Wreksodiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thoriq85 (bicara | kontrib)
Thoriq85 (bicara | kontrib)
Perjuangan & Karya: Setelah Lulus
Baris 20:
 
== Riwayat Hidup ==
Wreksodiningrat lahir di Yogyakarta, 22 Agustus 1888<ref name=":0">{{Cite book|last=Nagazumi|first=Akira|date=1986|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=188997|title=Indonesia dalam kajian sarjana Jepang : perubahan sosial-ekonomi abad XIX & XX dan berbagai aspek nasionalisme Indonesia|publisher=Yayasan Obor Indonesia|url-status=live}}</ref> dari ayah yang bernama KPH Notodirojo (Putra [[Paku Alam V|Sri Paku Alam V]]) dan Ibu yang bernama R.A. Muktionowati (Cucu Sri [[Paku Alam II]])<ref name=":3" />. Nama kecil Wreksodiningrat yaitu Raden Mas Radete dan nama dewasanya Raden Mas Notodiningrat. Sedangkan nama atau gelar dari Keraton Kasunanan yaitu Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wreksodiningrat<ref name=":3" />.
Wreksodiningrat lahir di Puro Pakualaman dan sampai tingkat SMA tinggal di Puro Pakualaman. Riwayat pendidikannya yaitu:
Baris 28:
# Pada waktu SMA bersekolah di Sekolah [[Hogereburgerschool|H.B.S. Semarang]] (1903-1908);
# [[Universitas Teknologi Delft|Technische Hogeschoole Van Delft]], [[Teknik sipil|Civieltnsinjoer]] (1908-1912 dan 1916-1918).<ref name=":0" />
Setelah lulus, ia menjadi insinyur di ''Lands Openbare Werken'' (Pekerjaan Umum) pada bagian irigasi ''afdeling'' Serayu, [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]]. Kemudian pada tahun 1924 mendapat tugas baru dalam irigasi dan pembuatan jalan di Pulau [[Pulau Lombok|Lombok]]. Dan pada tahun 1933, ia mendapat wewenang yang lebih luas yaitu sebagai insinyur djawatan gedung - gedung negeri daerah [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dan [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Ia kemudian ditunjuk menjadi kepala kantor Air Minum di Surakarta pada tahun 1940, dimana kemudian pada beberapa tahun setelahnya ia diminta menjabat posisi kepala Kantor Pekerjaan Umum di Surakarta. Keberhasilannya sebagai kepala Kantor Pekerjaan Umum di Surakarta mendapatkan perhatian dari Pemerintah Republik Indonesia, hingga ia diangkat menjadi Sekretaris Jendral Pekerjaan Umum dan Tenaga.<ref name=":3" />
 
Wreksodiningrat wafat di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tanggal 9 Oktober 1969 dan dimakamkan di Astana Girigondo, Wates, Kulon Progo.
 
Baris 33 ⟶ 35:
Pada saat masih menjadi mahasiswa di Delft, Belanda, ia bertemu dengan kurang lebih 30 mahasiswa Indonesia lainnya.<ref name=":4">{{Cite book|last=van Niel|first=Robert|date=2009|title=Munculnya Elit Modern Indonesia|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=9789794197004|pages=81|url-status=live}}</ref> Wreksodiningrat ikut dalam [[Indische Vereeniging]] (Perhimpunan Indonesia) di Belanda. Ia menjadi salah satu pengurus dalam perhimpunan tersebut yaitu menjadi sekretaris. [[Indische Vereeniging]] yaitu organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908 untuk sebagai sebuah perkumpulan kebudayaan dan pentas menyebarkan ide-ide baru<ref name=":4" />.
Sejak [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] dan [[Ki Hadjar Dewantara]] masuk, pada 1913 mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik.
 
Selain itu ia juga banyak berperan dalam pendidikan, dapat dilihat jasanya dalam mendirikan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM).<ref>{{Cite news|title=Sejarah Teknik Kimia|url=http://www.teknikkimiaindonesia.org/index.php/profil/sejarah-teknik-kimia-indonesia/}}</ref> Pada tahun 1945, STT Bandoeng mengungsi ke Yogyakarta karena adanya perang, Wreksodiningrat memimpin STT Bandoeng pada 1 Maret 1947. Dimana kemudian STT Bandoeng kemudian berubah menjadi STT Jogjakarta. Hingga pada 20 Mei 1949, Wreksodiningrat diundang sebagai pemimpin STT Jogjakarta untuk mengikuti rapat persiapan pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Kepatihan. Dimana rapat dipimpin oleh Prof. Soetopo dan dihadiri oleh [[Hamengkubuwana IX|Sultan Hamengkubuwono IX]], Prof.Dr. [[Prijono]], Prof.Dr. [[Sardjito]], Prof.Ir. Harjono dan lain-lain<ref name=":5">{{Cite book|last=Mahyuddin|first=Miswar Tumpu, Ritnawati Makbul, Asri Mulya Setiawan, Abdurrozzaq Hasibuan|date=2021|title=Insinyur Indonesia|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=9786233421379|pages=8 dan 9|url-status=live}}</ref>.
 
Setelah STT Jogjakarta bergabung ke dalam [[Universitas Gadjah Mada|UGM]], Wreksodiningrat kemudian diangkat menjadi dosen, ketua dan Guru Besar bidang Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Ia juga menjadi anggota senat pertama, anggota dewan kurator pertama UGM dan panitia penaksir harga tanah untuk pembangunan gedung pusat UGM<ref name=":5" />.
 
Dalam pelaksanaan perjuangannya Wreksodiningrat memberi pengarahan-pengarahan kepada mahasiswa-mahasiswa [[Universitas Gadjah Mada]]. Mereka tidak hanya berasal dari Fakultas Teknik, tetapi berasal dari beberapa Fakultas, misalnya dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran. Ia memberi pengarahan bagaimana caranya menghancurkan jembatan dengan sekali ledakan pada titik-titik tertentu. Jembatan-jembatan yang diledakkan antara lain:<ref name=":1" />
# Jembatan [[Sungai Luk Ulo|Luk Ulo]] di [[Kabupaten Kebumen|Kebumen]], jembatan ini berasal dari batu, /belum beton;
# Jembatan Baja di sekitar Kebumen;
# Jembatan Kemit Gombong (1948).
Ilmu-ilmunya diwujudkan dalam bentuk karya yaitu membangun <ref name=":3" /><ref name=":1" />:
Baris 47 ⟶ 53:
# Pintu gerbang (gapura) makam Paku Buwono X di Imogiri;
# Pelabuhan di Amsterdam setelah menyelesaikan studi di Negeri Kincir Angin (Belanda)
 
 
Selain itu ia juga banyak berperan dalam pendidikan, dapat dilihat jasanya dalam mendirikan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM).<ref>{{Cite news|title=Sejarah Teknik Kimia|url=http://www.teknikkimiaindonesia.org/index.php/profil/sejarah-teknik-kimia-indonesia/}}</ref> Pada tahun 1945, STT Bandoeng mengungsi ke Yogyakarta karena adanya perang, Wreksodiningrat memimpin STT Bandoeng pada 1 Maret 1947. Dimana kemudian STT Bandoeng kemudian berubah menjadi STT Jogjakarta. Hingga pada 20 Mei 1949, Wreksodiningrat diundang sebagai pemimpin STT Jogjakarta untuk mengikuti rapat persiapan pendirian [[Universitas Gadjah Mada]] di Kepatihan. Dimana rapat dipimpin oleh Prof. Soetopo dan dihadiri oleh [[Hamengkubuwana IX|Sultan Hamengkubuwono IX]], Prof.Dr. [[Prijono]], Prof.Dr. [[Sardjito]], Prof.Ir. Harjono dan lain-lain<ref name=":5">{{Cite book|last=Mahyuddin|first=Miswar Tumpu, Ritnawati Makbul, Asri Mulya Setiawan, Abdurrozzaq Hasibuan|date=2021|title=Insinyur Indonesia|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=9786233421379|pages=8 dan 9|url-status=live}}</ref>.
 
Setelah STT Jogjakarta bergabung ke dalam [[Universitas Gadjah Mada|UGM]], Wreksodiningrat kemudian diangkat menjadi dosen, ketua dan Guru Besar bidang Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Ia juga menjadi anggota senat pertama, anggota dewan kurator pertama UGM dan panitia penaksir harga tanah untuk pembangunan gedung pusat UGM<ref name=":5" />.
 
== Jembatan ==
Untuk mengenang jasa Prof. Ir. Wreksodiningrat dalam kontribusinya dibidang teknik sipil dan masa perjuangan kemerdekaan, Pemerintah melalui [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia|Kementrian Pekerjaan Umum]] membangun jembatan Wreksodiningrat untuk menghubungkan Jl. [[Nyi Tjondrolukito]] (d/h: Jl. Monjali) dan [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] (Jl. [[Kaliurang]]). Jembatan dibangun diatas sungai code, dimana terdiri atas 4 lajur dengan konstruksi pelengkung beton bertulang, panjang 145 meter dan lebar 15,5 meter.<ref name=":2">{{Cite web|title=Jembatan Wreksodiningrat|url=http://www.datajembatan.com/index.php?g=guest_bridge&m=bridge.detail.bangunan_atas&b=109}}</ref> Jembatan ini memiliki 2 pilar pada sisi barat dan sisi timur dengan didukung oleh fondasi ''bore pile''. Jembatan yang dibangun sejak Oktober 2007 dan selesai pada Nopember 2008 ini telah menelan dana Rp 24,2 miliar yang berasal dari dana APBN tahun 2007 dan 2008.<ref name=":2" />