Adam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 118:
Dalam surga atau Taman Eden, disebutkan bahwa Adam dan Hawa dapat memakan buah dari pohon mana saja, tetapi Allah melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon. Dalam Al-Qur'an disebutkan peringatan bahwa Adam akan tergolong orang yang zalim bila mendekati pohon tersebut,<ref>Al-Baqarah (2): 35</ref> sementara Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan menakut-nakuti Adam kalau dia akan mati bila memakan buah tersebut.<ref>{{Alkitab|Kejadian 3: 4}}</ref>
 
Alkitab mengisahkan bahwa [[ular]] kemudian membujuk [[Hawa]] untuk memakannya dan menyatakan bahwa jika mereka memakan buah terlarang tersebut, mereka akan mengetahui apa-apa saja yang baik dan buruk sebagaimana Tuhan. Hawa yang terbujuk akan perkataan ular, dan tertarik melihat cantiknya buah tersebut pun memetik beberapanya dan memberikan sebagiannya ke Adam, dan mereka pun memakannya bersama. Setelah memakannya, mereka pun menyadari bahwa diri mereka [[telanjang]] bulat dan merasa malu akan hal tersebut sehingga memetik daun-daun dari [[Tin|pohon ara]] untuk digunakan sebagai pakaian. Tidak lama berselang Tuhan pun datang. Namun Ia tidak menemukan Adam di tempat biasanya dia bermain, maka Tuhan memanggilnya, yang mana kemudian Adam pun datang, dan Tuhan menanyakan ada apa gerangan. Maka Adam pun menceritakan kalau dirinya bersembunyi karena malu dirinya telanjang. Tuhan yang heran pun bertanya ke Adam, "SiapaKenapa yangengkau memberi-tahu kalau dirimubisa telanjang? ApakahApa kauengkau memakan buah yang sudah kularang kau memakannya?". Adam pun mengatakan bahwa dia diberi buah itu oleh Hawa. Maka Tuhan pun marah dan bertanya ke hawa, "Apa-apaan ini yang telahsudah kau lakukan?". Hawa pun mengaku kalau dirinya telah ditipu oleh Setan.<ref>{{Alkitab|Kejadian 3: 1-6}}</ref>
 
Pada versi Kristen, ular tersebut kemudian dianggap sebagai [[setan]]. Sejumlah [[ilmuwan]] berpendapat, perubahan ini terjadi dikarenakan Yahudi awalnya tidak mengenal sosok setan. Dalam konsep agama yahudi awal, segala yang baik dan buruk dianggap sebagai kehendak Tuhan. Namun ini menimbulkan pertanyaan [[teodisi]] di pikiran orang-orang Israel pada masa itu, bagaimana bisa Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang, menimbulkan penderitaan kepada mereka seperti yang terjadi ketika [[Pembuangan ke Babilonia|pembuangan orang-orang Israel ke Babilonia]], apalagi kitab-kitab suci yahudi mengklaim kalau bangsa Israel adalah bangsa pilihan. Para pemuka agama Yahudi pun mendapat inspirasi untuk menjawab pertanyaan ini di saat dikontrolnya Israel oleh Persia yang beragama [[Zoroastrianisme]] pada sekitar tahun 539 - 332 SM. Di agama Zoroastrianisme, terdapat konsep [[dualisme]], di mana segala yang buruk berasal dari [[Angra Mainyu]], sedangkan segala hal yang baik berasal dari sosok Tuhan, [[Ahura Mazda]]. Para pemuka yahudi pun terpikir untuk mencontoh konsep ini dan dengan demikian terbentuklah secara bertahap sosok yang dikenal sekarang sebagai Setan. Sebelum itu, pada kitab-kitab yahudi, kata setan awalnya hanyalah kata yang bermakna "musuh", sebagaimana yang dapat dilihat pada ayat ([https://biblehub.com/text/1_samuel/29-4.htm 1 Samuel 29:4]) di mana Panglima Bangsa Philistine takut bilamana [[Daud]] akan menjadi שָׂטָ֣ן "''Setan''" (Lawan) mereka. Pada Kitab ([https://biblehub.com/text/numbers/22-22.htm Bilangan 22:22]) [[Tuhan]] mengirimkan malaikat untuk menjadi שָׂטָ֣ן "''Setan''" (Lawan) atas [[Bileam]] yang ikut pergi bersama orang-orang [[Moab]] yang berniat menyerang bangsa [[Israel]].<ref name=":2" /><ref name=":3" /><ref name=":4" />