Suku Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 106:
[[Berkas:Nanang Galuh Banjar.jpg|jmpl|200px|Nanang (pemuda) dan Galuh (pemudi) suku Banjar mengenakan Baju Kurung Basisit.]]
<ref name=":1" />'''Suku Banjar''' ({{lang-bjn|Urang Banjar}}) adalah salah satu suku yang menempati wilayah [[Kalimantan Selatan]], serta sebagian [[Kalimantan Tengah]] dan sebagian [[Kalimantan Timur]]. [[Populasi Suku Banjar]] dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah [[Riau]], [[Jambi]], [[Sumatra Utara]] dan [[Semenanjung Malaysia]] karena [[migrasi Orang Banjar]] pada abad ke-19 ke [[Kepulauan Melayu]].<ref name=":1">https://media.neliti.com/media/publications/40337-ID-merajut-dunia-islam-dunia-melayu-sosok-orang-melayu-banjar-di-tanah-leluhur.pdf</ref>
Berdasarkan sensus penduduk [[2010]] orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta [[orang Banjar]] tinggal di [[Kalimantan Selatan]] dan 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari [[daerah Banjar]] yang merupakan pembauran masyarakat beberapa [[daerah aliran sungai]] yaitu [[Sungai Bahan|DAS Bahan]], [[Sungai Barito|DAS Barito]], [[Sungai Martapura|DAS Martapura]] dan [[DAS Tabanio]]. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak secara meluas melakukan [[migrasi]] secara [[sentrifugal]] atau secara lompat katak ke berbagai daerah di [[Nusantara]] hingga ke [[Madagaskar]].
[[Lembaga Biologi Molekuler Eijkman]] meneliti [[DNA]] [[orang Dayak]] pada tahun 2012 yang bertujuan memastikan kaitan antara [[Dayak Maanyan]] dan [[Madagaskar]].<ref name="DNA Orang Dayak">{{id}} {{cite news
|author=Yunanto Wiji Utomo
|title=DNA Orang Dayak Akan Diteliti
Baris 121:
|isbn=}}</ref>
Upaya-upaya sebelumnya untuk menemukan asal [[Asia Malagasi]] menyoroti [[Kalimantan]]/[[Borneo]] secara luas sebagai sumber potensial, tetapi sejauh ini tidak ada populasi sumber tegas yang diidentifikasi. Telah dihasilkan data luas genom dari dua populasi [[Kalimantan Tenggara]], [[Banjar]] dan [[Ngaju]], bersama-sama dengan data yang dipublikasikan dari populasi di seluruh wilayah [[Samudra Hindia]]. Para peneliti menemukan dukungan kuat untuk asal mula [[leluhur Asia Malagasi]] di antara orang Banjar. Kelompok ini muncul dari keberadaan lama sebuah pos perdagangan [[Kekaisaran Melayu]] di [[Kalimantan Tenggara]], yang mendukung pencampuran antara Melayu dan kelompok Borneo asli, Ma'anyan. Menggabungkan [[data]] [[genetik]], [[sejarah]], dan [[linguistik]], para peneliti menunjukkan bahwa Banjar, dalam pelayaran yang dipimpin orang Melayu, adalah sumber Asia yang paling memungkinkan di antara kelompok-kelompok yang dianalisis dalam pendirian kumpulan gen Malagasi.<ref name="Malagasy Genetic Ancestry">{{en}} {{cite news
|author=
|title=Malagasy Genetic Ancestry Comes from an Historical Malay Trading Post in Southeast Borneo
Baris 130:
|isbn=}}</ref>
[[Hipotesis]] [[nenek moyang orang Madagaskar]] sempat [[diduga]] berasal dari [[Suku]] [[Bajo]], [[Bugis]] dan [[Dayak Maanyan]], namun ternyata [[konfirmasi]] [[riset genetik]] menunjukkan itu identik dengan Suku Banjar.<ref name="secara-genetik">{{id}} {{cite news
|author=Nograhany Widhi Koesmawardhani
|title=Herawati Sudoyo: Secara Genetik, Asal Usul Orang Indonesia Itu Beragam
Baris 139:
|isbn=}}</ref>
Mengapa [[Bahasa Madagaskar]] atau [[Malagasy]] 90 persen sama dengan [[Bahasa Dayak Maanyan]] di [[Kalimantan Selatan]] walaupun orang Dayak Maanyan genetiknya tidak sama dengan Madagaskar? Secara genetik, [[orang Madagaskar]] jauh lebih dekat dengan orang Banjar. Dari riset genetik dan antropologi dapat disimpulkan bahwa bahasa Dayak Maanyan dipakai orang Banjar dan dibawa pergi ke [[Madagaskar]] 1200 tahun lalu.<ref name="Sains Sekitar Kita">{{cite web
| url=https://news.bbmessaging.com/id/berita/theconversation-com/articles/860963
| title=Sains Sekitar Kita: Dari gen terungkap tak ada manusia pribumi Indonesia
Baris 151:
}}</ref>
[[Nicolas Brucato]], [[peneliti]] dari [[Laboratorium Antropologi Molekuler dan Sintesis Citra]] ([[AMIS]]), [[Universitas Toulouse]], [[Prancis]] mengungkapkan bahwa bedasarkan penelitian antropologi menunjukkan bahasa [[orang Malagasi]] berakar dari bahasa [[orang Dayak Ma’anyan][ yang ada di Kalimantan bagian tenggara. Namun genetik orang Malagasi justru lebih dekat kepada orang Banjar, yang juga berasal dari kawasan yang sama dengan Dayak Ma’anyan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara warisan genetik dan bahasa orang Dayak Ma’anyan di masyarakat Malagasi.<ref name="Penelitian Eijkman">{{id}} {{cite news
|author=GABRIEL WAHYU TITIYOGA
|title=Penelitian Eijkman Ungkap Penghuni Paling Awal Nusantara
Baris 160:
|isbn=}}</ref>
Gen orang Madagaskar terdiri atas 37% gen [[orang Banjar]] ([[Kalimantan]]) dan 63% gen [[orang Bantu]] ([[Afrika Selatan]]). Percampuran ini sudah lebih dari tujuh abad, sejak 1275 M.<ref name="Jejak Nusantara">{{id}} {{cite web
|author=Husein Abdulsalam
|title=Ada Jejak Nusantara pada Gen Orang Madagaskar
Baris 169:
|isbn=}}</ref>
Kelompok Ricaut telah menunjukkan bahwa keragaman genetik Malagasi adalah 68 persen orang Afrika dan 32 persen orang Asia. Berdasarkan bukti mereka, Banjar adalah [[populasi Asia]] yang paling mungkin melakukan perjalanan ke Madagaskar. Penanggalan genetik mendukung hipotesis bahwa migrasi Austronesia ini terjadi sekitar 1.000 tahun yang lalu, sedangkan migrasi Bantu terakhir yang signifikan ke Madagaskar dimulai 300 tahun kemudian, mungkin setelah perubahan iklim di Afrika.
Pergeseran bahasa diduga telah terjadi di Kalimantan Tenggara setelah migrasi Banjar ke Madagaskar. Diperkirakan bahwa orang Banjar, yang saat ini berbicara bahasa Melayu, mungkin berbicara bahasa yang lebih dekat dengan bahasa yang direkonstruksi untuk [[Proto-Malagasi]]. Perubahan [[linguistik]] ini akan mengikuti campuran budaya dan genetik utama dengan Melayu, didorong oleh pos [[perdagangan Kekaisaran Melayu]] di Kalimantan Tenggara. Runtuhnya []Kekaisaran Melayu]] selama abad ke-15 dan ke-16 bisa bersamaan dengan berakhirnya campuran gen Melayu ke dalam populasi Banjar.<ref name="No one is an island">{{id}} {{cite news
|author=Oxford University Press
|title=No one is an island: The history of human genetic ancestry in Madagascar
Baris 179:
|isbn=}}</ref>
Terdapat empat fase migrasi yang terjadi di [[Afrika Timur]]. Migrasi Banjar 'melahirkan' budaya baru karena berpadu dengan [[Afrika Timur]] di [[Madagaskar]] dan [[Komoro]] terjadi pada fase kedua. Budaya tersebut berada dan hidup berdampingan selama berabad-abad dan memunculkan budaya baru.<ref name="Bukan Afrika">{{id}} {{cite web
|author=kumparan.com
|title=Bukan Afrika, Leluhur Penduduk Madagaskar Berasal dari Indonesia
Baris 188:
|isbn=}}</ref>
Secara genetika [[suku Banjar purba]] sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu yang merupakan pembauran [[orang Melayu purba]] sebagai unsur dominan dan Dayak Maanyan. Suku Banjar yang memiliki genetik Melayu dominan ini telah melakukan [[migrasi]] keluar [[pulau Kalimantan]] sekitar tahun 830 Masehi atau 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias [[Madagaskar]] yang menurunkan [[bangsa Malagasi]].<ref>http://print.kompas.com/baca/english/2016/07/16/Ancestors-of-Malagasy-Came-from-Banjar</ref><ref>http://print.kompas.com/baca/english/2016/07/04/The-Journey-across-the-Indian-Ocean?utm_source=bacajuga</ref><ref name="terradaily.com">http://www.terradaily.com/reports/The_history_of_human_genetic_ancestry_in_Madagascar_999.html</ref><ref name="terradaily.com"/><ref>https://academic.oup.com/mbe/article/33/9/2478/2579515/No-One-Is-an-Island-The-History-of-Human-Genetic</ref><ref>https://academic.oup.com/mbe/article-lookup/doi/10.1093/molbev/msw117</ref>
[[Bahasa Malagasi]] menunjukkan unsur-unsur [[bahasa Banjar]] dan [[bahasa Maanyan]], misalnya varika dari warik (bahasa Banjar) dan rano dari kata ranu (bahasa Maanyan).<ref name="Atlas of Languages">{{en}} {{cite book|author=Stephen A. Wurm|year=1996|url=https://books.google.co.id/books?id=lFW1BwAAQBAJ&lpg=PA688&dq=banjarese%20srilangka&hl=id&pg=PA688#v=onepage&q=banjarese%20srilangka&f=false|title=Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the Americas|location=Berlin; New York|publisher=UNESCO|isbn=|volume=1|page=688|coauthors=Peter Mühlhäusler, Darrell T. Tryon, Walter de Gruyter}}ISBN 3-11-013417-9</ref>
<ref name="Austronesian Diaspora">{{en}} {{cite book|author=Truman Simanjuntak|year=2006|url=https://books.google.co.id/books?id=Szvr5hUtD5kC&pg=PA209&dq=diaspora+banjar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj30sjH5bLUAhWKwI8KHTY1CGIQ6AEIJDAA#v=onepage&q=diaspora%20banjar&f=false|title=Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago: Proceedings of the International Symposium|location=Indonesia|publisher=LIPI Press|isbn=|page=209|coauthors=Ingrid Harriet Eileen Pojoh, Muhamad Hisyam}} ISBN 979-26-2436-8</ref> Adat pemakaman sekunder Dayak beragama [[Kaharingan] yang disebut aruh [[Buntang]] disebut [[Famadihana]] di [[Madagaskar]]. Tetapi di Madagaskar tidak terdapat upacara [[Ijambe]] ([[kremasi]]/[[ngaben]]) maupun [[Aruh Baharin]]/[[Aruh Ganal]] (upacara panen) yang masih dilakukan masyarakat [[Dayak Kaharingan]] di Kalsel. Adat mengayau juga tidak dilakukan oleh penduduk Madagaskar. Selain itu masih terdapat adat memberi makan buaya di Madagaskar dan yang juga masih dilakukan orang Banjar di Kalimantan Selatan.
Suku bangsa Banjar adalah pembauran orang Melayu purba yang membawa [[bahasa Melayik]] dengan [[Dayak Barito-Meratus]] dari suku [[Dayak Maanyan]], [[Dayak Meratus]], dan sebagian rumpun [[Dayak Ngaju]] terutama yang tinggal di hilir (disebut Dayak Ngawa: Berangas, Mendawai dan Bakumpai). Dan terakhir juga dilakukan [[Dayak Abal]] ([[rumpun Lawangan]]), yang hampir seluruh anggota sukunya bergabung dan berasimilasi dengan suku Banjar dan konversi ke agama Islam serta meninggalkan bahasa ibunya. Namun saat mereka masih belum diidentifikasikan sebagai [[Dayak]]. Dan sebelum [[Dayak]] dipakai sebagai penyebutan pribumi asli [[Borneo]].
Sekitar tahun 1526, ketika [[raja Banjar]] menerima dan memeluk [[Islam]] maka diikuti seluruh kalangan [[penduduk Kerajaan Banjar]] untuk melakukan [[konversi]] massal ke [[agama Islam]], sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep [[etnis]] tetapi juga konsep [[politis]], [[sosiologis]], dan [[agamais]]. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut '''[[Oloh Masih]]''' dalam bahasa Dayak Ngaju atau '''[[Ulun Hakey]]''' dalam bahasa Dayak Maanyan. Menurut [[Tjilik Riwut]] dalam "Kalimantan membangun, alam, dan kebudayaan: 407" Bila tamu yang datang mengatakan oloh masih berarti tamu yang datang beragama Islam. Untuk tamu yang beragama Islam, akan diserahkan ayam hidup, telur dan sayur-sayuran untuk dimasak sendiri.......<ref name="Kalimantan membangun">{{id}}{{cite book|author=Tjilik Riwut, Nila Riwut, Agus Fahri Husein|year=1993|title=Kalimantan membangun: alam dan kebudayaan|location=Indonesia|publisher=Tiara Wacana Yogya|isbn=9789798120589|pages=104}}ISBN 9798120582</ref> Namun sebagian penduduk yang masih ingin mempertahankan agama suku [[Kaharingan]] lebih memilih untuk bermigrasi ke daerah perhuluan dan dataran tinggi yang sekarang menjadi [[Dayak Maanyan]] dan [[Dayak Meratus]].
[[Suku Dayak Banjar]] di Desa [[Hampang]] dan [[Bangkalaan]], [[Kotabaru]] menurut ceritanya merupakan salah satu kelompok suku Dayak keturunan Kerajaan Banjar yang nampak dari bahasa dan pakaian adat mereka yang persis seperti [[Urang Banjar]], oleh karena itu mereka memiliki ritual aruh khusus dengan menggunakan [[Balian Dewa]] (Badewa) yakni tatacara [[Balian keturunan Raja Banjar]] yang tidak mengenal tuak dan babi dengan iringan gamelan lengkap yang terdiri dari babon, gendang, agung, gambang dan saron yang dipimpin minimal oleh tiga orang Balian.
Pada zaman dahulu, suku Banjar termasuk [[masyarakat bahari]] atau berjiwa [[kemaritiman]]. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 dan Perjanjian 20 Oktober 1756 antara [[Sultan Banjar]] [[Tamjidillah I]] dengan [[VOC]]-[[Belanda]] tentang [[monopoli perdagangan]] oleh [[VOC-Belanda]] di [[Kesultanan Banjar]] di antaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh lebih berlayar ke sebelah [[timur]] sampai ke [[Bali]], [[Bawean]], [[Sumbawa]], [[Lombok]], batas ke sebelah [[barat]] tidak boleh melewati [[Palembang]], [[Johor]], [[Malaka]] dan [[Belitung]].<ref name="Bandjermasin (Sultanate)">{{id}} {{cite book
|pages=36
|url=http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20393402-Surat-surat%20perdjandjian%20antara%20kesultanan%20%20bandjarmasin%20dengan%20pemerintah2%20V.O.C.,%20bataafse%20republik,%20Inggris%20dan%20hindia~1.pdf
|