Siti Munjiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 158:
Dalam kongres ini terdapat sejumlah pidato tentang nasionalisme dan kecaman terhadap poligami, tetapi mosi yang diterima oleh kongres agak terbatas. Hal inilah yang sempat menimbulkan pertentangan paham antara golongan nasionalis dan Kristen di satu pihak dengan golongan Islam di pihak yang lain, tetapi umumnya terdapat persamaan kemauan untuk memajukan kaum wanita Indonesia. Wacana kontroversial mengenai poligami lantas diatasi dengan mengirimkan mosi ke dewan agama dan meminta penjelasan tertulis kepadanya apabila terjadi penolakan.
 
Dalam pidato pembukaan Kongres Wanita Indonesia Pertama, R.A. Sukonto menjelaskan bahwa kongres itu semula berawal dari usulan perkumpulan wanita “kanan” dan “kiri” untuk mengajak bersatu. Dia baru bisa menyampaikannya dalam kongres tersebut karena mengalami beberapa kerepotan. Berdasarkan penilaiannya, kemampuanikaum wanita Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan kaum wanita di negara-negara lain, walaupun perkumpulan wanita di Indonesia sudah banyak. Hal inilah yang mendorongnya bersama dengan R.A. Sutartinah (Nyi Hajar Dewantara) dan Ny. Suyatin Kartowiyono mengadakan suatu kongres.
Dalamipidatoipembukaan KongresiWanita IndonesiaiPertama, R.A.iSukontoimenjelaskan bahwaikongres ituisemula berawalidari usulan perkumpulaniwanita “kanan”idan “kiri”iuntuk mengajakibersatu (Darban, dkk, 2010:79–80).  Diaibaru bisaimenyampaikannya dalam kongresitersebut karenaimengalami beberapa kerepotan. Berdasarkanipenilaiannya, kemampuanikaum wanitaiIndonesia masih kurangiapabila dibandingkanidengan kaum wanitaidi negara-negarailain, iwalaupun perkumpulan wanitaidi Indonesiaisudah banyak. Haliinilah yangimendorongnya – bersamaidengan R.A.iSutartinah (NyiiHajar Dewantara)idan Ny.iSuyatiniKartowiyono – untukimengadakan suatuikongres (Suratmin, dkk, 1991:11).
 
Pendirianikomite kongresiyang dicetuskan olehiR.A. Sukontoiini diisisi lainitidak mengherankaniapabila sebelumnya mendapatkanitantangan danikritikan yang tajamidari berbagaiipihak. Salahisatu kritikan tersebutidilontarkan olehikaum kolotiyang masihimerendahkan kaumiwanita, antara lain: