Kesultanan Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Iwan Said (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 69:
== Pendirian ==
[[Berkas:Sultan of Palembang throne.JPG|256px|ka|jmpl|Replika takhta sultan Palembang]]
 
Berdasarkan kisah ''Kidung Pamacangah'' dan [[Babad Arya Tabanan]]<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref> disebutkan seorang tokoh Anak [[Brawijaya (disambiguasi)|brawijaya]] sebagai ''bupati Palembang'' turut serta menaklukan Bali bersama dengan [[Gajah Mada]] Mahapatih [[Majapahit]] pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan [[Adityawarman]].<ref>Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref> Begitu juga dalam [[Nagarakretagama]], nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam [[Pararaton]] juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya.
Ketika terjadi kemelut di [[Kesultanan Demak]], [[Jawa Tengah]] banyak keluarga kerajaan yang melarikan diri ke Palembang. Salah satunya adalah Ki Gede Sedo Ing Lautan, yang kemudian mendirikan kerajaan di Palembang pada sekitar pertengahan abad ke-16.
 
[[Ki Gede Sedo Ing Lautan]] inilah yang nantinya menurunkan raja-raja di Kesultanan Palembang. Namun, kerajaannya saat itu masih menjadi bawahan [[Kesultanan Mataram]], [[Jawa Tengah]] yang dianggap sebagai pelindung dari [[Kesultanan Banten]].
 
Barulah pada masa [[Ki Mas Hindi]] (1659-1706), Kerajaan Palembang memutuskan segala hubungan dengan Kesultanan Mataram. Ki Mas Hindi kemudian menyatakan dirinya sebagai sultan, yang kedudukannya setara dengan penguasa Mataram. Oleh karena itu, Ki Mas Hindi dikenal sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan Palembang, yang kemudian bergelar Sultan Abdurrahman.
 
Berdasarkan kisah ''Kidung Pamacangah'' dan [[Babad Arya Tabanan]]<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref> disebutkan seorang tokoh Anak [[Brawijaya]] (disambiguasiRaja Majapahit)|brawijaya]] sebagai ''bupati Palembang'' turut serta menaklukan Bali bersama dengan [[Gajah Mada]] Mahapatih [[Majapahit]] pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan [[Adityawarman]].<ref>Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref> Begitu juga dalam [[Nagarakretagama]], nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam [[Pararaton]] juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya.
 
[[Berkas:Miniature of Palembang palace.JPG|256px|kiri|jmpl|Replika masjid agung kesultanan Palembang]]
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama ''Pa-lin-fong'' yang terdapat pada buku ''Chu-fan-chi'' yang ditulis pada tahun 1178 oleh ''Chou-Ju-Kua'' dirujuk kepada Palembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, [[Tomé Pires]] seorang petualang dari [[Portugis]] menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada [[kesultanan Demak]] sertayang turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis. Kemudian pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Seterusnya nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah [[Sri Susuhunan Abdurrahman]] tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah memiliki hubungan dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang.<ref name="Poesponegoro">{{cite book|last=Poesponegoro|first=M.D.|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|page= 46}}</ref>
 
== Ekonomi ==