Kapitayan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambah templat redirect
Mlayu (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 3:
 
== Etimologi dan terminologi ==
Secara etimologi, kata "''{{lang|kaw|Kapitayan}}''" merupakan istilah yang berasal dari [[bahasa Jawa Kuno]], yang memiliki kata dasar "''{{lang|kaw|Taya}}''" ([[Aksara Jawa Kuno|Caraka Kuno]]: [[File:Aksara Kawi ta.svg|15px]][[File:Aksara Kawi ya.svg|15px]]) yang berarti "tak terbayangkan", "tak terlihat" atau "mutlak" secara harfiah,<ref name="Old Javanese">{{citation|last=Zoetmulder|first=P.J.|title=Old Javanese-English Dictionary|year=1982|publisher=[[Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies|Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]}}</ref> dengan demikian itu berarti bahwa ''Taya'' tidak dapat dipikirkan atau dibayangkan, atau tidak dapat digapai oleh [[panca indra]] duniawi manusia.<ref name=":2">Sunyoto (2017). p. 14.</ref>
Secara sederhana,  Kapitayan dapat digambarkan sebagai suatu ajaran keyakinan yang memuja sembahan utama yang disebut Sanghyang Taya, yang bermakna hampa, kosong, ''suwung'', atau ''awang''-''uwung''. Kata ''awang''-''uwung'' bermakna ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada, untuk itu, supaya bisa dikenal dan disembah manusia, Sanghyang Taya digambarkan mempribadi dalam nama dan sifat Ilahiah yang disebut Tu atau To yang bermakna "daya gaib" bersifat adikodrati. ''Taya'' bermakna Yang Absolut, yang tidak bisa dipikir dan dibayang-bayangkan. Tidak bisa didekati dengan pancaindra.<ref name=":2">Sunyoto (2017). h. 14.</ref>
 
Kapitayan dapat digambarkan sebagai ajaran yang memuja atau menyembah ''{{lang|kaw|Taya}}'' ({{Script/Java|​​ꦠꦪ}}) atau ''{{lang|kaw|Sang [[Hyang]] Taya}}'' ({{Script/Java|ꦱꦁ​​ꦲꦾꦁ​​ꦠꦪ}}) yang merujuk kepada entitas yang tak terbayangkan dan tak terlihat, yang terkadang juga disebut sebagai ''Suwung'' (ꦱꦸꦮꦸꦁ​), ''Awang'' (ꦲꦮꦁ​), or ''Uwung'' (ꦲꦸꦮꦸꦁ​).
 
Kata ''Awang-uwung'' (ꦲꦮꦁ​​ꦲꦸꦮꦸꦁ​) mengacu pada keberadaan nyata tetapi tidak terjangkau, sehingga dapat diketahui dan disembah oleh makhluk duniawi termasuk manusia, dan ''{{lang|kaw|Sang [[Hyang]] Taya}}'' digambarkan sebagai entitas bersifat ketuhanan dan supranatural yang berkategori ''{{lang|kaw|Tu}}'' (ꦠꦸ) ataupun ''{{lang|kaw|To}}'' (ꦠꦺꦴ).<ref name=":2">Sunyoto (2017). p. 14.</ref>
 
== Prinsip keagamaan ==