Cetbang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Surijeal (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Ada 2 jenis utama cetbang:
 
=== Cetbang bergaya Timurtimur ===
[[Berkas:Bedil kuno atau meriam kuno Jawa cetbang, nomor 2, dengan dudukan.png|jmpl|Meriam yang ditemukan dari sungai Brantas. Terbuat dari bahan perunggu, dengan lubang penggalak timbul berbentuk segitiga. Bagian kayunya dibuat baru-baru ini untuk pajangan.]]
Pendahulunya dibawa oleh pasukan Mongol-Cina ke Jawa, sehingga bentuknya mirip meriam dan meriam tangan Cina. Cetbang bergaya Timurtimur kebanyakan dibuat dari bahan perunggu dan merupakan meriam isian depan. Ia menembakkan proyektil berupa panah, namun peluru bulat dan proyektil ''co-viative''<ref group="catatan">Salah satu jenis peluru sebar—saat ditembak mengeluarkan semburan api, serpihan dan butiran peluru, dan bisa juga panah. Ciri-ciri proyektil ini adalah pelurunya tidak menutupi keseluruhan lubang laras. Needham, Joseph (1986). ''Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic''. Cambridge: Cambridge University Press. Hal. 9 dan 220.</ref> juga dapat digunakan. Panah ini dapat berujung pejal tanpa peledak, maupun disertai bahan peledak dan pembakar di belakang ujungnya. Di bagian dekat belakang, terdapat kamar atau bilik bakar, yang merujuk kepada bagian yang menggelembung dekat belakang meriam, dimana [[mesiu]] ditempatkan. Cetbang ini dipasang pada dudukan tetap, ataupun sebagai meriam tangan yang diletakkan di ujung galah. Ada bagian mirip tabung di bagian belakang meriam. Pada cetbang jenis meriam tangan, tabung ini digunakan sebagai tempat untuk menancapkan galah.<ref name=":10" />{{Rp|94}} Cetbang pelontar panah pastilah berguna dalam pertempuran laut terutama sebagai senjata yang digunakan untuk melawan kapal (dipasang di bawah perisai meriam haluan atau apilan), dan juga dalam pengepungan (''siege''), karena kemampuan proyektilnya untuk diisi peledak dan bahan pembakar.<ref name=":10" />{{Rp|97}}
 
=== Cetbang bergaya Baratbarat ===
[[Berkas:Madrid canons indiens.png|jmpl|270x270px|Sebuah cetbang berlaras ganda di atas [[pedati meriam]] (''gun carriage''), dengan garpu putar, sekitar 1522. Mulut meriam berbentuk [[Naga Jawa|Nāga Jawa]].]]
Cetbang bergaya Baratbarat berasal dari meriam [[prangi]] Turki yang datang ke Nusantara setelah tahun 1460. Sama seperti prangi, cetbang ini merupakan meriam putar isian belakang yang terbuat dari perunggu maupun besi, menembakan peluru tunggal berbentuk bulat maupun peluru sebar (peluru kecil berjumlah banyak). Untuk mencapai kecepatan penembakan yang tinggi, dapat digunakan 5 kamar pengisian peluru secara bergantian.<ref name=":10" />{{Rp|94-95, 98}}
 
Untuk cetbang jenis meriam putar isian belakang, yang terkecil mungkin memiliki panjang sekitar 60 cm, dan yang terbesar sekitar 2,2 m. Kaliber mereka berkisar antara 22 mm sampai 70 mm.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Mereka adalah meriam yang ringan dan mudah dipindahkan, sebagian besar dari mereka dapat dibawa dan ditembak oleh satu orang,<ref name=":1">{{Cite book|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor|last=Ooi|first=Keat Gin|url=https://books.google.co.id/books?id=QKgraWbb7yoC&q=cannon#v=snippet&q=cannon&f=false|publisher=ABC-CLIO|year=2004|isbn=9781576077702}}</ref>{{Rp|505}} namun penggunaannya tidak seperti [[bazooka]] karena daya [[tolak balik]] yang terlalu tinggi dapat mematahkan tulang manusia.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Meriam ini dipasang di garpu putar (disebut ''cagak''), bagian bawahnya dipasang ke lubang atau soket di [[kota mara]] kapal atau tembok benteng.<ref>{{Cite web|url=http://www.acant.org.au/Articles/MalayCannons.html|title=Cannons of the Malay Archipelago|website=www.acant.org.au|access-date=2020-01-25}}</ref> Sebuah "kemudi" atau lebih tepatnya popor dari kayu dimasukkan ke lubang bagian belakang meriam dengan [[rotan]], untuk memungkinkannya diarahkan dan dibidik.<ref name=":1" />{{Rp|505}}
Baris 34:
[[Ma Huan]] (penerjemah [[Cheng Ho]]) mengunjungi Jawa pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, [[Yingyai Shenglan|Yingyai Shenlan]], menjelaskan bahwa meriam ditembakan dalam upacara pernikahan Jawa ketika sang suami mengawal istri barunya ke rumah perkawinan bersamaan dengan suara gong, drum, dan petasan.<ref name=":7" />{{Rp|245}}
 
Karena dekatnya hubungan maritim Nusantara dengan wilayah India Baratbarat, setelah tahun 1460 jenis senjata bubuk mesiu baru masuk ke Nusantara melalui perantara orang Arab. Senjata ini sepertinya adalah meriam dan bedil tradisi Turki Usmani, misalnya prangi, yang merupakan meriam putar isian belakang.<ref name=":10" />{{Rp|94-95}}
 
=== Munculnya Islam (1478–1600) ===