Rakai Kayuwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizkydns (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rizkydns (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
Sebenarnya kurang tepat apabila Rakai Kayuwangi disebut sebagai raja [[Kerajaan Mataram]] karena menurut [[Prasasti Wantil]], saat itu istana [[Kerajaan Medang]] tidak lagi berada di daerah [[Mataram]], melainkan sudah dipindahkan oleh [[Rakai Pikatan]] (raja sebelumnya) ke daerah Mamrati, dan diberi nama Mamratipura.
 
Rakai Kayuwangi adalah putra bungsu [[Rakai Pikatan]] yang lahir dari permaisuri [[Pramodawardhani]]. Nama aslinya adalah Dyah Lokapala ([[Prasasti Wantil]], [[Prasasti Kuti]]) atau Mpu Lokapala ([[Prasasti Argapura]]).
 
Menurut[[Prasasti Kuti]] 840 M adalah prasati tertua yang di keluarkan oleh [[Rakai Kayuwangi]], sedangkan menurut [[Prasasti Wantil]] atau [[Prasasti Siwagrha]] tanggal [[12 November]] [[856]], diceritakan Dyah Lokapala naik takhta menggantikan ayahnya, yaitu '''Sang Jatiningrat''' (gelar [[Rakai Pikatan]] sebagai [[brahmana]]). Pengangkatan putra bungsu sebagai raja ini didasarkan pada jasa kepahlawanan Dyah Lokapala dalam menumpas musuh ayahnya, yang bermarkas di timbunan batu di atas bukit Ratu Baka.
 
Teori populer menyebut nama musuh tersebut adalah [[Balaputradewa]] karena pada [[Prasasti Wantil]] terdapat istilah walaputra. Namun, sejarawan Buchari tidak menjumpai prasasti atas nama [[Balaputradewa]] pada situs bukit Ratu Baka, melainkan atas nama [[Rakai Walaing]] Mpu Kumbhayoni. Adapun makna istilah walaputra adalah “putra bungsu”, yaitu julukan untuk Dyah Lokapala yang berhasil menumpas musuh ayahnya tersebut.