Siti Rukiah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amas maulana (bicara | kontrib)
k Kategori dan Pendapat tentang dirinya dari ahli
Al-Kariem (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 37:
Setelah lulus dari [[Hollandsche Indische Kweekschool|Sekolah Guru]], Rukiah mengajar di [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]] selama dua tahun. Pada tahun 1945, ia mengajar di Sekolah Gadis Purwakarta. Sejak tahun 1946, Rukiah mengisi [[majalah]] [[Gelombang Zaman|''Gelombang Zaman'']] dan [[Godam Djelata|''Godam Djelata'']]. Rukiah menerbitkan [[puisi]] yang dimuat di majalah ''[[Gelombang Zaman]]'' menggunakan nama lengkapnya Siti Rukiah.
 
Pendidikan S. Rukiah berawal dari sekolah [[Rendah Gadis]] kemudian ia melanjutkan pendidikan ke [[Sekolah Guru]] (CVO) selama dua tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan dari [[CVO]], S. Rukiah memutuskan untuk menjadi guru di Sekolah Rendah Gadis Purwakarta. Di samping itu, ia juga pernah menjadi [[sekretaris]] redaksi majalah [[Pujangga Baru|''Pujangga Baru'']] dan menjadi redaksi di majalah ''[[Bintang Timur]]/Lentera'' bersama [[Pramoedya Ananta Toer]], serta pernah bekerja di majalah pendidikan anak-anak, ''Cendrawasih'', dan anggota Pimpinan Pusat [[LEKRA|Lekra]] 1959—1965. Sejak tahun 1946, S. Rukiah sudah menulis di berbagai majalah, antara lain dalam ''Gelombang Zaman'' dan ''Mimbar Indonesia''. Berkat dorongan [[Hendra Gunawan (pelukis)|Hendra Gunawan]], temannya, S. Rukiah akhirnya bisa menjadi penulis. Padahal sebelumnya, S. Rukiah beberapa kali mengirimkan hasil karyanya ke berbagai majalah ditolak, tetapi ia tidak putus asa. S. Rukiah menerima saran dan kritik diberikan untuk karya-karyanya. Dia pernah menulis surat kepada [[Hans Bague Jassin|H.B. Jassin]], bahwa ada orang yang memfitnahnya dan mengatakan karangan dan sajaknya yang telah dimuat di berbagai majalah adalah hasil jiplakan. Sementara itu, H.B. Jassin menanggapi surat S. Rukiah dan menyarankan supaya S. Rukiah mendiamkan saja persoalan itu dan harus memperkuat keberadaan dirinya dalam dunia sastra dengan cara terus mencipta dan meningkatkan mutu karyanya
 
Pada Mei 1948, ia menjadi pembantu tetap majalah sastra [[Poedjangga Baroe|''Poedjangga Baroe'']]. Rukiah berpindah ke [[Jakarta]] pada tahun 1950 untuk menjadi [[sekretaris]] majalah. Pada tahun yang sama, [[novel]] pertamanya yang berjudul ''[[Kejatuhan dan Hati]]'' diterbitkan. Pada tahun 1951, ia berpindah ke [[Bandung]] dan menjadi penyunting di [[majalah]] anak-anak, ''Cendrawasih''.<ref name="Rukiah1">{{en}} [Rukiah, S. ''The fall and the heart''. Lontar Foundation, 2010, Jakarta. Halaman 113].</ref>
Baris 45:
Kumpulan cerpen dan puisi pertamanya berjudul ''Tandus'' terbit pada tahun 1952 dan memenangkan [[Hadiah Sastra Nasional]]. Pada tahun itu juga, Rukiah mulai menulis cerita anak menggunakan nama S. Rukiah Kertapati dan terus menerus menulis cerita anak sampai tahun 1964.
 
Rukiah menderita trauma atas tragedi tahun 1965 dan tidak pernah menulis lagi sejak itu. Walaupun karya-karyanya banyak, namanya langsung hilang setelah 1965. Dosen Ilmu Sejarah [[Universitas Sanata Dharma]], Yerry Wirawan, mengatakan nama Rukiah Kertapati memang sengaja dihilangkan dalam sejarah perempuan dan sejarah sastra Indonesia moderenmodern karena ia adalah anggota [[Lembaga Kebudayaan Rakyat|lekraLekra]].
Rukiah menderita trauma tahun 1965 dan tidak pernah menulis lagi sejak itu.
 
Namun di tengah banyak karya ini, namanya langsung hilang setelah 1965.
 
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yerry Wirawan, mengatakan nama Rukiah Kertapati memang sengaja dihilangkan dalam sejarah perempuan dan sejarah sastra Indonesia moderen karena ia adalah anggota [[Lembaga Kebudayaan Rakyat|lekra]].
 
== Karya-karyanya ==
Baris 82 ⟶ 78:
[[Kategori:Penulis wanita Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Wanita Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]