Serangan Umum Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jalannya pertempuran: Perbaikan penulisan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 90:
Serangan umum dipimpin sendiri oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi, Kota Surakarta dikepung dari empat arah oleh anggota-anggota gerilya yang sejak pagi buta sudah menyusup memasuki kota. Pasukan tiap-tiap regu sudah tersebar diseluruh kota dengan persenjataan yang beraneka ragam saat itu, mereka bertekad untuk menguasai kota Solo sebelum perintah gencatan senjata berlaku. Kompi Prakoso melakukan serangan dari arah utara, Kompi Suhendro melancarkan serangan dari arah selatan, Kompi Seomarto dari arah timur, dan Kompi Abdu Latef bersama dengan pasukan SA-CSA Muktio menyerang ke arah barat dan selatan.<ref name="pertempuran" />
 
Tembak menembak mulai terjadi, makin lama makin gencar yang kemudian disusul dengan rentetan letusan brengun, stenggung, nitlariur serta dentuman nertir dan lain-lain. Serangan yang mendadak sontak membuat pihak Belanda kaget dan membuat Belanda mengundurkan diri dan bertahan di markasnya masing-masing. meghadapi serangan yang dilancarkan tanggal 7 Agustus 19451949 pihak Belanda mengerahkan seluruh kekuatan udaranya. Sekitar pukul 15.00 Belanda meluncurkan serangan balasan dengan menurunkan enam pesawat tempur yang mengadakan pengeboman secara membabi buta, sehingga banyak rakyat yang menjadi korban. Kota Surakarta bagian barat, sekitar Laweyan menjadi sasaran lima pesawat pembom Belanda, sedangkan Surakarta bagian utara dihujani peluru dari dua mustangpesawat P-51 Mustang, tank, dan kendaraan tempur simpang siur di jalan menghambur-hamburkan peluru.<ref name="pertempuran" />
 
Pasukan-pasukan [[tentara pelajar]] dengan perlatan seadanya terus menerus menyerang markas Belanda, kemudian meyusup ke kampung-kampung bersama rakyat. Pertempuran terus berlangsung hingga Belanda terpojok dan tersudut tak berdaya. Posisi Belanda yang pada saat itu sudah terdesak seluruhnya, tidak dapat berkutik sehingga terpaksa bertahan di [[Benteng Vastenburg|Benteng]] dan daerah Mangkunegaran. Mereka terkepung dan tidak dapat keluar dari kota Surakarta. Belanda yang semakin terdesak hanya bisa berada dalam tangsi-tangsi. Pertempuran terus berlanjut sampai pada puncaknya tanggal 10 Agustus 1949 tengah malam.<ref name="pertempuran" />