Alex Kawilarang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20220509)) #IABot (v2.0.8.7) (GreenC bot |
k Hapus tag referensi ganda (PW:CW No. 81) + perbaikan lainnya |
||
Baris 35:
== Kehidupan awal ==
Kawilarang lahir di Meester Cornelis (sekarang [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]) pada tanggal 23 Februari 1920.<ref name="Simatupang 1972 p. 126">[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 126.</ref> Ia lahir dari sebuah keluarga militer. Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang, adalah seorang mayor [[KNIL]].<ref>[[#Matanasi2011|Matanasi (2011)]], p. 46.</ref> Ibunya adalah Nelly Betsy Mogot.<ref name="Ramadhan KH 1988 p. 13">[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 13.</ref> Kedua orang tuanya berasal dari [[Remboken, Minahasa|Remboken]] di [[Sulawesi Utara]]. Kawilarang adalah seorang [[suku Minahasa]] dari sub-suku Toulour. Dia juga merupakan sepupu dari [[Daan Mogot]], direktur [[Akademi Militer Tangerang]] yang tewas dalam [[Pertempuran Lengkong]] yang berupaya melucuti depot tentara [[Jepang]] pada tahun 1946.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 65.</ref>
Kawilarang mengikuti sistem pendidikan Eropa yang komprehensif. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sebuah [[Europeesche Lagere School]] (ELS), mula-mula di [[Candi, Candisari, Semarang|Tjandi]], [[Kota Semarang|Semarang]] dan kemudian di [[Kota Cimahi|Tjimahi]], [[Jawa Barat]].<ref
Selesai dari pendidikan menengahnya, Kawilarang mengikuti jejak ayahnya dan masuk pendidikan militer, mula-mula di Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL (''Corps Opleiding Reserve Officeren'', CORO) pada tahun 1940, yang dilanjutkannya ke Akademi Militer Kerajaan (''Koninklijk Militaire Academie'') darurat di Bandung dan [[Kabupaten Garut|Garut]], [[Jawa Barat]] dari tahun 1940 sampai 1942. Teman-teman sekelasnya termasuk [[Abdul Haris Nasution|AH Nasution]] dan [[T.B. Simatupang|TB Simatupang]].<ref>[[#Anderson1972|Anderson (1972)]], p. 234.</ref> Setelah lulus, Kawilarang ditempatkan di [[Magelang]] sebagai komandan peleton dan kemudian ditugaskan kembali ke Bandung sebagai instruktur.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], pp. 16, 17.</ref> Kelak ia juga sempat mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando AD ([[Seskoad|SSKAD]]) di Jakarta.{{fact}}
Selama [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], orang-orang [[Manado]], [[Ambon]], dan [[Orang Indo|Indo]] sering ditangkap secara acak karena kedekatan mereka dengan [[Belanda]]. Banyak yang disiksa dengan kejam oleh polisi militer Jepang (''[[Kempeitai]]''). Kawilarang disiksa beberapa kali oleh pasukan [[Jepang]] pada tahun 1943 dan 1944. Dia selamat, tetapi menderita cacat seumur hidup di lengan kanannya dan banyak bekas luka.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 25.</ref> Pada tahun 1944, ayah Kawilarang diduga tewas ketika ia menjadi seorang tawanan di kapal kargo Jepang ''[[Tragedi Junyo Maru|Junyo Maru]]'' (lihat kartu tahanan ayahnya di situs [https://www.openarch.nl/show.php?archive=ghn&identifier=7ee75cc2-b9a7-4400-b72f-dbc4fa35c808&lang=en Arsip Nasional Belanda]). Kapal itu membawa 3.000 tawanan Manado, Ambon, Indo-Eropa, Belanda, [[Inggris]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]], dan juga lebih dari 3.500 [[Romusha]] ketika kapal itu ditenggelamkan oleh sebuah kapal selam Inggris bernama HMS Tradewind.<ref
Untuk sisa masa perang, Kawilarang bekerja di [[Sumatra]], yang terakhir adalah sebagai kepala pabrik karet di Tanjung Karang (sekarang [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]]) di [[Sumatra Selatan]].<ref
== Revolusi Nasional Indonesia ==
Baris 49:
[[Berkas:Alex Kawilarang Transfer of Sovereignty in Tapanuli 1949.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (kedua dari kiri) menerima transfer kedaulatan di [[Tapanuli]]]]
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 11 Desember 1945 Kawilarang menjadi perwira penghubung dengan pasukan [[Inggris]] di Jakarta dengan pangkat [[mayor]].{{cn}} Pada bulan Oktober 1945, ia ditugaskan sebagai staf Komandemen I [[Jawa Barat]] di [[Purwakarta]].<ref>[[#Anwar2004|Anwar (2004)]], p. 253.</ref> Pada bulan Januari 1946, ia menjadi Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat dengan pangkat [[letnan kolonel]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 61.</ref> Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi komandan Brigade II/Surya Kencana yang meliputi [[Kota Sukabumi|Sukabumi]], [[Kota Bogor|Bogor]], dan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]. Brigade ini termasuk dalam [[Divisi Siliwangi]] yang baru terbentuk.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 93.</ref><ref>[[#Gayantari2007|Gayantari (2007)]], p. 30.</ref> Ia memimpin brigade ini selama [[Agresi Militer Belanda I]]. Dia juga sempat memimpin secara singkat Brigade I/Tirtayasa ketika brigade tersebut dipindahkan ke [[Yogyakarta]].<ref
Pada pertengahan tahun 1948, Kawilarang termasuk dalam kontingen pemerintah dan pejabat militer ke [[Bukittinggi]] di [[Sumatra Barat]]. Langkah ini untuk mengantisipasi agresi militer Belanda yang kedua dan untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah darurat Indonesia di luar Jawa. Pada tanggal 28 November 1948 Kawilarang menjabat sebagai Komandan Sub Teritorium VII/[[Tapanuli]], [[Sumatra Timur]] bagian selatan. Salah satu tugasnya adalah menghentikan pertikaian antar kelompok tentara di daerah itu.<ref>[[#Abin2016|Abin (2016)]], pp. 149, 150.</ref> Pada tanggal pada 1 Januari 1949 pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]], Kawilarang juga ditunjuk sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah yang sama dengan [[Ferdinand Lumbantobing]] ditunjuk sebagai Gubernur.<ref>[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 238.</ref><ref>[[#Suprayitno2011|Suprayitno (2011)]], p. 96.</ref>
Baris 73:
== Atase Militer di Amerika Serikat ==
Pada bulan Agustus 1956, Mayjen Nasution sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] menunjuk Kawilarang sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat dengan pangkat [[brigadir jenderal]].<ref name="Vey 1971 p. 161">[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 161.</ref> Terdapat sumber yang mengatakan bahwa tujuan pengangkatan Kawilarang sebagai atase militer adalah menghilangkan pengaruhnya sebagai Panglima TT III/Siliwangi di Jawa Barat sehingga kedudukan panglima bisa dipegang oleh seorang perwira yang tidak akan mengancam Nasution atau bahkan seorang yang pro-Nasution.<ref
== Permesta ==
Baris 79:
{{utama|Permesta}}
Karena adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat karena (di antaranya) kurangnya otonomi daerah, maka pada tanggal 2 Maret 1957, Ventje Sumual mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta dan gerakan [[Permesta]].<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 15.</ref> Pusat gerakan tersebut adalah di Manado dan [[Minahasa]] di Sulawesi Utara. Gerakan ini bersatu dengan gerakan terpisah di Sumatra yang disebut [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Kawilarang memantau situasi dari [[Washington, D.C.|Washington]] dan kemudian menyimpulkan bahwa pemerintah pusat di Jawa yang menjadi penyebab krisis regional tersebut.<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 103.</ref> Pada bulan Maret 1958, ia memberi tahu Duta Besar Indonesia untuk AS, Murkoto, bahwa ia akan berangkat ke Sulawesi Utara.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 292.</ref> Ia meninggalkan jabatannya pada 22 Maret 1958.<ref
Pada tahun 1961 pasukan dari pemerintah pusat berhasil meredam perlawanan pasukan Permesta. Pasukan dari Jakarta ini terdapat perwira-perwira yang dulu di bawah pimpinan Kawilarang.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 51.</ref> Konflik ini dapat diselesaikan secara damai melalui upaya [[Frits Johannes Tumbelaka|FJ Tumbelaka]]. Beberapa upacara diadakan pada bulan April dan Mei 1961 di mana pemerintah Indonesia secara resmi menerima kembali pasukan Permesta. Kawilarang berpartisipasi dalam upacara pada tanggal 14 April yang dihadiri oleh Mayjen [[Hidajat Martaatmadja|Hidayat]] dan Brigjen [[Achmad Yani]] dari TNI, keduanya kenal baik dengan Kawilarang.<ref>[[#Palohoon2017|Palohoon (Mei 2017)]].</ref> Namun menurut Kawilarang, sebelumnya telah tercapai kesepakatan bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak [[komunisme|komunis]] di Jawa. Karenanya, Kawilarang merasa menyesal ketika Nasution tidak menepati janjinya.
|