Jurnalisme hiburan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Naraht (bicara | kontrib)
k spelling
Baris 11:
Semakin tahun berganti, semakin banyak bermunculan teknologi komunikasi. Setelah kemunculan mesin cetak, surat kabar menjadi animo masyarakat. Hingga pada tahun 1920-an, radio komersial muncul.<ref>Kusumaningrat, H. & Kusumaningrat, P. (2016). ''Jurnalistik: Teori dan Praktik Edisi Ketujuh''. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. </ref> Tak lama setelahnya, seusai Perang Dunia I, televisi menarik perhatian masyarakat dengan inovasinya yang menggabungkan visual dan audio secara bersama-sama. Inovasi selanjutnya ialah internet yang kemudian melahirkan ruang lingkup jurnalisme baru.
 
Salah satu ruang lingkup jurnalisme baru ialah jurnalisme hiburan. Kata hiburan (''infotainment'') pada awalnya berasal dari JohnJohns Hopkins University (JHU) di Baltimore, Amerika Serikat. Universitas tersebut mencoba berinovasi menciptakan metode penyampaian pesan-pesan kesehatan yang efektif untuk mengubah perilaku masyarakat secara positif. Guna melaksanakan rencana tersebut, JHU bidang kesehatan membentuk unit ''Center of Communication Program'' (CPP) yang akhirnya mencapai konsep pesan berupa hiburan. Konsepnya bertitik tolak pada asumsi bahwa informasi yang disampaikan begitu saja belum tentu menarik perhatian khalayak, apalagi hingga sejauh mengubah sikap yang positif.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=xIs8DwAAQBAJ&pg=PP5&lpg=PP5&dq=jurnalisme+entertainment&source=bl&ots=d7XCmxCRuy&sig=8_rYsFWA7lDsBELQsV8qYX2ItYc&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj3if6y8ebdAhUCTo8KHZOgCJ8Q6AEwB3oECAQQAQ#v=onepage&q=jurnalisme%20entertainment&f=false|title=Jurnalisme Kontemporer Edisi Kedua|last=K|first=Septiawan Santana|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9786024334499|language=id}}</ref>
 
Untuk itu, JHU/CPP menyusun program penyampaian pesan yang dikemas menggunakan alat bantu seperti, drama radio, iklan layanan masyarakat yang atraktif, acara peluncuran, pelibatan tokoh masyarakat sebagai pemberi pesan, hingga konser bagi kaum muda guna mempromosikan pesan kesehatan tertentu. Konsep hiburan ini kemudian diadopsi oleh media massa untuk menghindari tekanan setelah seharian bekerja.