Masyarakat Suku Bukitan berasal dari Palin, [[Kalimantan]]. Pada abad ke-19, mereka berpindah ke Sarawak melalui Lubok Antu dan menetap di sana. Di sana, mereka mengadopsi cara bertani orang [[Suku Iban|Iban]] sehingga menghilangkan kebiasaan berburu-mengumpul mereka. Proses 'Ibanisasi' berlanjut hingga rumah panjang orang Bukitan dan sebuah sungai diambil alih oleh orang Iban. Banyak anggota suku yang menikahi anggota suku Iban, dan di rumah panjang, mereka juga bertutur bahasa Iban selain bahasa mereka sendiri.<ref name=":0" />
Asal-usul Bukitan adalah dari Nanga Palin di Embaloh Hilir, [[Kabupaten Kapuas Hulu]] di [[Kalimantan Barat]]. Karena adanya perang suku dengan suku tetangganya ([[suku Iban]]), beberapa orang Bukit harus merantau ke luar dari tanah leluhur mereka.<ref>{{cite book|author=Traude Gavin|title=Iban Ritual Textiles|year=2004|publisher=NUS Press|isbn=99-716-9294-5|page=4}}</ref><ref>{{cite book|editor=Vinson H. Sutlive & Joanne Sutlive|title=The Encyclopaedia of Iban Studies: O-Z|year=2001|publisher=Tun Jugah Foundation|isbn=98-340-5133-6|page=1593}}</ref> Namun, populasi orang Bukitan yang signifikan masih dapat ditemukan di wilayah leluhurnya di Nanga Palin.
Tak lama kemudian, orang-orang [[Suku Dayak Iban|Suku Iban]] dari [[Kapuas]] menyerang dan mangusir mereka dari kediaman mereka.<ref>{{cite book|author=Traude Gavin|title=Iban Ritual Textiles|year=2004|publisher=NUS Press|isbn=99-716-9294-5|page=4}}</ref><ref>{{cite book|editor=Vinson H. Sutlive & Joanne Sutlive|title=The Encyclopaedia of Iban Studies: O-Z|year=2001|publisher=Tun Jugah Foundation|isbn=98-340-5133-6|page=1593}}</ref> Mereka melarikan diri ke Saribas yang sekarang dikenal dengan nama [[Daftar negara bagian dan wilayah persekutuan di Malaysia|Betong]]. Di sana, mereka menetap dan membangun komunitas. Pada akhirnya, pernikahan antara Demong, anak laki-laki kepala suku mereka, Entingi, dengan Rinda, anak perempuan kepala Suku Iban, Tindin menandai perdamaian dan mereka lanjut tinggal bersama orang-orang Suku Iban.<ref>{{cite book|author=Barau Anak Gelayan|editor=Nalong Anak Buda|title=Betie Tajak Ngakak Tajai Ngelayang|year=2016|publisher=Johnny Anak Chuat|isbn=967-10174-8-7|first=|location=|page=99}}</ref><ref>{{cite book|editor=Vinson H. Sutlive & Joanne Sutlive|title=The Encyclopaedia of Iban Studies: A-G|year=2001|publisher=Tun Jugah Foundation|isbn=98-340-5131-X|page=449|last=|first=|location=}}</ref>
Setelah bertahun-tahun, akibat beberapa kesalahpahaman, perang pecah di antara mereka dan Suku Bukitan kalah. Mereka lalu kabur ke berbagai tempat sebelum akhirnya menetap di Sungai Merit, anak Sungai Batang Tatau di [[Daftar negara bagian dan wilayah persekutuan di Malaysia|Bintulu]] dan sekitarnya hingga kini.<ref>{{Cite book|title=The encyclopaedia of Iban studies : Iban history, society, and culture|url=http://worldcat.org/oclc/49515181|publisher=Published by the Tun Jugah Foundation in cooperation with the Borneo Research Council|date=2001|isbn=9834051301|oclc=49515181|last=Sutlive, Vinson H. Sutlive, Joanne.|first=|year=|location=|page=449}}</ref>
Bukti kehadiran Suku Bukitan dapat dijumpai di berbagai daerah seperti [[Daftar negara bagian dan wilayah persekutuan di Malaysia|Saribas]] dan Lubok Antu dalam bentuk pekuburan dan nama-nama tempat kuno.<ref>{{cite book|author=Rob A. Cramb|title=Land and Longhouse: Agrarian Transformation in the Uplands of Sarawak|year=2007|publisher=NIAS Press|isbn=87-7694-010-1|first=|location=|page=108}}</ref>