Sriwijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
sumber tidak valid
sumber tidak valid/opini pribadi
Baris 184:
Pada 851 seorang pedagang Arab bernama Sulaimaan merekam sebuah peristiwa tentang wangsa Sailendra Jawa melakukan serangan mendadak terhadap kekaisaran Khmer dengan mendekati ibukota dari sungai, setelah menyeberang laut dari Jawa. Raja muda Khmer kemudian dihukum oleh Maharaja, dan kemudian kerajaan menjadi pengikut dinasti Sailendra.<ref name="Rooney-Angkor">{{Cite book|url=https://www.bookdepository.com/Angkor-Dawn-Rooney/978-9622178021|title=Angkor, Cambodia's Wondrous Khmer Temples|last=Rooney|first=Dawn|date=16 April 2011|website=www.bookdepository.com|publisher=Odyssey Publications|isbn=978-9622178021|location=Hong Kong|access-date=2019-01-21}}</ref>{{rp|35}} Pada 916 M, sebuah kerajaan Jawa menyerbu Kekaisaran Khmer, menggunakan 1000 kapal berukuran sedang, yang berakhir dengan kemenangan Jawa. Kepala raja Khmer kemudian dibawa ke Jawa.<ref>{{Cite book|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and Malay Peninsula|last=Munoz|first=Paul Michel|publisher=Editions Didier Miller|year=2006|isbn=|location=Singapore|pages=}}</ref>{{rp|187-189}}
 
==== SriwijayaHubungan berkuasaSriwijaya didengan Jawa ====
{{main|Wangsa Sailendra|Kerajaan Medang}}
 
Wangsa Sailendra di Jawa membina dan memelihara persekutuan dengan trah Sriwijaya di Sumatra, dan kemudian selanjutnya mendirikan pemerintahan mereka di [[Kerajaan Medang|Kerajaan Medang Mataram]] di Jawa Tengah.
 
Di Jawa, pewaris [[Dharanindra]] adalah [[Samaragrawira]] (memerintah 800—819), yang disebutkan dalam [[Prasasti Nalanda]] (bertarikh 860) sebagai ayah dari [[Balaputradewa]], dan putra dari ''Śailendravamsatilaka'' (perhiasan keluarga Śailendra) dengan nama gelaran ''Śrīviravairimathana'' (pembunuh perwira musuh), yang merujuk kepada Dharanindra.<ref name=indianised>{{Cite book
Baris 202:
Sejarawan sebelumnya, seperti N. J. Krom, dan Coedes, cenderung menyamakan Rakai Warak dengan [[Samaratungga]].<ref name="indianised" />{{rp|92}} Namun, sejarawan kemudian seperti Slamet Muljana menyamakan Samaratungga dengan Rakai Garung, yang disebutkan dalam Prasasti Mantyasih sebagai raja kelima kerajaan Mataram. Yang berarti Samaratungga adalah penerus dari Rakai Warak.
[[Berkas:Borobudur-Temple-Park Indonesia Stupas-of-Borobudur-04.jpg|ka|jmpl|[[Borobudur]] dirampungkan pada masa pemerintahan Samaratunga dari wangsa Sailendra.]]
Dewi Tara, putri Dharmasetu, menikahi [[Samaratungga]], seorang anggota keluarga Sailendra yang kemudian naik takhta Sriwijaya sekitar tahun 792.<ref>{{cite book |last=Munoz|first=Paul Michel|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=Editions Didier Millet|year=2006|location=Singapore|url= |doi= |pages=175|isbn= 981-4155-67-5}}</ref> Pada abad ke-8 Masehi, istana Sriwijaya bertempat di Jawa, karena para raja dari wangsa Sailendra diangkat sebagai Maharaja Sriwijaya.
 
==== Kembali ke Palembang ====