Pierre Tendean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 58:
Korps Ajudan lenderal merupakan kecabangan dari Satuan Bantuan Adillinistrasi (Satbanmin) yang ada pada organisasi Angkatan Darat. Kesatuan ini memiliki fungsi utama untuk mengurusi administrasi militer dan umum (PNS) serta urusan dalalll lainnya. Ajudan Jenderal (Ajen) berada di bawah komando Direktorat Ajudan Jenderal Angkatan Darat (Ditajenad) yang komandannya berpangkat brigadir jenderal.
 
Keinginan untuk menarik Pierre kembali ke Jakarta sebenarnya juga merupakan keinginan keluarganya, terutama ibundanya, Maria Elizabeth Tendean. Bertugas sebagai intelijen negara tentunya membuat Pierre semakin sering tinggal berjauhan dari keluarganya di Semarang dan acap kali tidak terdengar berita tentang keberadaannya. Selama Pierre ditugaskan berkali-kali menyusup ke Semenanjung Malaya dalam rangka mendukung Operasi Dwikora, misalnya, tidak ada anggota keluarga yang tahu sedikit pun aktivitas Pierre dalam misi-misi rahasianya.
 
Sepengetahuan semua anggota keluarga, Pierre masih ditempatkan di Medan, sebagai bagian dari Yonzipur I Dam II/BB. Bahkan, seperti penuturan Rooswidiati kepada penulis (2018), keluarga baru mengetahui prestasi dan penugasan Pierre di perbatasan justru pada saat riwayat hidup dan karier Pierre dibacakan saat upacara pemakamannya di Kalibata, Jakarta Selatan, Pada 5 Oktober 1965. Dari informasi yang terkuak itulah Roos akhirnya paham bahwa hadiah berupa pakaian impor, jam tangan, raket, dan kamera yang dibawa pulang dan dikirim Pierre ke Semarang selama tahun 1964 sampai awal tahun 1965 itu tidaklah diperolehnya dari jalur lintas perdagangan internasional, tetapi memang didapatnya langsung dari negeri seberang saat tengah bertugas dalam Operasi Dwikora.
 
Firasat ini sebenarnya dirasakan oleh Maria Elizabeth Ter Insting seorang ibu berulang kali rnengusiknya, lelaki satu-satunya tengah Inenyabungmenyabung nyawa di negeri Perasaan ini menimbulkan kecemasan terus-menerus. Maria Elizabeth Tendean adalah ibu yang sangat mencintai anaknya, dan selalu memikirkan anaknya bertugas di mana bagaimana kondisinya, apalagi Pierre tidak rutin Illelakllkan dengan keluarga jika sedang bertugas.
 
Suatu ketika, ibunda Pierre yang masih memiliki hubungan keluarga/kerabat dengan istri Jenderal Nasution, yaitu Johanna Sunarti Nasution (Ibu Nas), mengutarakan akan nasib sang putra kepada Ibu Nas. Di mata Jenderal Nasution, yang kala itu sudah menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Ilankam/ Kasab), Pierre bukanlah sosok asing. Dia sudah dianggap seperti adik kandung, sebagai bagian dari keluarga mereka.