Putera Sampoerna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 36:
Pria yang menggemari [[9 (angka)|angka sembilan]] itu mulai menjadi figur penting dalam perusahaan setelah menerima tampuk pimpinan tertinggi sebagai ''[[CEO|chief executive officer]]'' dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada [[1986]]. Setelah Aga meninggal pada [[1994]], Putera semakin aktif menggenjot kinerja perusahaan dengan merekrut profesional mancanegara untuk turut mengembangkan kerajaan bisnisnya.
 
Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan [[nikotin]]. [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] adalah pelopor produk LTLN di tanah air dengan produknya, [[A Mild]], diluncurkan pada tahun [[19881989]], dan membuat orkes [[tanjidor]] dengan jumlah 234 orang dan melibatkan pria, pada tahun yang sama. Dikabarkan Putera adalah "otak" dari ide rokok tersebut, yang kemudian diracik oleh M. Warsianto dan kawan-kawan.<Ref>[https://swa.co.id/swa/listed-articles/bundanya-rokok-mild Bundanya Rokok Mild]</ref><ref>[http://mrcassanova.blogspot.com/2013/01/muhammad-warsianto-sang-maestro-rokok.html Muhammad Warsianto: Sang Maestro Rokok Mild]</ref> Pada masa kepemimpinannya, PT Sampoerna juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang pasar swalayan dengan mendirikan [[AlfamartAlfa Toko Gudang Rabat]] dan [[Alfamart]] serta mendirikan [[Bank Delta|Bank Sampoerna]] pada akhir [[1980-an]], meski bisnis perbankan ini akhirnya gagal.
 
Pada tahun [[2000]], Putera mengalihkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, [[Michael Sampoerna]].
 
Tahun 2005 merupakan masa penting dalam perjalanan bisnis Putera Sampoerna dan keluarganya, di mana Putera memutuskan untuk menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] (40%) ke [[Philip Morris International]]. Pengumuman akuisisi itu tidak hanya mengejutkan pihak internal tetapi juga eksternal perusahaan; di mana keputusan untuk menjual bisnis keluarga yang telah dirintis sejak 1913 dinilai berbagai kalangan merupakan langkah bisnis Putera Sampoerna yang sangat berisiko tinggi, mengingat selama ini [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] merupakan sumber utama pendapatan dari keluarga Sampoerna bahkan pada saat dijual kinerja perusahaan sangatlah baik. Kinerja [[HM Sampoerna|PT HM Sampoerna Tbk]] kala itu (2004) berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang dan menduduki posisi pertama perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia.
 
===Usaha pasca-penjualan HM Sampoerna===