[[Kategori:Sejarah Sunda]]
[[Kategori:Sejarah Cirebon]]
== Perjalanan ke Mekkah ==
Pada Tahun 1448<ref>Tahun menurut perkiraan Unang Sunardjo. Sunardjo, op.cit., hlm. 54</ref> Atas anjuran [[Syekh Datuk Kahfi]], Walangsungsang dan Lara Santang berlayar ke [[Makkah|Mekkah]] untuk menunaikan [[ibadah haji]]. [[Makkah|Kota Mekkah]] saat itu berada di bawah naungan [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk]] yang berpusat di [[Mesir]]. Kedua [[bangsawan]] [[Sunda]] ini hidup di [[Makkah|Mekkah]] selama tiga bulan, di bawah bimbingan Syekh Bayanullah (''saudara'' [[Syekh Datuk Kahfi]]). Selama di [[Mekkah]], Walangsungsang dan Lara Santang masing-masing mengambil nama Arab, yakni Haji Abdullah Iman dan [[Syarifah Mudaim]]. Lara Santang kemudian menikah dengan seorang amir atau bangsawan setempat bernama [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah]]<ref>{{Cite book|last=Sunardjo|first=Unang|date=1983|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=164073|title=Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cerbon 1479-1809|pages=44|url-status=live}}</ref>, dan berputrakan [[Syarif Hidayatullah]] (kelak menjadi [[tokoh]] berpengaruh di [[Jawa]]) yang dipekirakan lahir pada tahun itu juga. Ia tampaknya menetap di sana bersama suami dan putranya, sementara Walangsungsang pulang ke Cirebon.
== Masa pemerintahan ==
Walangsungsang berkuasa sebagai [[Kuwu|Kuwu Cirebon]] menggantikan Ki Gede Alang-Alang. Ia kemudian memproklamirkan [[Cirebon]] sebagai sebuah kerajaan, di mana ia meleburkan seluruh kerajaan Singapura{{Efn|Singapura di sini bukan negara Singapura saat ini, tapi merujuk ke nama sebuah kerajaan yang berkembang di Cirebon sebelum eksistensi Kesultanan Cirebon.}} ke dalam kekuasaannya. Ia juga menyatukan kerajaan di sekelilingnya, yakni Surantaka, Wanagiri, dan Japura ke dalam [[Kesultanan Cirebon]]. Sejak saat itu, Walangsungsang lebih dikenal dengan nama barunya, Pangeran Cakrabuana. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Cirebon berbatasan dengan Cimanuk ([[Indramayu]]) di barat, Rajagaluh ([[Majalengka]]), Saunggalah ([[Kabupaten Kuningan|Kuningan]]), Dayeuhluhur, dan Pasirluhur (Cilacap-Banyumas) di selatan, Paguhan (Tegal-Pemalang) di timur, dan Laut Jawa di utara. [[Pelabuhan]] utamanya adalah Muara Jati. Cakrabuana tetap berkuasa di bawah [[Kerajaan Galuh]]. Ia mengirimkan [[upeti]] (bulubekti) tahunan kepada Tohaan (“Yang Dipertuan”) atau [[Kerajaan Galuh|Raja Galuh]] yang juga merupakan kakeknya, [[Dewa Niskala]]. Sang kakek mengirim misi perutusan ke [[Cirebon]] untuk melantik Cakrabuana secara resmi sebagai raja daerah dengan gelar Tumenggung Sri Mangana. Misi ini dipimpin oleh Tumenggung Jagabaya dan Raden Kian Santang (adik kandung Cakrabuana). Kian Santang kemudian menetap di [[Cirebon]] mendampingi kakaknya.<ref name=":2">Sunardjo, Unang, [[Ibid.]], hlm. 45-47.</ref>
== Wafat ==
'''Pangeran Cakrabuana''' Wafat pada tahun 1529 Saat [[Pertempuran]] pecah di Pegunungan Kromong dan Gempol, yang berakhir dengan [[kemenangan]] [[pasukan]] [[Cirebon]]. Panglima perang [[Galuh]], Arya Kiban gugur menyebabkan moral pasukan [[Galuh]] turun dan dapat dikalahkan dengan mudah. Pasukan Cirebon lalu bergerak ke [[Kerajaan Talaga Manggung]] di [[selatan]]. Mereka berhasil menundukkannya dan mengislamkan penduduknya.<ref name=":1">Sunardjo, Unang, [[Ibid.]], hlm. 109.</ref>
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Bangsawan Sunda]]
|