Ref>[https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20171219/Ciputra-pun-Pernah-Hampir-Bangkrut/ Ciputra pun Pernah Hampir Bangkrut]</ref> Pada tahun 1995, Pembangunan Jaya tercatat memiliki pendapatan Rp 1,9 miliar/tahun dan menjadi konglomerasi terbesar ke-23 di Indonesia.<ref name=wars>[https://books.google.co.id/books?id=KgxfDwAAQBAJ&pg=PT39&dq=PT+PEMBANGUNAN+JAYA+1961&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjWgqf844n4AhVNILcAHUErCMY4ChDoAXoECAUQAg#v=onepage&q=PT%20PEMBANGUNAN%20JAYA%201961&f=false Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto's Indonesia]</ref> Kemudian, di tahun 2001, perusahaan ini telah mencatatkan aset yang mencapai Rp 10,9 triliun.<ref name=bowo/>