Dukun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 114.79.5.8 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Aris riyanto
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Sonibudi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
Di samping peran signifikannya, keberadaan dukun sering kali menjadi kontroversi.<ref name="KOMUNITAS:0" /> Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena dukun yang dilakukan di [[Madura]], dapat diketahui bahwa melalui dukun adalah salah satu strategi yang digunakan untuk mendapatkan kedudukan [[sosial]], [[ekonomi]], dan [[politik]] di masyarakat. Penggunaan kekuatan yang berasal dari sumber [[gaib]] sebagai cara terpenting maupun sebagai cara alternatif untuk mencapai keinginan dan tujuan pribadi secara seketika, yang mana agama tidak menjanjikan keinstanan tersebut, telah ada di Madura sejak bertahun-tahun lalu.INTERNATIONAL Hal-halJOURNAL pribadiOF yangINDONESIAN diinginkanSOCIETY melaluiAmelalui perantara kekuatan gaib itu meliputi keinginan meningkatkan kedudukan sosial, mencapai kuota dan target [[bisnis]], kemajuan karier, kesuksesan pendidikan, kesehatan, hingga asmara. Beberapa orang Madura mengidentifikasikan diri sebagai [[Muslim]] dan mengamalkan ajaran serta kepercayaan agama, tetapi pada saat yang sama melibatkan diri dengan aktivitas yang berhubungan dengan alam gaib yang tidak diperbolehkan/dibenarkan dalam agama dan kepercayaan tersebut.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Haryanto|first=Bangun Sentosa D.|date=2015-12-31|title=The Dukuns of Madura: Their Types and Sources of Magical Ability in Perspective of Clifford Geertz and Pierre Bourdieu|url=http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/view/3479|journal=Hubs-Asia|language=en|volume=9|issue=1|pages=107–118|issn=2406-9183}}</ref>
:''"Untuk kegunaan lain dari dukun, lihat pula [[perdukunan]]"''.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een medicijnman van Sabiroet Mentawai-eilanden TMnr 10006664.jpg|jmpl|ka|Dukun (''sikerei'') suku [[Sakuddei]], [[pulau Siberut]], [[Kabupaten Kepulauan Mentawai|Kepulauan Mentawai]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een dukun (medicijman) bereid een drank TMnr 10006709.jpg|jmpl|ka|250px|Seorang dukun sedang mempersiapkan sebuah minuman.]]
'''Dukun''' atau '''orang pintar''' adalah istilah yang secara umum dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan [[supranatural]] yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak kasatmata serta mampu berkomunikasi dengan [[arwah]] dan [[alam gaib]], yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan [[sihir]], kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sartini|first=Sartini|last2=Ahimsa-Putra|first2=Heddy Shri|date=2017-02-27|title=Redefining The Term of Dukun|url=https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/22565|journal=Humaniora|language=en|volume=29|issue=1|pages=46–60|issn=2302-9269}}</ref>
 
[[Berkas:Shaman. Dayak Tunjung village.jpg|jmpl|Dukun [[suku Dayak]], [[Kalimantan Timur]].]]
 
Istilah dukun biasanya digunakan di daerah pedesaan, sedangkan “orang pintar” atau [[paranormal]], untuk menyatakan hal yang sama, digunakan lebih umum di antara populasi perkotaan. Penerimaan sosial terhadap istilah “orang pintar” pun biasanya lebih positif dibandingkan penggunaan istilah dukun. Sebab, meskipun memiliki persamaan karakteristik dengan dukun dalam hal bantuan yang diberikan, merujuk pada penggunaan istilah “orang pintar” biasanya tidak meminta imbalan atas jasa yang diberikan, dan tidak seperti tipikal dukun dalam penggunaannya secara istilah, keberadaan “orang pintar” di dalam masyarakat, tidak berbeda dengan anggota komunitas lainnya.<ref name=":0" /> Selain menarik bayaran untuk keuntungan pribadi serta kurang berinteraksi dan berbaur dengan komunitas masyarakat, konotasi negatif yang muncul apabila istilah dukun yang digunakan, yaitu cenderung bersifat oportunistik dan menjalani praktik-praktik tidak bermoral, dengan dalih sebagai bagian dari ''“treatment”''.<ref>{{Cite news|url=http://indonesiaexpat.biz/featured/something-wicked-this-way-comes/|title=Something Wicked This Way Comes - Indonesia Expat|date=2012-10-23|newspaper=Indonesia Expat|language=en-US|access-date=2017-11-02}}</ref>
 
Dukun dalam pengertiannya yang asli dan tidak dibedakan dari istilah “orang pintar”, mempunyai peranan signifikan dalam masyarakat.<ref name=":0" /> Adanya pengobatan medis modern dan [[asuransi kesehatan]], terutama di daerah pelosok, tidak dapat menyingkirkan eksistensi pengobatan [[alternatif]] melalui dukun. Penyembuhan penyakit secara non-medis tersebut masih dipraktikkan dan masih menjadi pilihan utama masyarakat karena lebih murah dan lebih mudah. Di [[Kediri]], dukun yang membantu menyembuhkan penyakit sangat dibutuhkan dan dihormati di masyarakat, sehingga mereka memegang peranan sosial yang cukup penting. Para pasien yang datang untuk berobat ke sana tidak hanya terbatas dari dalam Kediri saja, tetapi juga dari luar Kediri, hingga luar provinsi, bahkan luar pulau Jawa.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Arini|first=Ratih Tyas|last2=Alimi|first2=Moh Yasir|last3=Gunawan|first3=Gunawan|date=2016-08-22|title=The Role of Dukun Suwuk and Dukun Prewangan in Curing Diseases in Kediri Community|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/4461|journal=KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE|language=en|volume=8|issue=2|pages=328–338|doi=10.15294/komunitas.v8i2.4461|issn=2460-7320}}</ref>
 
Di samping peran signifikannya, keberadaan dukun sering kali menjadi kontroversi.<ref name=":0" /> Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena dukun yang dilakukan di [[Madura]], dapat diketahui bahwa melalui dukun adalah salah satu strategi yang digunakan untuk mendapatkan kedudukan [[sosial]], [[ekonomi]], dan [[politik]] di masyarakat. Penggunaan kekuatan yang berasal dari sumber [[gaib]] sebagai cara terpenting maupun sebagai cara alternatif untuk mencapai keinginan dan tujuan pribadi secara seketika, yang mana agama tidak menjanjikan keinstanan tersebut, telah ada di Madura sejak bertahun-tahun lalu. Hal-hal pribadi yang diinginkan melalui perantara kekuatan gaib itu meliputi keinginan meningkatkan kedudukan sosial, mencapai kuota dan target [[bisnis]], kemajuan karier, kesuksesan pendidikan, kesehatan, hingga asmara. Beberapa orang Madura mengidentifikasikan diri sebagai [[Muslim]] dan mengamalkan ajaran serta kepercayaan agama, tetapi pada saat yang sama melibatkan diri dengan aktivitas yang berhubungan dengan alam gaib yang tidak diperbolehkan/dibenarkan dalam agama dan kepercayaan tersebut.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Haryanto|first=Bangun Sentosa D.|date=2015-12-31|title=The Dukuns of Madura: Their Types and Sources of Magical Ability in Perspective of Clifford Geertz and Pierre Bourdieu|url=http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/view/3479|journal=Hubs-Asia|language=en|volume=9|issue=1|pages=107–118|issn=2406-9183}}</ref>
 
Dukun dan perdukunan merupakan suatu [[dilema]]. Pada satu sisi dipandang sebagai profesi dan aktivitas yang “kotor”, tetapi pada sisi yang lain setidaknya memainkan peran dinamis dalam sistem sosial, budaya, dan hubungan politik, dalam terminologi yang oleh sosiologis [[Perancis]], [[Pierre Bourdieu]], sebut sebagai [[Cultural capital|''cultural capital'']]'','' yang diakumulasikan untuk mendominasi masyarakat. Istilah dukun yang populer di daerah pedesaan itu pada perkembangannya menjadi jarang digunakan. Sebagai gantinya digunakan kata yang lebih halus atau yang lebih mengindikasikan orientasi keagamaan seperti ''Ki'' atau ''Aki'', ''Abah'', ''[[Haji]]'', ''[[Kyai]]'', atau ''[[Ustaz]]'', agar secara konsensus sosial tidak berbahaya, sehingga dapat mengganggu aktivitas atau kebutuhan mereka.<ref name=":2" />