Antibodi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 53:
'''Diagnosa penyakit'''
 
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan yang menyelidiki penyakit menular mengembangkan teknik diagnostik baru beserta cara terapinya. Alat baru muncul dari pemahaman yang berkembang tentang sistem kekebalan dan peran antitoksin (antibodi) yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap organisme atau racun (antigen) yang menyerang. Para ilmuwan merancang tes untuk mendeteksi adanya antibodi dalam darah dan menggunakan antigen untuk memicu respons [[Imunitas (medis)|imun]]. Tes ini memberikan informasi mengenai riwayat penyakit pasien, termasuk infeksi yang sedang dialami serta paparan penyakit sebelumnya. Pengujian dapat mengungkap infeksi sebelum gejala luar muncul dan membantu mengidentifikasi pembawa penyakit atau individu tanpa gejala namun ia terpapar suatu penyakit. <ref>{{Cite web|title=Diagnosing Disease with Antibodies|url=https://www.si.edu/spotlight/antibody-initiative/diagnostics|website=Smithsonian Institution|language=en|access-date=2021-03-25}}</ref>
 
'''Terapi penyakit'''
 
Behring dan Kitasato menemukan terapi antibodi pasif yang dapat melindungi dari racun bakteri. Pada awal 1890-an dan 1930-an terapi serum digunakan secara luas untuk mengobati berbagai penyakit menular. Namun, popularitas terapi serum antibodi terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan [[antibiotik]] pertama dikembangkan, dan antibiotik menjadi lebih banyak tersedia, sehingga penggunaan terapi serum menurun. Pada akhir 1940-an sebagian besar telah ditinggalkan. [[Preparat sementara|Preparat]] [[Imunoglobulin E|imunoglobulin]] tersedia untuk mengobati beberapa infeksi, seperti [[hepatitis B]], [[rabies]] dan [[virus varicella-zoster]], hanya satu antibodi monoklonal (palivizumab) yang telah dilisensikan untuk mencegah penyakit menular.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Casadevall|first=Arturo|last2=Dadachova|first2=Ekaterina|last3=Pirofski|first3=Liise-anne|date=2004-09|title=Passive antibody therapy for infectious diseases|url=https://www.nature.com/articles/nrmicro974|journal=Nature Reviews Microbiology|language=en|volume=2|issue=9|pages=695–703|doi=10.1038/nrmicro974|issn=1740-1534}}</ref>
 
Antibodi mampu memediasi berbagai efek biologis yang berbeda termasuk tidak bergantung pada komponen lain dari sistem kekebalan tubuh, seperti menetralkan racun dan virus, mengaktifkan komplemen, serta efek yang melibatkan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh, seperti [[sitotoksisitas]] dan [[opsonisasi]] seluler yang bergantung pada antibodi. Selain itu, efek antibodi dapat sinergis dengan efek terapi antimikroba konvensional, dan waktu untuk mengembangkan sediaan antibodi terapeutik akan jauh lebih singkat daripada waktu pengembangan vaksin.<ref name=":0" />
 
Antibodi dapat dengan mudah dimodifikasi untuk menargetkan sel inang. Salah satu strateginya adalah radioimunoterapi, di mana radionuklida dilekatkan pada molekul antibodi.<ref name=":0" />
 
'''Terapi prenatal'''
 
Faktor Rhesus (Rh) yang juga disebut sebagai antigen Rh D merupakan antigen yang terdapat pada sel darah merah. Individu dengan Rh-positif (Rh +) memiliki antigen ini pada sel darah merahnya dan individu yang Rh-negatif (Rh–) tidak. Selama persalinan normal, trauma persalinan atau komplikasi selama kehamilan, darah dari janin dapat masuk ke dalam sistem tubuh ibu. Dalam kasus ibu dan anak yang memiliki ketidakcocokan Rh, pencampuran darah konsekuensial dapat membuat ibu Rh-sensitif terhadap antigen Rh pada sel darah anak Rh +, menempatkan sisa kehamilan, dan setiap kehamilan berikutnya bisa berisiko terhadap penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir.<ref>{{Cite journal|last=Urbaniak|first=S. J.|last2=Greiss|first2=M. A.|date=2000-03-01|title=RhD haemolytic disease of the fetus and the newborn|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0268960X99901236|journal=Blood Reviews|language=en|volume=14|issue=1|pages=44–61|doi=10.1054/blre.1999.0123|issn=0268-960X}}</ref>
 
Pengobatan pranatal dengan diberikan Antibodi anti-RhD bertujuan untuk mencegah sensitisasi yang mungkin terjadi ketika ibu dengan Rh-negatif memiliki janin dengan Rh-positif. Pengobatan ibu dengan antibodi Anti-RhD sebelum dan sesaat setelah trauma persalinan menghancurkan antigen Rh dalam sistem ibu dari janin. Pengobatan Rho (D) Immune Globulin mencegah sensitisasi yang dapat menyebabkan penyakit Rh, tetapi tidak mencegah atau mengobati penyakit yang mendasari itu sendiri.<ref>{{Cite journal|date=2003-09-01|title=Prevention of Rh Alloimmunization|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1701216316310064|journal=Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada|language=en|volume=25|issue=9|pages=765–773|doi=10.1016/S1701-2163(16)31006-4|issn=1701-2163}}</ref>
 
== Referensi ==