Bahasa Sunda Indramayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Suntingan Haikal FK 1705 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Jajang Surahman
Tag: Pengalihan baru Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1:
#ALIH [[Bahasa Sunda]]
{{Infobox Bahasa|familycolor=Austronesia|name=Sunda Indramayu|nativename=''Sunda Léa''<br>''Sunda Paréan''|altname=Dialek non-h|states=[[Indonesia]]|region=[[Kabupaten Indramayu|Indramayu]]:
*[[Lelea, Indramayu|Lelea]]
*[[Kandanghaur, Indramayu|Kandanghaur]]|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]|fam3=[[Rumpun bahasa Melayu–Sumbawa|Melayu–Sumbawa]] atau [[Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya|Kalimantan Utara Raya]]|fam4=[[Rumpun bahasa Sunda-Badui|Sunda-Badui]]|fam5=[[Bahasa Sunda|Sunda]]|script=[[Alfabet Latin]]|glotto=indr1249|glottofoot=no|notice=IPA|ancestor=[[Bahasa Sunda Kuno]]|ethnicity=[[Suku Sunda|Sunda]] {{small|(sub-etnis ''Sunda Léa'')}}|pronunciation=[[Bantuan:Pengucapan|sʊnda lɛa]]<br>[[Bantuan:Pengucapan|sʊnda parɛan]]|image=Teks-Bahasa-Sunda-Lelea.jpg|imagecaption=Sebuah contoh teks berbahasa ''Sunda-Léa'' yang berisikan ''pituah kokolot Léléa'' (petuah tetua desa Lelea) yang disampaikan dalam tradisi Ngarot. (Samian, 1992:2){{Sfnp|Tresnasih|Lasmiyati|2016|pp=45}}|imagesize=260px|fam6=[[Bahasa Sunda Cirebon|Sunda Timur-Laut]]}}'''Bahasa Sunda Indramayu''' atau '''dialek Sunda Indramayu''' atau '''dialek Indramayu''{{Sfnp|Deasty|2018|pp=1}}''''' merupakan sebutan untuk ragam percakapan [[bahasa Sunda]] yang secara lokal dikenal sebagai bahasa ''Sunda Léa'''{{Sfnp|Deasty|2018|pp=2}}''''' di [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]] dan bahasa ''Sunda Paréan'''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=3197|Wibowo|2021}}''''' di [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]] di wilayah [[Kabupaten Indramayu]]. Secara [[Fonologi|fonologis]], dialek yang dituturkan di daerah-daerah tersebut termasuk ke dalam jenis dialek bahasa Sunda non-h, sehingga, dalam kosakatanya, bunyi konsonan /h/ tidak direalisasikan di segala posisi, selain konsonan /h/, dialek ini juga tidak memiliki bunyi vokal /eu/ seperti halnya dialek bahasa Sunda pada umumnya. Dialek ini juga dianggap merupakan fase bahasa Sunda lama karena kosakatanya terbilang arkais atau masih mempertahankan bentuk-bentuk leksikal dari bahasa pendahulunya, yakni [[bahasa Sunda Kuno]].''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=7}}''
 
== Letak persebaran geografis ==
Bahasa Sunda di Kabupaten Indramayu umumnya dituturkan di wilayah [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]], tepatnya di [[Lelea, Lelea, Indramayu|Desa Lelea]] dan [[Tamansari, Lelea, Indramayu|Tamansari]] serta di wilayah [[Parean Girang, Kandanghaur, Indramayu|Desa Parean Girang]], [[Ilir, Kandanghaur, Indramayu|Ilir]] dan [[Bulak, Kandanghaur, Indramayu|Bulak]] di [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]].{{Sfnp|Kasim|2011|pp=179}}{{Sfnp|Kasim|2011|pp=180}} Selain dituturkan di wilayah-wilayah di atas, bahasa Sunda di Kabupaten Indramayu juga dituturkan di wilayah desa [[Cikawung, Terisi, Indramayu|Cikamurang/Cikawung, kecamatan Terisi]],{{Sfnp|Djajasudarma|1987|pp=}} beberapa desa di [[Gantar, Indramayu|kecamatan Gantar]] dan [[Haurgeulis, Indramayu|kecamatan Haurgeulis]], serta di [[Mangunjaya, Anjatan, Indramayu|desa Mangunjaya]], [[Anjatan, Indramayu|kecamatan Anjatan]].{{Sfnp|Kasim|2011|pp=178}} Namun, dialek bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah tersebut kurang lebih sama dengan bahasa Sunda Priangan yang digolongkan sebagai fase bahasa Sunda baru.
 
Dalam artikel ini, penjabaran mengenai bahasa Sunda di Kabupaten Indramayu akan lebih banyak membahas tentang dialek non-h mulai dari fungsi hingga contoh penggunaan serta perbandingannya dengan bahasa Sunda baku.
 
== Penggunaan ==
Di Kecamatan Lelea, dialek yang secara lokal disebut sebagai ''Sunda-Léa'' ini digunakan dalam berbagai aktivitas, khususnya dalam setiap [[upacara]] adat,''{{Sfnp|Baehaqi|2017|pp=2}}'' contohnya pada acara tradisi ''[[Ngarot]]'' di desa Lelea yang merupakan sebuah upacara adat untuk menyambut [[musim tanam]] di daerah [[Pertanian|agraris]]. Kegiatannya berupa [[prosesi]] iring-iringan pemuda dan pemudi yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian menuju balai desa.''{{Sfnp|Mascita|Suriah|pp=190|Susilowati|2021}}'' Seluruh rangkaian acara mulai dari penyambutan, pembacaan sejarah tradisi, hingga ke acara inti selalu menggunakan bahasa ''Sunda-Léa.{{Sfnp|Baehaqi|2017|pp=3}}'' Bahasa ''Sunda-Léa'' selain digunakan dalam kegiatan formal, juga digunakan dalam kegiatan nonformal seperti [[pengajian]], [[Khotbah (Islam)|khutbah Jumat]], [[kenduri]], dan lain sebagainya.''{{Sfnp|Mascita|Suriah|pp=191|Susilowati|2021}}'' Bahkan dalam kegiatan [[pendidikan]] pun bahasa ''Sunda-Léa'' digunakan sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]] pelajaran.''{{Sfnp|Mascita|Suriah|pp=192|Susilowati|2021}}''
 
== Fonologi ==
Dalam hal [[fonologi]], dialek Indramayu mempunyai perbedaan yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan bahasa Sunda baku. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, jika dalam bahasa Sunda baku terdapat 18 [[fonem]] [[konsonan]] dan 7 fonem [[vokal]], maka dalam dialek ini, fonem konsonannya ada 17 dan fonem vokalnya hanya ada 6, sehingga, jumlah seluruh fonemnya ada 23.
 
Pelambang fonem dalam contoh-contoh yang ada di bagian fonologi ini menggunakan Ejaan Bahasa Sunda, huruf é (e dengan tanda petik di atas) melambangkan e ({{IPAId|ɛ}} atau [[Bantuan:IPA untuk bahasa Indonesia|[e]]]) seperti pada kata ''merah'' atau ''boleh''.
 
=== Vokal ===
Fonem vokal dalam dialek Indramayu yang berjumlah sebanyak 6 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
<center>
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
|+[[Vokal]]
!
!Depan
!Madya
!Belakang
|-
!Tertutup
|i
|
|u
|-
!Tengah
|-
!Terbuka
|
|a
|
|}
</center>Fonem /eu/ yang umum dijumpai dalam bahasa Sunda baku dan dialek-dialek lainnya tidak digunakan dalam dialek ini. Kosakata yang memiliki fonem /eu/ dalam bahasa Sunda baku akan digantikan dengan fonem /e/ atau /u/. Contohnya pada kata ''enggeus'' 'sudah' menjadi ''engges,'' ''beuteung'' 'ini' menjadi ''butung''. Akhiran ''-keun'' '-kan' dalam bahasa Sunda baku juga berubah menjadi ''-ken'' atau ''-kun'' dalam dialek ini.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=9}}''
 
Pola pembangunan kata dalam dialek Indramayu berjenis fonotaktik o-u, ini berbeda dengan bahasa Sunda baku yang memiliki fonotaktik i-u, sehingga, beberapa kosakata dalam bahasa Sunda baku seperti ''ditu'' ‘sana’, ''incu'' ‘cucu’, ''tilu'' ‘tiga’, ''lintuh'' ‘gemuk’, ''mintul'' ‘tumpul’, dan ''diuk'' ‘duduk’ akan berubah menjadi ''dotu'' ‘sana’, ''oncu'' ‘cucu’, ''tolu'' ‘tiga’, ''lontuh'' ‘gemuk’, ''montul'' ‘tumpul’, dan ''douk'' ‘duduk’ dalam dialek Indramayu.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=7}}''
 
=== Konsonan ===
Terdapat sebanyak 17 fonem konsonan dalam dialek Indramayu yang dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
<center>
{| class="wikitable"
|+[[Konsonan]]
!
![[Konsonan dwibibir|Dwi-bibir]]
![[Konsonan gigi|Gigi]]
![[Konsonan langit-langit|Langit-langit{{br}}keras]]
![[Konsonan hampiran langit-langit belakang|Langit-langit{{br}}lunak]]
![[Konsonan celah suara|Celah suara]]
|-
! [[Konsonan sengau|Sengau]]
| m
| n
| ɲ
| ŋ
|
|-
! [[Konsonan letup|Letup]]/[[Konsonan gesek|Gesek]]
| p b
| t d
| tʃ dʒ
| k g
| ʔ
|-
! [[Konsonan desis|Desis]]/[[Konsonan frikatif|Geser]]
|
| s
|
|
|
|-
! [[Konsonan kepak|Kepak]]/[[Konsonan hampiran|Hampiran]]
|
| r l
|
|
|
|-
! [[Semivokal]]
| w
|
| j
|
|}
</center>
 
Ketiadaan fonem h dalam dialek Indramayu menyebabkan dialek ini tidak merealisasikan fonem /h/ di segala posisi (''initial'', ''medial'', dan final kata). Bunyi [h] dalam bahasa Sunda baku bervariasi dengan bunyi [Ø] atau [[Konsonan letup celah-suara|[ʔ]]] (hamzah) dalam dialek ini, misalnya di posisi ''initial'' seperti [untuʔ] ‘gigi’; [ɛd͡ʒo] 'hijau'; [idɨŋ] 'hitam'; [ud͡ʒan] ‘hujan’, dan sebagainya, di posisi ''medial'' seperti pada bentuk: [saʔa] 'siapa’, [poʔo] lupa’, [kumaʔa] 'bagaimana’, dan sebagainya, dan di posisi final seperti pada bentuk [labuʔ] ‘jatuh’, [d͡ʒauʔ] ‘jauh’, [utaʔ] ‘muntah’.{{Sfnp|Badan Bahasa|2019|pp=}}
 
Selain perbedaan di atas, di bawah ini dituliskan beberapa perbedaan lain sistem bunyi antara dialek Indramayu dengan bahasa Sunda baku.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=9-10}}{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=47}}''
 
# Fonem /a/ kadang-kadang direalisasikan menjadi /o/, seperti contohnya pada kata ''éta'' 'itu' menjadi ''éto'' (Alofon).
# Ada diftong /ée/, seperti dalam /kapbéeh/, /empéeng/.
# Diftong dalam bahasa Sunda baku /uy/ menjadi vokal /i/, seperti /tuluy/ menjadi /toli.
# Setelah fonem vokal akhir, terdengar bunyi hamzah (ditandai dengan '), misalnya /ente'/
# Kosakata dalam bahasa Sunda baku yang disisipi dengan fonem vokal di suku kata awal berubah menjadi gugus konsonan, misalnya /salapan/ menjadi /slapan/, /ngalakon/ menjadi /nglakon/, /paréan/ menjadi /préan/, /carita/ menjadi /crita/, /sabaraha/ menjadi /sebraha/.
# Fonem /a/ pada awal suku kata menjadi /e/, misalnya, /sajalan/ menjadi /sejalan/, /saperti/ menjadi /seperti/, /cawéné/ menjadi /cewéné/, /kunaon/ menjadi /kenaon/''{{Sfnp|Wahya|2017|pp=16}}'', /sanaon/ menjadi /senaon/''{{Sfnp|Wahya|2017|pp=17}}'' juga /i/ menjadi /e/, misalnya, /mimiti/ menjadi /memiti/.
# Ada metatesis /w/ dan /r/, misalnya, /riwayat/ menjadi /wirayat/; /w/ dan /h/, misalnya, /wahangan/ menjadi /hawangan/.
 
== Morfologi ==
[[Morfologi (linguistik)|Morfologi]] atau ilmu tata kata dalam dialek Indramayu tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda baku, tetapi dalam beberapa kasus, dialek ini memiliki beberapa kekhasannya tersendiri terutama dalam hal [[Afiks|afiksasi]]. Beberapa contohnya dijabarkan di bawah ini.
 
=== Sufiksasi ===
Ada beberapa [[Akhiran|sufiks]] yang hanya ditemui dalam dialek Indramayu, yaitu sufiks ''-é'' seperti ''asalé'' 'asalnya', ''-né'' seperti ''artiné'' 'artinya', yang berdampingan dengan sufiks ''-na'' seperti dalam bahasa Sunda baku, kemudian ada juga sufiks ''-a'' seperti pada kata ''ngaputa'' 'menjahit'.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=17-18}}{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=48}}''
 
Selain itu, sufiks ''-un'' dalam dialek Indramayu terkadang memiliki fungsi [[Tata bahasa|gramatikal]] yang mirip dengan sufiks ''-keun'' dalam bahasa Sunda baku, seperti ''ngarosulun'' 'merasulkan' dalam dialek Indramayu yang berpadanan dengan ''ngarosulkeun'' dalam bahasa Sunda baku.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=17-18}}''
 
=== Simulfiksasi ===
Simulfiksasi ialah penambahan [[Awalan|prefiks]] dan sufiks, yaitu [[afiks]] yang ditambahkan pada awal dan akhir suku kata. Dalam dialek Indramayu, prefiks ''pa-'' (berfungsi sebagai pemberi ciri pada kata keterangan yang 'menyendiri' sehingga dapat diperlakukan sebagai subjek)''{{Sfnp|Kats|1982|pp=95}}'' dan ''ba-'' (berfungsi sebagai pemberi tanda pada kata yang dilekatinya sebagai kata keterangan, sifat, keadaan, atau gerak)''{{Sfnp|Kats|1982|pp=93}}'' kadang-kadang berubah menjadi ''pe''- dan ''be-'', seperti ''pegunungan'' (bahasa Sunda baku: ''pagunungan'') 'pegunungan' dan ''betempuran'' (bahasa Sunda baku: ''batempuran'') 'bertempuran'.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=19}}''
 
== Contoh ==
 
=== Teks ===
[[Penelitian]] tentang penggunaan dialek Indramayu sudah beberapa kali dilakukan oleh para peneliti, seperti contohnya yang pernah dilakukan secara parsial oleh Abdurrachman, Oyon Sofyan Umsari dan Ruswandi Zarkasih yang disajikan dalam buku yang berjudul ''Struktur Bahasa Sunda Dialek Cirebon'' yang diterbitkan pada tahun 1985.''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=viii}}'' Dalam buku tersebut, ada [[Transkripsi fonetik|transkripsi]] [[Lagu tema|rekaman]] [[Cerita pendek|cerita]] berupa [[Dialog|percakapan]] beserta [[Terjemahan|terjemahannya]] dari seorang [[informan]] [[Penutur jati|penutur]] dialek Indramayu yang berlokasi di [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]],''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=65}}'' di bawah ini akan disajikan sebagian kutipan transkripsi rekaman tersebut untuk memberikan gambaran bagaimana karakteristik dialek Indramayu. [[Ejaan]] dalam buku tersebut telah disesuikan dengan ejaan bahasa Sunda yang digunakan dalam artikel ini.
 
'''Teks asli''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=65-66}}'''''
 
Da: ''Ari kula ma' ente nya'o wirayat. Nya ari béja ma' sarua baé, kitu. Nya ari béja ma' aya. Béjana ma' kami Sunda. Nya Sunda baé. Upama kanda nya kanda. Cek paribasana kitu. Sunda Léa ma', ari kami éta maksudna saréréa. Lamun aing, kedéwékan, éta asli Sunda Léa, kitu. Baka ning Sunda pegunungan kan abdi. Ari kami karu'un ma' urang Léana.''
 
Ka: ''Baka peting mémé' ngéés sok dongéng atawa kanda ka barudak?''
 
Da: ''Nya dongéng gé dongéng kandeg, biasa. Ges budak pada ngéés kabé', ges peting ye'. Baka isukan dak endi, baka isukan rék lelempangan dak endi. Los gura barangsiar. Maksudna barangsiar éta, maksudna ma' barangtéangan, kitu. Usa'a ari maksudna ma', kitu.''
 
Ka: ''Ari wirayat-wirayat aya?''
 
Da: ''A' nya aya ma' aya baé. Ngan a', nya te nya'o aya nu apal entena ma'. Ewe'. Kapan ngadéngé dongéng-dongéng éta kudu ka jelema kolot. Ari kami ma', artiné saluran kang éto, asalé ti buyut Suja. Turun ka kolot Nisar. Ti kolot Nisar turun dui ka Sema. La' toli turun di ka ngaing, kitu kandana ma'. Ari kami boga anak genep. Arana darpan anak, Kartiem. Umur kami séket. lima puluh cek urang Sunda. Pegawéan anak ma' aya nu tani, nu nukang.''
 
Ka: ''Ayena jaman kamajuan, nya'o?''
 
Da: ''A', kamajuan kuma'a, ente ngarti-ngarti acan. Ba'ela ma' ker wéwé maké baju kurung. Baka ning jelema laki pangsi. Atawa nya biasa maké potongan sekripan. Nu endogna di jerona toli tutupan, warnana naon baé. Aya berem, aya éjo. Umumna kembang encung, kembang mawar. Éta ker waktu bapa kami ngora.''
 
'''Terjemahan''{{Sfnp|Abdurrachman|1985|pp=71-72}}'''''
 
Da: Saya tidak tahu riwayat. Ya, tetapi kalau tentang berita kan sama dan untuk hal itu ya ada juga. Menurut cerita, kami ini bangsa Sunda dan perkataan ''kami'' dalam bahasa Sunda di sini maksudnya 'kita semua'. Kalau perkataan ''aing'' itu artinya 'aku' dan itu adalah bahasa asli Sunda di sini. Menurut orang Sunda pegunungan, kata ''aing'' itu disebutnya ''abdi'' 'saya'.
 
Ka: Kalau malam hari sebelum tidur, apakah Bapak suka bercerita kepada anak-anak?
 
Da: Ya, walaupun cerita juga cerita yang tidak ada artinya. Sesudah anak-anak tidur, setelah malam, bercerita tentang rencana besok mau ke mana. Berangkatlah untuk mencari nafkah.
 
Ka: Kalau riwayat-riwayat ada juga?
 
Da: Ya, ada sih ada, hanya ya, saya tidak tahu atau tidak hafal. Tetapi ah tidak ada. Kita mendengar cenita-cerita itu kan harus dari orang tua. Hanya tentang silsilah, saya berasal dari Buyut Suja. Kemudian turun kepada Ki Nisar, lalu Ki Nisar berputra Pak Sema. Nah, dari Pak Sema inilah kemudian yang menurunkan saya. Dan saya beranak enam orang di antaranya bernama Darpan dan Kartiem. Saya berumur 50 tahun, dan pekerjaan anak-anak ada yang bertani dan ada juga yang menjadi tukang kayu.
 
Ka: Sekarang zaman kemajuan. Apakah Bapak mengetahui?
 
Da: Ah, kemajuan bagaimana. Artinya juga tidak tahu. Dahulu orang perempuan di sini memakai baju kurung, dan laki-lakmnya memakal pakaian ''pangsi'' atau model ''sekripan'' yang kantungnya di sebelah dalam serta tertutup. Warna baju apa saja. Ada yang merah, hijau. Hanya umumnya berwarna bunga ''encung'' (mawar). Itu waktu ayah saya masih muda.
 
=== Kosakata ===
Dalam penelitian lain mengenai dialek Indramayu yang pernah dilakukan di [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]] (secara lokal dialek ini dikenal sebagai bahasa ''Sunda-Paréan''), diperoleh data tentang dialek ini dari berbagai informan berupa kosakata-kosakata khas beserta variasi pemakaiannya yang digunakan di wilayah tersebut.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=3199|Wibowo|2021}}'''''
 
Variasi bahasa Sunda akan dijabarkan ke dalam beberapa bidang makna yang meliputi: bagian tubuh, kata ganti dan salam; istilah kekerabatan; bagian rumah; waktu, kondisi alam, dan arah; pakaian, dan perhiasan; serta aroma dan rasa. Di bawah ini akan dijabarkan secara lengkap variasi pemakaian bahasa ''Sunda-Paréan'' di Kecamatan Kandanghaur berdasarkan aspek kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, dan leksikal.
 
==== Istilah bagian tubuh ====
{| class="wikitable"
|+
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|Kepala
|–
|–
|–
|-
|Leher
|''be'eng/beuheng/being/bengeng''
|–
|''gulu''
|-
|Badan
|–
|–
|''badan/awak''
|-
|Tangan
|''lengen/leungeun''
|–
|–
|-
|Kaki
|–
|–
|''suku/sikil''
|}
Berdasarkan tabel di atas, beberapa bidang [[makna]] [[Tubuh|anggota badan]] menunjukkan adanya variasi dalam dialek ''Sunda-Paréan''. Ada lima [[kosakata]] yang digunakan sebagai contoh, yaitu [[kepala]], leher, badan, tangan, dan kaki. Glosarium /kepala/ tidak menunjukkan variasi dalam bentuk aspek fonologi, morfologi, atau leksikal, sedangkan glosarium /leher/ menunjukkan adanya bentuk-bentuk variasi bahasa berdasarkan aspek fonologi dan leksikal. Dalam aspek fonologi, /leher/ Glosarium memiliki beberapa varian bunyi, seperti /be'eng/, /beuheng/, /bieng/, dan /bengeng/. Jika glosarium /leher/ dilihat dari leksikalnya aspek, memiliki varian kosakata, yaitu /gulu/. Kemudian, glosarium /badan/ memiliki varian kata, yaitu /badan/ dan /awak/. Sementara itu, glosarium /tangan/ menunjukkan adanya variasi bahasa yang dilihat dari aspek fonologinya, yaitu /lengen/ dan /lengeun/, sedangkan glosarium /kaki/ menunjukkan variasi dari leksikalnya, yaitu /suku/ dan /sikil/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=3199|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Pronomina dan Salam ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|Saya
|''kula-kola''
|–
|''aing/kami/aku''
|-
|Kamu
|–
|''sampéan''
|''inya''
|-
|Kita
|–
|''kami-kamian''
|''kami/kola/kita''
|-
|Kalian
|–
|''inya-inya'an/kabéan/réa'an''
|''inya''
|-
|Mereka
|–
|''sekabéan/batur-batur''
|''inya/kabéh''
|}
Pada glosarium /saya/ terdapat variasi dari aspek fonologi dan leksikal. Pada aspek fonologi, variasi terdapat pada bentuk /kula/ dan /kola/, sedangkan secara leksikal ada /aing/, /kami/, dan /aku/. Kemudian, glosarium /kamu/ menunjukkan variasi dari aspek morfologi, yaitu kata /sampéan/. Kata tersebut memiliki [[Afiks|imbuhan]] /-an/ dari akar kata kata /sampé/, sedangkan aspek leksikalnya adalah kata /inya/. Glosarium /kita/ juga memiliki bentuk variasi bahasa dari aspek [[Morfologi (linguistik)|morfologi]] berupa reduplikasi kata /kami-kami'an/ sedangkan aspek leksikalnya memiliki tiga jenis kata yaitu /kami/, /kola/, dan /kita/. Glosarium /kalian/ memiliki bentuk variasi bahasa dari aspek morfologi dan leksikal. Aspek morfologi meliputi reduplikasi /inya-inya'an/ serta afiksasi kata /kabéan/ dan /réa'an/ yang masing-masing mengalami imbuhan /-an/, sedangkan glosarium /mereka/ memiliki dua variasi bahasa dari aspek morfologi, yang meliputi reduplikasi /batur-batur/ dan afiksasi /sekabéan/ dari awalan /se-/ dan akhiran /-an/. Kemudian dalam bidang leksikal terdapat kata /inya/ dan /kabéh/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=3199-31200|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Istilah kekerabatan ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|[[Kakek]]
|–
|''bapa endé/bapa gedé''
|''mendé/embah''
|-
|[[Nenek]]
|–
|''ma uyut/ema gedé''
|''mendé/nini''
|-
|[[Ibu]]
|''ema/emak''
|–
|''biang''
|-
|[[Ayah]]
|''bapa/bapak''
|–
|–
|-
|[[Cucu]]
|''oncu/incu''
|–
|–
|}
Pada glosarium /kakek/ ada variasi bahasa berdasarkan aspek morfologi dan leksikal. Variasi morfologi dapat dilihat dari bentuk frasa, yaitu /bapa endé/ dan /bapa gedé/, sedangkan pada aspek leksikal terdapat kata /mendé/ dan /embah/. Kemudian, glosarium /nenek/ menunjukkan bentuk variasi berdasarkan aspek morfologi dan leksikal. Aspek morfologi adalah frasa /ma uyut/ dan /ema gedé/, sedangkan aspek leksikal meliputi kata /mendé/ dan /nini/. Kemudian, glosarium /ibu/ memiliki variasi dari aspek fonologi, yaitu /emak/ dan /ema/, sedangkan aspek leksikalnya mengandung kata /biang/. Sedangkan glosarium /ayah/ memiliki variasi dari aspek fonologi yaitu /bapa/ dan /bapak/, sedangkan glosarium /cucu/ memiliki variasi glosarium dari aspek fonologi, seperti /oncu/ dan /incu/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=31200|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Bagian-bagian rumah ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|[[Rumah]]
|''ima/imah''
|–
|–
|-
|[[Genteng atap|Genting]]
|''gendéng/genténg''
|–
|–
|-
|[[Dinding]]
|–
|–
|–
|-
|Pintu
|–
|–
|–
|-
|[[Lantai]]
|–
|–
|''tékel/buruan/lantai''
|}
Pada glosarium /rumah/ terdapat variasi dari aspek fonologi, yaitu /ima/ dan /imah/ yang mendapatkan bunyi /h/ di akhir kata /ima/. Kemudian, ada glosarium /genting/ yang menunjukkan variasi aspek fonologi, yaitu /gendéng/ dan /genténg/ yang berbeda antara huruf /d/ dan /t/. Pada glosarium /dinding/ terdapat variasi dari aspek leksikal yaitu /témbok/ dan /dinding/, sedangkan glosarium /pintu/ tidak memiliki variasi bahasa. Sedangkan glosarium /lantai/ memiliki variasi dari aspek leksikal, yaitu /tekél/, /buruan/, dan /lantai/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=31200|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Waktu, Kondisi alam, dan Arah ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|Kemarin
|''kemari/kermari''
|''ker bréto''
|–
|-
|Sekarang
|''ayeuna/ayena''
|–
|''sakiyén''
|-
|[[Mendung]]
|''ceudem/cedem''
|–
|''mendung''
|-
|Kiri
|–
|–
|''kénca/kiri/ngiwé''
|-
|Kanan
|''nganan/kanan''
|–
|''tengen/ketu'u''
|}
Dalam glosarium /kemarin/ ada variasi dari aspek fonologi dan morfologi. Aspek fonologi yang muncul adalah kata /kermari/ dan /kemari/, sedangkan pada aspek morfologi terlihat ada variasi berupa /ker bréto/. Kemudian, glosarium /sekarang/ memiliki variasi dalam aspek fonologi dan leksikal. Dalam glosarium /sekarang/ terdapat pada varian bentuk kata /ayeuna/ dan /ayena/ pada aspek fonologi, sedangkan pada aspek leksikal terdapat kata /sakiyén/. Kemudian, glosarium /mendung/ memiliki berbagai variasi dalam aspek fonologi dan leksikal. Variasi aspek fonologi glosarium /mendung/ terlihat dari kata /ceudem/ dan /cedem/, sedangkan berdasarkan leksikalnya, terdapat kata /mendung/. Sementara itu, glosarium /kiri/ hanya memiliki variasi leksikal, yaitu /kenca/, /kiri/, dan /ngiwé/. Sedangkan glosarium /kanan/ memiliki dua variasi, yaitu berdasarkan aspek fonologi dan leksikal. Aspek fonologi glosarium /kanan/ adalah kata /nganan/ dan /kanan/, sedangkan aspek leksikalnya adalah kata /tengen/ dan /ketu’u/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=31200-31201|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Pakaian dan perhiasan ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|[[Pakaian|Baju]]
|–
|–
|''baju/pakéan''
|-
|[[Celana]]
|''soal/sowal''
|–
|''celana''
|-
|[[Gelang]]
|–
|–
|''gelang/pinggel''
|-
|[[Cincin]]
|–
|''ali-ali''
|''ali/ngerining''
|-
|[[Anting-anting|Anting]]
|–
|–
|''anting/cubang''
|}
Dalam glosarium /baju/ ada dua bentuk variasi bahasa dari aspek leksikal, yaitu /baju/ dan /pakéan/. Kemudian, glosarium /celana/ memiliki variasi bahasa dari aspek fonologi dan leksikal. Pada aspek fonologi terdapat kata /soal/ dan /sowal/, sedangkan aspek leksikalnya berupa kata /celana/. Pada glosarium /gelang/ hanya terdapat variasi bahasa dari aspek leksikal, yaitu /gelang/ dan /pinggel/. Sedangkan glosarium /cincin/ memiliki variasi aspek fonologi berupa reduplikasi, yaitu /ali-ali/, serta aspek leksikalnya adalah /ali/ dan /ngerining/. Glosarium terakhir /anting/ memiliki variasi bahasa dari aspek leksikal yaitu /anting/ dan /cubang/.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=31201|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Rasa dan aroma ====
{| class="wikitable"
!Glosarium
!Fonologi
!Morfologi
!Leksikal
|-
|Harum
|''sengit/seungit''
|–
|''wangi''
|-
|Busuk
|–
|–
|''berek/bari/bau''
|-
|[[Manis]]
|–
|–
|–
|-
|Pahit
|''pait/pa'it''
|–
|''letir''
|-
|Asin
|–
|–
|–
|}
Pada glosarium /harum/ terdapat variasi dari aspek fonologi /sengit/ dan /seungit/, sedangkan variasi leksikalnya adalah kata /wangi/. Di glosarium /busuk/ terdapat variasi bahasa dari aspek leksikal, yaitu /berek/, /bari/, dan /bau/. Kemudian, dalam glosarium /manis/ tidak ada bentuk bahasa variasi apapun. Sementara itu, pada glosarium /pahit/ terdapat variasi bahasa dari aspek fonologi dan leksikal. Dalam aspek fonologi, terdapat kata /pait/ dan /pa'it/ yang dibedakan dengan tanda kutip (hamzah), sedangkan pada aspek leksikal terdapat kata /letir/. Kemudian, sama seperti glosarium /manis/, glosarium /asin/ tidak memiliki bentuk variasi apapun.'''''{{Sfnp|Kusuma|Rais|pp=31201|Wibowo|2021}}'''''
 
==== Kata bilangan ====
Di bawah ini adalah tabel yang berisi nomor kardinal dan nomor ordinal dalam dialek Indramayu beserta padanannya dalam bahasa Sunda baku dan [[bahasa Indonesia]].
{| class="wikitable"
|+
! rowspan="2" |Angka
! colspan="2" |Dialek Indramayu
! colspan="2" |Bahasa Sunda baku
! colspan="2" |Bahasa Indonesia
|-
![[Nomor kardinal]]
!Nomor ordinal
!Nomor kardinal
!Nomor ordinal
!Nomor kardinal
!Nomor ordinal
|-
|1
|siji
|kasiji
|hiji
|kahiji
|satu
|pertama
|-
|2
|dua
|kadua
|dua
|kadua
|dua
|kedua
|-
|3
|tolu
|katolu
|tilu
|katilu
|tiga
|ketiga
|-
|4
|opat
|kaopat
|opat
|kaopat
|empat
|keempat
|-
|5
|lima
|kalima
|lima
|kalima
|lima
|kelima
|-
|6
|genep
|kagenep
|genep
|kagenep
|enam
|keenam
|-
|7
|tuju
|katuju
|tujuh
|katujuh
|tujuh
|ketujuh
|-
|8
|delapan
|kadelapan
|dalapan
|kadalapan
|delapan
|kedelapan
|-
|9
|salapan, slapan
|kasalapan, kaslapan
|salapan
|kasalapan
|sembilan
|kesembilan
|-
|10
|sepulu
|kasepulu
|sapuluh
|kasapuluh
|sepuluh
|kesepuluh
|}
 
== Rujukan ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
{{refbegin|30em|indent=yes}}
* {{Cite book|last=Abdurrachman|last2=Umsari|first2=O.S.|last3=Zarkasih|first3=R.|year=1985|url=https://archive.org/details/struktur-bahasa-sunda-dialek-cirebon|title=Struktur Bahasa Sunda Dialek Cirebon|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|oclc=14148023|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite web|last=Badan Bahasa|year=2019|title=Sunda - Persebaran Bahasa Daerah Berdasarkan Provinsi|url=https://dapobas.kemdikbud.go.id/home?show=isidata&id=146|website=kemdikbud.go.id|access-date=19 Juni 2022|ref=harv}}
* {{Cite web|last=Baehaqi|first=A.I.|year=2017|title=Sunda Lelea, Bahasa Asli Warga Lelea yang Hampir Punah|url=https://jabar.tribunnews.com/2017/12/27/sunda-lelea-bahasa-asli-warga-lelea-yang-hampir-punah-beberapa-perbedaannya-dengan-sunda-priangan|website=tribunnews.com|access-date=19 Juni 2022}}
* {{Cite book|last=Djajasudarma|first=T.F.|year=1987|url=https://books.google.co.id/books/about/Bahasa_Sunda_dialek_Cikamurang_wilayah_T.html?id=fOgtAAAAMAAJ|title=Bahasa Sunda dialek Cikamurang, wilayah Trisi, Kabupaten Indramayu|location=Bandung|publisher=Universitas Padjadjaran|url-status=live|oclc=21480881|ref=harv}}
* {{Cite thesis|last=Herliyannie|first=Deasty|title=Basa Sunda Dialék Indramayu di Kacamatan Léléa : Ulikan Wangun jeung Harti Studi Kasus di Désa Léléa|date=2018|degree=S1 thesis|publisher=Universitas Pendidikan Indonesia|url=http://repository.upi.edu/47396/|language=[[Bahasa Sunda|Sunda]]}}
* {{Cite book|last=Kasim|first=S.|year=2011|url=https://disarpus.indramayukab.go.id/silocpusyu/index.php?p=fstream-pdf&fid=19&bid=13|title=Menapak Jejak Sejarah Indramayu|location=Indramayu|publisher=Rumah Pustaka|isbn=9786025557286|oclc=1017612424|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Kats|first=J; Soeriadiraja, M|date=1982|url=https://archive.org/details/tata-bahasa-dan-ungkapan-bahasa-sunda|title=Tata Bahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda|location=Jakarta|publisher=Djambatan|translator-last=Ayatrohaedi|oclc=69116948|ref=harv|orig-year=1921|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Kusuma|first=B.A.|last2=Rais|first2=W.A.|last3=Wibowo|first3=P.A.W.|year=2021|title=Sunda Language the Parean Dialect in Kandanghaur District, Indramayu Regency – Indonesia Based on a Dialectology Approach|url=http://ijsshr.in/v4i11/17.php|journal=International Journal of Social Science And Human Research|location=Surakarta|publisher=Department of Program of Linguistics Faculty of Cultural Sciences|publication-place=Universitas Sebelas Maret|volume=04|issue=11 November 2021|pages=3197-3202|doi=10.47191/ijsshr/v4-i11-17|issn=2644-0695|oclc=9326286574|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
* {{Cite journal|last=Mascita|first=D.E.|last2=Sariah|last3=Susilowati|first3=S.|year=2021|title=Strategi Pemertahanan Bahasa Sunda Lea Indramayu|url=https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jurnal_ranah/article/view/2395|journal=RANAH: Jurnal Kajian Bahasa|location=Cirebon|publisher=Mahasiswa Pascasarjana Unswagati|publication-place=Universitas Swadaya Gunung Jati|volume=10|issue=1|pages=182-195|doi=10.26499/rnh.v10i1.2395|issn=2579-8111|oclc=9455779493|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
* {{Cite journal|last=Tresnasih|first=R.I.|last2=Lasmiyati|first2=|year=2016|title=Fungsi Ngarot Untuk Masyarakat Lelea|url=http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/52|journal=Patanjala - Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya|volume=8|issue=1|pages=37-52|doi=10.30959/patanjala.v8i1.52|issn=2085-9937|oclc=8615578517|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
* {{Cite journal|last=Wahya|year=2017|title=Naɔn Ataukah Naön ‘Apa’ Inovasi Internal Dalam Bahasa Sunda?|url=https://www.researchgate.net/publication/335485126_Naon_ataukah_Naon_%27Apa%27_Inovasi_Internal_dalam_Bahasa_Sunda|journal=Metahumaniora|volume=7|issue=1|pages=14-19|doi=10.24198/mh.v7i1.23320|oclc=8212054433|issn=2085-4838|ref=harv|url-status=live|doi-access=free}}
{{refend}}
 
== Bacaan lanjutan ==
 
* {{Cite thesis|last=Wahya|title=Bahasa Sunda di Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu: Kajian Geografi Dialek|date=1995|degree=Tesis untuk gelar magister humaniora program pendidikan magister|publisher=Universitas Padjajaran|place=Bandung}}
 
== Pranala luar ==
{{Bahasa Sunda/Pranala luar}}
{{Bahasa Sunda}}
 
[[Kategori:Bahasa Sunda]]
[[Kategori:Dialek bahasa Sunda]]