Kepatuhan (perilaku manusia): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dian (WMID) (bicara | kontrib)
copy-edit
Farahfarce (bicara | kontrib)
merevisi
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}'''Kepatuhan (perilaku manusia)''' adalah perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti perintah orang lain.{{Butuh<ref rujukan}}name=":0" /> Tindakan dan perbuatan seseorang untuk mematuhi perintah orang lain, dengan penuh sadar dan sepenuh hati. Sikap tersebut menunjukkan rasa patuh dengan melakukan perintah orang lain. Kepatuhan berkaitan dengan kekuasaan yang mengharuskan seseorang melakukan sesuatu.'''<ref name=":0">{{Cite web|last=Riadi|first=Muchlisin|date=29 Mei 2021|title=Kepatuhan (Obedience) - Pengertian, Aspek, Indikator dan Faktor yang Mempengaruhi|url=https://www.kajianpustaka.com/2021/05/kepatuhan-obedience.html?m=1|website=KAJIANPUSTAKA.COM|access-date=4 Juni 2022}}</ref>'''
 
Kepatuhan berhubungan dengan ''prestise'', ''power'' seseorang untuk memberikan perintah. Peraturan mengandung kalimat perintah dan larangan. Kepatuhan memiliki elemen dasar di kehidupan sosial, seperti yang ditunjukkan sistem otoritas. Kepatuhan berarti tidak terpaksa untuk menanggapi perintah orang lain. Ketaatan atau kepatuhan sebagai penentu perilaku, khususnya relevansinya dengan zaman kita. Pada tahun 1933-1945 jutaan orang yang tidak bersalah dibantai secara sistematis diperintah. Pada masa itu terdapat peraturan yang memiliki sanksi tegas bila tidak mematuhi, seperti dimasukkan ke kamar gas. jumlah kematian menjadi besar karena efek yang sama ficency. Kebijakan tidak manusiawi ini berasal dari satu pikiran individu. Tetapi, berdampak fatal jika sejumlah besar orang mematuhi perintah. Terdapat definisi dari beberapa tokoh, sebagai berikut mengenai kepatuhan, menurut Papalia dan Feldman, kepatuhan adalah sikap individu untuk mengikuti perintah. Kedua, menurut Borden dan Horowitz, kepatuhan adalah proses akibat pengaruh sosial. sehingga individu mengubah perilakunya ketika menghadapi perintah yang berwenang. Ketiga, menurut Blass, kepatuhan adalah sikap ketaatan individu untuk mencapai, menerima perintah dan melakukan perintah tersebut yang telah ditetapkan.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|last=MILGRAM|first=STANLEY|date=1963|title=BEHAVIORAL STUDY OF OBEDIENCE|url=http://library.nhsggc.org.uk/mediaAssets/Mental%20Health%20Patnership/Peper%202%2027th%20Nov%20Milgram_Study%20KT.pdf|website=library.nhsggc|access-date=4 Juni 2022}}</ref>
 
Pada artikel dari [[Universitas Yale]] berjudul Studi Perilaku Kepatuhan ditulis Stanley Milgram dijelaskan fenomena ketaatan bertumpu pada kondisi tertentu dan di mana hal itu terjadi. Adapun percobaan yang menjelaskan tingkat kepatuhan yang diamati pada situasi tertentu. Pertama, eksperimen disponsori oleh institusi dengan reputasi yang baik dan bereputasi, yaitu Universitas Yale. Eksperimen yang dilakukan dengan persiapan yang matang untuk peningkatan ilmu pegetahuan. Individu tersebut sukarela ketika melakukan percobaan, dan menganggap dirinya berada di bawah kewajiban untuk membantu eksperimen. Dapat diamati Ketaatan terjadi bukan karena ada tujuan tersendiri, melainkan ditafsirkan subjek sebbagai sesuatu bermakna. Intinya artikel tersebut menjelaskan prosedur untuk mempelajari kepatuhan destruktif di laboratorium. Untuk mengelola hukuman yang diberikan kepada korban dalam rangka pembelajaran. Dengan catatan setiap individu yang terlibat melakukan dengan suka rela.<ref name=":1" />
== Faktor-Faktor Kepatuhan ==
Adapun menurut Toha (2015), terdapat tiga faktor utama yang juga dipercaya mempengaruhi kepatuhan individu, yaitu pertama kepribadian, merupakan faktor internal seseorang yang berperan kuat mempengaruhi intensitas kepatuhan, ketika berhadapan dengan situasi yang lemah dan pilihan yang tidak jelas. Intinya kepribadian dipengaruhi nilai-nilai dari panutan seseorang. Kedua, Lingkungan, nilai yang bertumbuh di lingkungan mempengaruhi proses internalisasi yang dilakukan. Lingkungan yang kondusif membuat individu belajar arti dari aturan. Kemudian, individu tersebut menginternalisasi dalam dirinya yang diperlihatkan melalui perilaku. Ketiga, kepercayaan, sikap ini  mempengaruhi pengambilan keputusan. Karena termasuk dari peraturan yang didoktrin oleh kepercayaan yang dianut.<ref name=":0" />
 
Baris 25:
Kepatuhan merupakan sarana untuk mengadakan [[identifikasi]] dengan kelompok.
 
Seseorang dapat dikatakan patuh kepada orang lain apabila memiliki tiga dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah. <ref name=":0" />

== Aspek-aspek Kepatuhan Sosial ==
Menurut Hartono (2006), dimensi atau aspek-aspek yang terkandung dalam kepatuhan sebagai berikut. Pertama, Mempercayai, terjadi apabila individu percaya tujuan penting dari peraturan, karena inidvidu tersebut percaya diperlakukan adil.  Kedua, menerima, individu yang mematuhi dengan tulus perintah yang telah dipercayainya. Hal ini berkaitan dengan sikap individu. KetihaKetika, melakukan, taat pada peraturan dengan sepenuh hati dalam keadaan sadar. Maka seseorang dapat dikatakan memenuhi aspek-aspek dari kepatuhan. Menurut Umami (2010), indikator kepatuhan dalam bentuk perilaku terjadi jika perintah dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok. Yaitu konfirmasi dan penerimaan. Pertama,  Konfirmasi ''(conformity)''. Suatu jenis pengaruh sosial dimana [[individu]] mengubah sikap mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Sedangkan, Penerimaan adalah kencenderungan individu ingin dipengaruhi oleh persuasive dari orang yang berpengetahuan yang berpengetahuan luas atau orang yang dikagumi. [[Tindakan sosial|Tindakan]] yang dilakukan dengan sepenuh hati.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==