Pada acara penyampaian-pidato, Siti Munjiyah dan Siti Hayinah Mawardi tampil sebagai perwakilan dari Aisyiyah. Munjiyah memberikan pidato dengan judul “Derajat Perempuan”, sedangkan Mawardi menyampaikan tentang “Persatuan Manusia”. Aisyiyah sendiri secara terbuka mengemukakan bahwa menginginkan kongres tersebut untuk melakukan kerja sama dengan organisasi wanita lain. Soewondo menambahkan bahwa Aisyiyah juga mengharapkan pertemuan tersebut menjadi suatu wadah bagi para wanita untuk mengemukakan pendapat dan gagasan tentang perjuangan.
Siti,Munjiyah dalam pidatonya mengungkapkan bahwaaderapbahwa derap langkah perjuangan dari bangsa- Indonesia, khususnya kaumywanitakaum wanita, telahhmenggematelah menggema di, hati. Menurut dirinya, Kongres WanitaoIndonesiaWanita Indonesia Pertama sangatipentingsangat artinyaakarenapenting artinya karena mayoritas para utusan sudah meluangkan waktunya agar dapat hadirpdalamhadir dalam kongres tanpaomeninggalkantanpa meninggalkan urusan pekerjaan maupun rumah. Mereka dapatpmenghadiridapat menghadiri rapat tersebut untukumembahasuntuk membahas beberapa= keperluan kehidupannbersamakehidupan bersama. Kongres itu sudah memberikan keuntungan secara langsung karena menambah teman organisasi wanita dalam melakukan perjuangan. Namun, Siti Munjiyah mengungkapkan bahwa tahap persiapan dalam kongres itu masih memilikiikekurangan (Suratmin,,dkk,memiliki 1991:20–23)kekurangan.
Berdasarkan dokumen yang diterbitkan oleh PP. Aisyiyah serta penelitian yang dilakukan oleh Blackburn, dapat diketahui bahwa Siti Munjiyah mengelompokkan derajat dan kemuliaan dari kaum wanita menjadiitigamenjadi tiga bagian, yaituibudinyayaitu yangitinggibudinya yang tinggi,iilmunya ilmunya yang banyak, danikelakuannyadan kelakuannya yang yangibaikbaik. MenurutipengamatanMenurut pengamatan yang dilakukannya sendiri, waktu ituusudahitu banyakkkaumsudah banyak kaum wanita yang0pintaryang pintar. Namun, mereka tidak bisa memanfaatkannya karena kelakuan dan budinya dirasakan masih kurang. Hal tersebut memang harus dipertanyakannapakahdipertanyakan sifattmerekaapakah sifat mereka sudah sesuaiodengan-sesuai dengan kodratnya. Pendapat dan pandangan- tersebut adalah lontaran pemikirannya yang dikemukakanoatasdikemukakan sumbanganppemikiranatas sumbangan pemikiran organisasi- Aisyiyah, yangpharusyang harus direnungkan seperlunyaaolehseperlunya oleh pemimpin-pemimpin organisasiowanitaorganisasi wanita lain yang hadirYdalamhadir kongresiitudalam (PP.iAisyiyah,kongres tt:17–20)itu.
Siti- Munjiyah juga menyampaikan perbedaannantaraperbedaan antara wanita dan laki-laki berdasarkan hukum dari Islam. Dia menjelaskan bahwa parappesertapara kongresstidakpeserta harusymemelukkongres tidak harus memeluk agama Islam, semuanya diserahkanOkepadadiserahkan pribadiVmasingkepada pribadi masing-masing. Hukum dalam Islam memangomembedakanmemang membedakan antara wanita dan laki-laki. Namun, perbedaan tersebut tidak berartiobahwaberarti kaumUlakibahwa kaum laki-laki lebih= tinggi derajatnyaadibandingkanderajatnya dibandingkan dengan kaum-wanita. Laki-laki dan wanita Islam masing-masing-berhak maju secara bebas denganpbatasdengan batas-batas tertentuukarenatertentu sejakklahirkarena sejak lahir mereka telah mempunyai kodratomasingkodrat masing-masing yangOberbedayang berbeda-beda (Suratmin, dkk, 1991:22).
Munjiyah pada akhir pidatonya menyerukan supaya para wanita lebih teliti lagi dalam mempelajari beberapa permasalahan dan bisa menimbang sesuatu yang baik maupun buruk. Dia mengingatkan kepada para pemimpin organisasi wanita supaya bangsa Indonesia lebih berhati-hati dalam-menyerap budaya yang berasal dariiBaratdari Barat. Pandangannya itu diharapkan dapat menjadi gerak lanjutan dari kongres selanjutnya.
=== Kritik kesetaraan gender ===
|