Serangan pada rumah Fatimah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ilham Syafii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Ilham Syafii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis pengguna baru menambah pranala merah VisualEditor
Baris 54:
 
Banyak riwayat mengenai peristiwa pasca-Saqifah di dalam Kitab Sulaym bin Qays yang serupa dengan sumber-sumber sejarah (Sunni),{{Sfn|Khetia|2013|pp=66-7}} akan tetapi kitab ini juga mengandung detail-detail eksplisit mengenai dugaan serangan yang dilakukan Umar yang sudah tidak sabar terhadap rumah Fatimah setelah beberapa kali percobaan gagalnya menundukkan Ali.{{Sfn|Khetia|2013|p=67}} Riwayat tersebut disampaikan di bawah otoritas [[Salman al-Farisi|Salman]], yang merupakan sahabat dekat dari [[Muhammad|Nabi]] dan Ali. Di ujung dari percecokan tersebut, menurut riwayat ini, penolakan Fatimah terhadap masuknya massa ke dalam ke rumahnya, membangkitkan amarah Umar yang tidak menghiraukan permohonan Fatimah, yang kemudian membakar pintunya dengan api, lalu mendobrak masuk ke dalam rumah. Atas perlawanan Fatimah. riwayat teserbut mendeskripsikan bahwa Umar secara fisik menyerang Fatimah dengan pedang terhunus. Massa pun dengan cepat menaklukkan Ali dan menyeretnya pergi, memukul Fatimah lagi di saat dirinya berusaha mencegah hal itu terjadi. Riwayat tersebut menyatakan bahwa luka yang diterima Fatimah ketika serangan tersebut masih ada dengannya ketika dirinya meninggal tidak lama setelahnya.{{Sfn|Khetia|2013|pp=67-8}}
 
=== ''Kitab al-Kafi'' ===
''[[Kitab al-Kafi]]'' adalah salah satu koleksi utama dari hadits Islam Syi'ah 12 Imam, yang dikumpulkan oleh al-Kulayni. Kitab ini berisi sebuah riwayatyang berasal dari Imam ke-7, Musa al-Kazim, yang mendeskripsikan Fatimah sebagai syahidah. Hadits ini disampaikan atas otoritas saudara dari al-Kazim dengan nama Ali bin Ja'far al-Sadiq, yang dianggap sebagai perawi yang terpercaya dan menyampaikan banyak hadits dan seorang Syi'ah arus utama. Oleh karenanya, riwayat ini dipandang sebagai dapat dipercaya keakuratannya dan otentik di kalangan ulama-ulama Syi'ah 12 Imam.{{Sfn|Khetia|2013|p=70}}
 
=== ''Kamil al-Ziyarat'' ===
''Kamil al-Ziyarat'' disusun oleh al-Qummi, seorang tradisionis ternama Syi'ah 12 Imam. Kitabnya berisi hadits yang berasal dari Imam ke-6, Ja'far al-Sadiq, di mana Nabi diinformasikan ketika sedang [[Isra Mikraj|Isra Mi'raj]], akan kematian keluarganya di tangan umat Muslim. Untuk putrinya, Fatima, laporannya menyebut bahwa kegugurannya dan kematiannya disebabkan atas cedera yang diakibatkan oleh serangan ke rumahnya.{{Sfn|Khetia|2013|p=71|pp=}} Riwayat ini dilaporkan atas otoritas Hammad bin Utsman, seorang sahabat yang terkenal dari al-Sadiq dan seorang Syi'ah arus utama. Sebagai hasilnya, riwayat ini lagi-lagi dipandang sebagai otentik di kalangan hadits-hadits Syi'ah 12 Imam.{{Sfn|Khetia|2013|p=72|pp=}}
 
Hadits ini juga kemungkinan berisi referensi paling awal mengenai kegugurannya Fatimah yang diakibatkan serangan yang dilakukan Umar.{{Sfn|Khetia|2013|pp=72-3}} Selain kitab ini, berbagai sumber lainnya juga mencatatkan mengenai anak kelima Fatimah, bernama Muhsin,{{sfn|Khetia|2013|p=73}} meskipun sebagian besar sumber Sunni kukuh mengatakan dia mati saat sudah lahir, namun ketika masih bayi.{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Glassé|2001a|p=}}
 
=== ''Kitab al-Irshad'' ===
Kitab ini disusun oleh al-Mufid, seorang ahli teologi Syi'ah 12 Imam. Di dalamnya, al-Mufid hanya menyebut mengenai keyakinan Syi'ah mengenai kematian Muhsin di kandungan tanpa menyinggung Umar ataupun memasukkan daftar tradisi-tradisi yang mendukung keyakinan ini. Mengingat bahwa al-Mufid menulis kejadian di dalam kitab yang lain, Khetia mencurigai bahwa al-Mufid menahan diri dari topik-topik kontroversial yang dapat mengakibatkan Kitab al-Irshad nya tidak dapat diakses oleh sebagian besar umat Syiah 12 Imam tanpa memprovokasi kemarahan pihak Sunni.{{Sfn|Khetia|2013|pp=75-6}}
 
=== ''Dala'il al-Imama'' ===
Di dalamnya ''Dala'il al-Imama'' nya, Ibnu Rustam (abad 4 H atau 11 M) mengikut sertakan riwayat dari Ja'far al-Sadiq atas otoritas Abu Basir, seorang perawi banyak merawikan hadits dan seorang sahabat dekat dari Imam ke-6. Sisa dari rantai perawinya juga termasuk tradisionis-tradisionis ternama Syi'ah, dan hadits ini oleh karenanya dianggap sebagai terpercaya. Konten dari hadits-nya sangat mirip dengan riwayat yang ditemukan di Kitab Sulaym bin Qays, kecuali ditambahkan bahwa Fatimah kehilangan Muhsin karena dipukul oleh klien dari Umar, bernama Qunfudh, ketimbang Umar sendiri.{{Sfn|Khetia|2013|p=77}}
 
== Kematian Fatimah ==
Fatima wafat pada tahun ke-11 Hijriah atau 632 Masehi, yakni enam bulan setelah kematian Muhammad.{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Abbas|2021|p=104}} Pada saat itu umurnya sekitar 18 tahun menurut sumber Syi'ah atau 27 tahun menurut sumber Sunni. Pihak Sunni berpandangan kalau Fatimah meninggalkan karena kesedihan akan kematian Muhammad.{{sfn|Veccia Vaglieri|2022a}}{{sfn|Fedele|2018|p=56}} Akan tetapi, Islam Syi'ah, meyakini bahwa cederanya Fatimah yang diakibatkan serangan oleh Umar menyebabkan kegugurannya dan kematiannya tidak lama setelahnya.{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Fedele|2018|p=56}}{{sfn|Abbas|2021|p=98}}
 
Dipercayai secara luas bahwa Fatimah tidak pernah berekonsiliasi dengan Abu Bakar dan Umar.{{sfn|Madelung|1997|p=52}}{{sfn|Aslan|2011|p=122}}{{sfn|Anthony|2013|p=31}}{{sfn|Jafri|1979|p=47}}{{sfn|Mavani|2013|p=117}} Terdapat sejumlah laporan bahwa Abu Bakar dan Umar berusaha mengunjungi Fatimah ketika hari-hari terakhir Fatimah untuk meminta maaf, yang mungkin dianggap menunjukkan kebersalahannya mereka, menurut Madelung.{{sfn|Madelung|1997|p=52}} Sebagaimana dicatatkan oleh al-Imama wa al-Siyasa,{{sfn|Khetia|2013|pp=35-6}} Fatimah mengingatkan Abu Bakar dan Umar mengenai kata-kata Muhammad, "Fatimah adalah bagian dariku, dan siapa saja membangkitkan amarahnya sama saja telah membangkitkan amarahku."{{sfn|Abbas|2021|p=103}}{{sfn|Khetia|2013|pp=35-6}} Fatimah yang dalam kondisinya yang berujung kematian, kemudian berkata kepada keduanya bahwa mereka benar-benar telah membangkitkan amarahnya dan dirinya akan segera membawa komplainnya kepada Allah dan utusannya, Muhammad.{{sfn|Abbas|2021|p=102}}{{sfn|Khetia|2013|pp=25-6}} Madelung mengusulkan bahwa implikasi dari kemarahan Fatimah memotivasi dikarangnya cerita-cerita mengenai rekonsiliasi Fatimah dengan Abu Bakar dan Umar.{{sfn|Madelung|1997|p=52}}
 
Mengikuti keinginan Fatimah, Ali kemudian menguburkan Fatimah secara diam-diam pada malam hari.{{sfn|Khetia|2013|p=82}}{{sfn|Fedele|2018}} Menurut [[Ibnu Jarir ath-Thabari|ath-Thabari]], Fatimah meminta supaya Abu Bakar dilarang untuk mendatangi pemakaman dirinya,{{Sfn|Abbas|2021|p=103}}{{Sfn|Mavani|2013|p=117}}{{Sfn|Kassam|Blomfield|2015|p=212}} dan permintaan ini dipenuhi oleh Ali.{{Sfn|Aslan|2011|p=122}} Tempat dikuburnya Fatimah masih belum dipastikan lokasi tepatnya hingga saat ini.{{sfn|Abbas|2021|pp=103-4}}{{Sfn|Klemm|2005|pp=184-5}}{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Khetia|2013|p=82}}
 
== Lihat pula ==