Pondok Indah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gibranalnn (bicara | kontrib)
40+% saham MKPI dimiliki oleh perusahaan milik Siti Hartati Murdaya cs
RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib)
Penulisan sejarah
Baris 1:
'''Pondok Indah''' adalah kawasan permukiman elite di wilayah [[Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan|Pondok Pinang]], [[Kebayoran Lama]], [[Jakarta Selatan]]. Kawasan ini mulai dibangun sejak tahun 1970-an oleh kelompok usaha Pondok Indah Group yang berada di bawah naungan PT Metropolitan Kentjana Tbk. milik pengusaha [[Siti Hartati Murdaya]].<ref>{{Cite web|title=Pondok Indah {{!}} Commitment to Excellence|url=https://pondokindahgroup.co.id/|language=en-US|access-date=2021-06-18}}</ref> Sebelum dikembangkan menjadi area hunian, Pondok Indah merupakan [[lahan pertanian]] dengan luas sekitar 460 ha yang terdiri atas [[persawahan]], perkebunan [[karet]], serta pertanian [[palawija]].<ref>{{Cite web|last=Suhendra|title=Ciputra Sulap Kebun 'Tempat Jin Buang Anak' Jadi Pondok Indah|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20191127084405-4-118259/ciputra-sulap-kebun-tempat-jin-buang-anak-jadi-pondok-indah|website=CNBC Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-06-18}}</ref><ref>{{Cite web|date=2018-09-03|title=Hutan Karet Menjelma Jadi Hunian Elite|url=https://www-beta.kompas.id/baca/utama/2018/09/03/hutan-karet-menjelma-jadi-hunian-elite|website=kompas.id|access-date=2021-06-18}}</ref> Pondok Indah juga merupakan kota satelit modern kedua di Indonesia setelah [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]] yang selesai pada tahun 1955.
 
{{Infobox urban development project|name=Pondok Indah|location=[[Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan|Pondok Pinang]], [[Kebayoran Lama, Jakarta Selatan|Kebayoran Lama]], [[Jakarta Selatan]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Indonesia]]|status=Selesai|owner=PT. Metropolitan Kentjana|size=473 hektar (4,73 km2)|groundbreaking=Awal 1970-an|manager=Pondok Indah Group}}
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Advertisement of Pondok Indah, Jakarta.png|jmpl|Sebuah poster iklan Pondok Indah pada tahun 1970-an.]]
'''Berawal dari Perkebunan Palawija'''
 
Jauh dari kesan elit seperti saat ini, kawasan Pondok Indah sebelumnya adalah sebuah ladang kering, persawahan, perkebunan, dan bentangan luas kebun karet dan palawija.
 
Pada suatu saat, daerah tersebut didatangi oleh seorang arsitek dan pengembang perkotaan, [[Ciputra]]. Pada saat itu, Ciputra harus melewati sebuah jalan kecil yang hanya memiliki lebar 6 meter dan berupa jalan bebatuan untuk mencapai kawasan yang akan mejadi cikal bakal Pondok Indah, kini Jalan kecil yang berupa bebatuan tersebut telah menjadi Jalan Radio Dalam Raya.
 
Menurut Ciputra, kawasan perkebunan tersebut sangat strategis, karena berbatasan dengan Jalan Ciputat Raya (yang sebelumnya merupakan bagian dari Jalan Nasional dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] menuju [[Kota Bogor|Bogor]] yang melewati [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]], [[Ciputat, Tangerang Selatan|Ciputat]], dan [[Parung, Bogor|Parung]]) disebelah barat dan [[Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan|Lebak Bulus]] di sebelah selatan. Hal yang paling penting adalah karena kawasan perkebunan tersebut terletak dekat dengan Kota Satelit [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]] sebagai kota satelit modern pertama di [[Indonesia]]. Hal lainnya adalah karena kawasan perkebunan tersebut bukan daerah rawan banjir dan tanahnya mengandung garam seperti di wilayah utara Jakarta. Kawasan tersebut juga masih berupa hamparan hutan yang sejuk dan menjadi sumber air bersih.<ref name=":0">Dikutip dari situs https://hypeabis.id/read/6898/sejarah-pondok-indah-kawasan-elite-yang-dulunya-sawah-kebun-karet</ref>
 
'''Realisasi Pembangunan'''
 
Untuk menyulap perkebunan tersebut menjadi sebuah kawasan elit, Ciputra menggandeng pengusaha Liem Sioe Liong. Padahal saat itu, Liem Sioe Liong ingin mengembangkan kawasan Sunter, Jakarta Utara. Namun, Ciputra menilai kawasan yang justru berkembang ada di Jakarta Selatan karena kualitas tanah dan udaranya masih bagus. Sementara kawasan Sunter kualitas tanah dan udara kurang baik.
Setelah mendengarkan pemaparan Ciputra, Liem pun setuju untuk bekerja sama, membiayai proyek Pondok Pinang. Liem memberi pinjaman dan sisanya pinjam dari [[Bank Dagang Negara]] (yang menjadi cikal bakal dari [[Bank Mandiri]]) dengan rekomendasi dari Liem Sioe Liong dan jaminan proyek.<ref name=":0" /> Ciputra Menuturkan:{{Cquote|Kawasan itu bisa digarap menjadi perumahan mewah yang akan terus bercahaya dari waktu ke waktu. Saya bisa membuat master plan segara. Mengenai izin untuk menggarap proyek di kawasan ini, saya bisa bicara dengan Pak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta pada saat itu) segera.}}
 
'''Penamaan Kawasan'''
Kawasan tersebut diberi nama. Menurut Ciputra, nama pondok menunjuk pada nama wilayah pada kawasan tersebut, yakni Pondok Pinang. Secara harfiah, pondok berarti tempat tinggal atau rumah. Dengan demikian, jika kata Pondok digabungkan dengan kata indah, maka akan berarti "rumah yang indah". Nama Pondok Indah sudah sesuai dengan keinginan Ciputra sebagai sebuah kawasan termewah di Jakarta. Ciputra mengatakan:{{Cquote|Percayalah tidak akan sia-sia kita membangun kawasan ini. Pondok Indah akan diakui orang sebagai permukiman mahal Jakarta. Hal itu terjadi karena kita sudah membentuk lingkungan yang mewah di sana,}}
 
== Awal Pembangunan ==
Setelah menyiapkan badan hukum dan ''masterplan'', Ciputra dan rekan-rekannya mulai membangun kawasan Pondok Indah yang sebelumnya adalah sebuah perkebunan mulai tahun 1970-an, Proyek pertama yang diselesaikan adalah pembangunan jalan yang sesuai dengan pemetaan kavling yang sudah dibuat dan pembangunan saluran air.
 
Pada awal pembangunan, beberapa rumah hanya dibangun sebagai contoh. Selebihnya Ciputra menjual kavling. Hal ini didasari atas perilaku orang kaya yang ingin membangun rumah sendiri sesuai dengan selera mereka (seperti pada poster iklan di bagian sejarah). Meski begitu, Ciputra juga membuka permintaan jika ada pembeli yang hendak dibangunkan rumahnya.
Ciputra sempat khawatir karena dana yang dihabiskan untuk membebaskan lahan, serta membangun infrastruktur jalan, dan salur air ternyata sangat besar. Untuk menyiasatinya, Ciputra bersama tim membangun rumah-rumah mungil di utara Pondok Indah, tepatnya di Jalan Pinang Perak, Jalan Pinang Emas. Rumah itu ternyata laku dengan cepat.
Di sisi lain, kavling-kavling juga diserbu para pembeli. Dia menuturkan hampir tiap akhir pekan kawasan Pondok Indah yang masih berupa kavling dikunjungi peminat. Kebanyakan peminat adalah orang yang sudah kaya sejak dahulu, dan orang-orang kaya baru yang bermunculan akibat geliat bisnis.
 
== Mal ==