Abdullah bin Nuh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Chalistaaa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala |
Chalistaaa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala |
||
Baris 50:
== Pekalongan dan Syamailul Huda ==
[[Pekalongan]] sebuah kota kecil yang berhasil mencetak [[kader]]-kader Muslim yang militan dan berwatak, membina mental pemuda -pemuda Islam yang berjiwa pahlawan dan bercita-cita tinggi menuju Indonesia Merdeka dengan landasan Kalimatullahi Hiyal ‘Ulya.
Di [[kota Pekalongan]] telah berdiri sebuah madrasah Arabiyyah yang benama “Syamailul Huda” yang terletak di Jl. Dahrian (sekarang Jl. Semarang). Madrasah tersebut mempunyai sebuah internat (pondok pesantren) dipinggiran Jl. Raya, di tengah-tengah keramaian manusia, bahkan tepat berhadap-hadapan dengan sebuah gedung bioskop. "Nakhoda" madrasah tersebut ialah seorang Sayyid keturunan Hadrol Maut bernama: Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir AI-‘Alawi Al-Hadromi. Ia seorang ‘Alim yang berjiwa besar, bercita-cita tinggi, berpandangan luas. Ia tak mengenal payah dan lelah, tak ingin melihat putra-putri Islam tidak maju. Ia bersemboyan: “sekali maju tetap maju, bekerja dengan semangat, disertai ikhlas niat, pasti dapat dengan selamat “.
Di Madrasah dan internat inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendidik, menerapkan ajaran Islam, menggemleng pemuda-pemuda yang berwatak, calon pahlawan/ Da’i/ Muballig dan Ulama.
|