Mendam Berahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
The HHT mentioned the voyages of Mendam Berahi even before the arrival of the Portuguese, so it is unlikely the ship was built in the same year of Portuguese arrival in Malacca.
Baris 5:
{{Infobox ship career
|Hide header=
|Ship in service=Antara tahun 15091498 sampai 1511<ref group="Catatan">''Hikayat Hang Tuah'' menceritakan tentang keberadaan Portugis relatif awal, dan beberapa penduduk Melaka juga dikisahkan sudah mengenal bahasa Portugis. Jadi tanggal pembuatannya adalah antara kedatangan Portugis di Asia/India (1498) dan kedatangan Portugis di Melaka (1509), dan masa operasinya mungkin tidak melebihi jatuhnya KesultananMelaka Malakake Portugis (1511). Hikayat itu sendiri tidak menyebutkan tanggal/tahun.</ref>
|Ship status=
|Ship fate=
Baris 47:
}}
|}
'''Mendam Berahi''' merupakan sebuah kapal galai kerajaan (bahasa Melayu: ''[[Ghali (kapal)|ghali]] kenaikan raja'') yang digunakan pada masa [[Kesultanan Melaka|Kesultanan Malaka]] pada abad ke-16. Kapal ini di bawah kendali [[Hang Tuah|Laksamana Hang Tuah]] saat ia melakukan perjalanan ke 14 negara atau kota. Kapal ini digunakan untuk menjalin hubungan dengan negara asing, perdagangan, dan angkutan umum seperti khususnya untuk membawa jemaah haji ke [[Mekkah]].{{sfn|Rahimah A. Hamid|A.S Hardy Shafii|2017|p=151-153}} Perjalanan ke Mekah selama berbulan-bulan membutuhkan persediaan makanan yang konstan. Dikarenakan Mendam Berahi tidak dapat mengangkut makanan, air dan kebutuhan lainnya dalam jumlah banyak, maka kapal akan berlabuh di pelabuhan untuk mendapatkan perbekalan sekaligus berlindung dari cuaca buruk.{{sfn|Yahaya Awang|2008|p=13}}
 
Kapal ini khusus dibangun untuk membawa pesan kepada raja Majapahit akan keinginan raja Melaka untuk menikahi putri raja Majapahit.{{sfn|Schap|2010a|p=109}}{{sfn|Salleh|2013|p=226, 233, 234}}{{sfn|Marr|Milner|1986|p=194}} Walau bagaimanapun, peristiwa tersebut sebenarnya buatan pengarang hikayat karena Gajah Mada, yang disebut dalam cerita, sudah meninggal dunia ketika itu.{{sfn|Salleh|2013|p=375}} Catatan mengenai kapal ini hanya terdapat dalam Hikayat Hang Tuah, catatan Melayu lain seperti [[Sejarah Melayu]] tidak mencatatnya.<ref name=":0">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146-182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|166}} Malah catatan Portugis tidak mencatat Mendam Berahi, meskipun rujukan kepada satu kapal besar dapat dilihat dalam [[Suma Oriental]] karya [[Tome Pires|Tomé Pires]], di mana beliau menyebut tentang "flagship" (kapal utama) Melaka yang membawa banyak [[bombard]]. Kapal ini, bagaimanapun, tidak mesti Mendam Berahi, bisa jadi ia adalah kapal lain.<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136388-15666/page/n41/mode/2up?q|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume II|last=Cortesão|first=Armando|publisher=The Hakluyt Society|year=1944|isbn=|location=London}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|255-256}}<ref group="Catatan">Kesultanan Melaka memiliki kapal lain yang bernama ''Kota Segara'' (berarti benteng lautan), yang dibangun setelah ''Mendam Berahi'' kembali dari Majapahit dan digunakan mengantar rombongan kerajaan Melaka untuk menikahi putri Majapahit. Kapal ini dirancang dengan desain khusus untuk dapat membawa beberapa meriam. Lihat Schap (2010), h. 126-127 dan Salleh (2013), h. 264-265.</ref> Lagipula, Hikayat Hang Tuah dikarang setelah abad ke-17 (lebih dari 100 tahun setelah peristiwa itu), jadi informasi di dalamnya mungkin tidak tepat.{{sfn|Salleh|2013|p=17, 39}}
Baris 67:
Setelah beberapa waktu, Mendam Berahi digunakan oleh laksamana Hang Tuah untuk pergi ke Inderapura untuk mengkonfirmasi apakah Megat Terenggano, yang sedang berada di Inderapura, memang akan menyerang Melaka.{{sfn|Schap|2010|p=236-238}} Mendam Berahi juga digunakan Hang Tuah, Hang Jebat, dan Hang Kesturi untuk menghadap Majapahit, setelah datang utusan Majapahit bernama Rangga dan Barit Ketika mempertanyakan raja Melaka kenapa beliau tidak mengirim utusan kepada Majapahit. Hang Tuah menjawab bahwa alasan Melaka tidak mengirim utusan ke Majapahit adalah karena Melaka akan diserang oleh Megat Terenggano dan Raja Inderapura.{{sfn|Schap|2010|p=261-264}} Setelah urusan di Majapahit selesai, Mendam Berahi digunakan Hang Tuah untuk pergi ke benua Keling menanyakan kabar adik raja Melaka (Sang Jaya Nantaka) bersama dengan Tun Kesturi yang tahu bahasa Keling, dan telah dianugerahi nama Maharaja Setia.{{sfn|Schap|2010b|p=100-103}} Mendam Berahi juga digunakan untuk menyerang negeri Inderapura.{{sfn|Schap|2010b|p=187-191}}
 
Saat datangnya Portugis di Melaka (1509), laksamana Hang Tuah sedang sakit. Mendam Berahi berada di bawah komando Maharaja Setia. Mendam Berahi berhasil menabrak dan menenggelamkan 2 buah jalilah (sejenis kapal) Portugis. Melihat bahwa mereka kalah jumlah, armada Melaka mundur ke Melaka dan meminta laksamana Hang Tuah ikut berperang. Hang Tuah akhirnya setuju untuk ikut pertempuran. Kedua armada bertemu dan menyerang satu sama lain. Pada akhirnya, laksamana tertembak dan jatuh ke air, sebelum akhirnya ditolong prajurit naik ke Mendam Berahi. Armada MalakaMelaka melarikan diri ke MalakaMelaka, tetapi melihat pemimpinnya juga terluka dan meminta dibawa kembali ke Portugal, armada Portugis juga mundur.{{sfn|Schap|2010b|p=196-203}}
 
Dengan ancaman Portugis, raja Melaka memerintahkan laksamana Hang Tuah dan Maharaja Setia pergi ke benua Rum (Turki Ustmani) untuk membeli bedil dan meriam-meriam besar. Hang Tuah pergi naik Mendam Berahi dengan disertai dengan banyak perahu. Setelah 5 hari 5 malam ia sampai di Aceh, singgah di sana selama sekitar 12 hari. Setelah mendapat perbekalan yang cukup, Hang Tuah pergi ke pulau Dewa (Maladewa), sampai di sana setelah kira-kira 10 hari. Setelah berlayar 2 bulan, Mendam Berahi sampai di [[Jeddah]]. Hang Tuah, Maharaja Setia, dan rombongannya berlabuh untuk beberapa saat, berniat ke makam [[Hawa|Siti Hawa]]. Mereka mencapainya dengan berjalan kaki 2 hari 2 malam ke [[Makkah]], dan mengerjakan rukun Haji. Mereka juga pergi ke Madinah untuk menziarahi makam Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Sekembalinya dari ziarah, rombongan berlayar 20 hari ke Mesir, dan singgah disana kira-kira 3 bulan lamanya untuk membeli bedil dan memuatkannya ke atas perahu. Hikayat Hang Tuah juga menceritakan bagaimana rombongan perahu dan kapal Melaka berlayar 17 hari dan sampai di [[Istanbul]], namun sejatinya rute ini tidak dapat dilalui karena terusan Suez belum ada pada waktu itu.{{sfn|Schap|2010b|p=205-221}} Walau bagaimanapun, di Rum mereka berhasil membeli sekitar 800 buah bedil ukuran besar dan kecil, ditambah 120 yang sebelumnya dibeli di Mesir.{{sfn|Schap|2010b|p=244-245}} Rombongan sampai kembali di Melaka setelah sekitar 4 bulan berlayar.{{sfn|Schap|2010b|p=247-248}}