Raden Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mona Aswar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Mona Aswar (bicara | kontrib)
menambahkan referensi
Baris 22:
| awards =
}}
'''Raden Saleh Sjarif Boestaman''' ({{lahirmati|[[Semarang]]||05|1811|[[Bogor]]|23|04|1880}}) adalah pelukis [[bangsa Indonesia|Indonesia]] beretnis [[Arab-Indonesia|Arab]]-[[suku Jawa|Jawa]] yang menjadi pionir seni modern Indonesia (saat itu [[Hindia Belanda]]). Lukisannya merupakan perpaduan [[Romantisisme]] yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis. <ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-01-23|title=Biografi Singkat Raden Saleh dan Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/01/23/224259978/biografi-singkat-raden-saleh-dan-makna-lukisan-penangkapan-pangeran|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-06-05}}</ref>
 
== Masa kecil ==
[[Berkas:Raden Saleh (1814-1880), Painter in Batavia WDL2907.jpg|jmpl|kiri]]
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid|year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4|url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA|accessdate=April 28, 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').<ref name=":0" />
 
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]], [[A.A.J. Payen]] yang didatangkan dari [[Belanda]] untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen ''van Kolonieen'' di [[Belanda]]. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Baris 45:
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara [[Kementerian Hubungan Kerajaan dan Jajahan|Menteri Jajahan]], [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
 
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu,<ref>{{Cite web|title=Pengembaraan Raden Saleh ke Eropa dan Pemikiran Tentang Bangsanya - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/133280027/pengembaraan-raden-saleh-ke-eropa-dan-pemikiran-tentang-bangsanya|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2022-06-05}}</ref> misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
 
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh [[romantisme]] [[Ferdinand Victor Eugene Delacroix]] ([[1798]]-[[1863]]), pelukis [[Prancis]] legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Baris 53:
== Kembali ke Hindia Belanda ==
[[Berkas:Villa van Raden Saleh, 1863 - 1866 - Rijksmuseum edit.jpg|al=|kiri|jmpl|300x300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang menjadi bagian dari [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "DisiniDi sini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat. Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan [[istana Callenberg]], di mana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, [[Taman Ismail Marzuki]] dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai [[Rumah Sakit PGI Cikini]].
 
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan [[istana Callenberg]], dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, [[Taman Ismail Marzuki]] dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai [[Rumah Sakit PGI Cikini]].
 
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.
 
== Kematian ==
Pada Jum'at pagi 23 April 1880, Saleh tiba-tiba jatuh sakit. dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena penyumbatan yang terjadi dekat jatungnya. Ia dikuburkan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. Seperti yang dilaporkan koran Yong Java, pemakaman Raden "dihadiri sejumlah kalangan elit dan pegawai Belanda, serta sejumlah siswa perduli dari sekolah di sekitar."<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
 
Di [[Batavia]] ia tinggal di rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]]. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi [[Taman Ismail Marzuki]]. Sementara rumahnya menjadi [[Rumah Sakit PGI Cikini]], [[Jakarta]].