Dalam [[Kanon Pali|Kanon Pāli]] sendiri, dua nama terdahulu disebutkan dengan menggunakan nama tersebut, sedangkan beragam contoh dari tipe ketiga, tidak menggunakan istilah itu. Tipe-tipe Buddha tidak disebutkan secara langsung, walau kata buddha itu sendiri memang beberapa kali tertulis guna mencakup artian luas dari semua tipe di atas.
== Karakteristik Buddha ==
=== Sepuluh Gelar ===
Beberapa umat Buddhis melakukan meditasi (atau perenungan) mengenai Buddha yang memiliki sepuluh karakteristik ({{small|Tionghoa}} {{small|Jepang}}: 十號):
# '''''Tathāgata''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}): [[Tathāgata|yang telah pergi, yang telah kembali]]<ref>Vacchagotta-samyutta, Khanda Vagga, Samyutta Nikaya 33</ref>
# '''''Arahat''''' ({{small|Sanskerta}}; {{small|Pali}}: ''Arhat''): [[Arahat|yang patut dipuja]]<ref>Majjhima Nikaya 1, Mulapariyaya Sutta, 22-23</ref> Juga berarti seorang suci tingkat tertinggi dalam tradisi [[Theravada]] sedangkan dalam tradisi [[Mahayana]] dikenal dengan sebutan [[Bodhisattva]]
# '''''{{IAST|Samyak-saṃbuddha}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Samma-Sambuddha''):<!-- 'Dia' yang telah mencapai Penerangan Sempurna dan Maha mengetahui. -->
# '''''{{IAST|vidyā-caraṇa-saṃpanna}}''''' ({{small|Sanskerta}}):<!-- (Skt.) ; (Vijja-Carana-Sampanno): Yang berbakat Pengertian Kesucian Leluhur, Yang mencapai Bodhi Teragung ( Pengetahuan-perbuatan-sempurna). -->
# '''''Sugata''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}:Sugato)<!-- Yang Maha Mulia; Yang telah mencapai Jalan yang benar. -->
# '''''Anuttara''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}): <!-- (Skt.; Pali ): Yang tak dapat dibandingkan; yang telah memperoleh segala-galanya dan mencapai setinggi-tingginya ( Anuttara-Samyak-Sambuddha) -->
# '''''Loka-vid''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}} ''Loka-Vidu''): <!-- (Skt.; Pali: Loka-Vidu): Yang telah mengetahui atau memahami Kebenaran sejagad. -->
# '''''{{IAST|Puruṣa-damya-sārathi}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: Purisa-dhamma-sarathi):<!-- Purusa-Damya-Sārathi (Skt. ); (Pali: Purisa-Damma-Sarathi): Penunjuk, Pendidik serta pemimpin seluruh makhluk yang memerlukan Pembinaan-Nya. Penjinak hawa nafsu. -->
# '''''{{IAST|śāsta deva-manuṣyāṇaṃ}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Sattha-Deva-Manussanam''): <!-- Guru junjungan para Dewa-Dewi serta manusia. -->
# '''''{{IAST|Bhagavān}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Bhagava'') (Buddha-Lokanatha): <!-- 10.Buddha-Lokanatha atau Bhagavān (Bhagavat) (Skt. ); ( Pali: Bhagava): Sang Maha Suci yang sempurna Kebijaksanaan-Nya. Yang dihormati dunia, Buddha sempurna. -->
Karakteristik ini disebutkan berulang kali di [[Kanon Pali]] dan juga dalam pengajaran [[Mahayana]], dan digumamkan (''berdoa'') di banyak biara Buddhis.
Kebanyakan kelompok Buddhis juga mempercayai bahwa Buddha adalah Maha Tahu (Sabbanu). Akan tetapi, beberapa naskah awal menuliskan penolakan jelas akan pernyataan tersebut mengenai Buddha.<ref>{{en}} [[A. K. Warder]], ''Indian Buddhism.'' Third edition published by Motilal Banarsidass Publ., 2000, pages 132–133.</ref><ref>[[David J. Kalupahana]], ''A History of Buddhist Philosophy: Continuities and Discontinuities.'' University of Hawaii Press, 1992, page 43: [http://books.google.com/books?id=SlDArya3YvcC&pg=PA43&dq=inauthor:Kalupahana+omniscience].</ref>
Sepuluh gelar juga sering kali dimasukkan dalam "Dunia Menghormati Yang Tercerahkan" ({{small|Inggris}}: ''"The World Honored Enlightened One"'') ({{small|Sanskerta}}: ''Buddha-Lokanatha'') atau "Sang Tercerahkan yang Terberkati" ({{small|Inggris}}:''"The Blessed Enlightened One"'') ({{small|Sanskerta}}: ''Buddha-Bhagavan'').<ref>{{en}}[http://www.tientai.net/teachings/dharma/buddha/10titles.htm 10 Titles] {{Webarchive|url=https://www.webcitation.org/69mZfXsgU?url=http://www.tientai.net/teachings/dharma/buddha/10titles.htm |date=2012-08-09 }}, also see [[Thomas Cleary]] and [[J. C. Cleary]] ''The Blue Cliff Record'', page 553.</ref>
Dalam komentar yang ditulis oleh Yang Mulis Guru [[Hsuan Hua]] mengenai [[Surangama Sutra]], ia menjelaskan perumpamaan lucu berikut.
:Pada dasarnya setiap Buddha memiliki puluhan ribu nama. Dari puluhan ribu nama ini dikurangi menjadi seribuan karena manusia menjadi bingung karena mencoba mengingat semua itu. Untuk sementara waktu setiap Buddha memiliki seribuan nama, akan tetapi manusia tetap tidak dapat mengingat begitu banyak, sehingga dikurangi menjadi seratusan nama. Setiap Buddah memiliki seratusan nama dan mahluk hidup menghadapi kesulitan mengingatnya, sehingga nama-nama tersebut dikurangi menjadi sepuluh.<ref>{{en}}From the Chapter on "The General Explanation of the Title", ''The Surangama Sutra'', English translation by the Buddhist Text Translation Society.</ref>
=== Realisasi spiritual ===
[[Berkas:Gandhara Buddha (tnm).jpeg|jmpl|Sang Buddha, dalam gaya [[Greko-Buddhis]], abad ke 1-2 Masehi, [[Gandhara]] (sekarang Pakistan). ([[Buddha Berdiri (Musium Nasional Tokyo)]]).]]
Seluruh tradisi Buddhis mempercayai bahwa Buddha telah membersihkan pikirannya akan keinginan, kebencian dan kebodohan sepenuhnya, dan ia tidak lagi terikat dalam lingkaran [[Samsara]]. Seorang Buddha adalah seseorang yang tersadarkan penuh dan menyadari kebenaran yang hakiki, sifat non-dualistik akan kehidupan, dan oleh karenanya mengakhiri [[penderitaan]] (untuk dirinya) yang tidak-membangkitkan pengalaman manusia dalam hidup.
=== Sifat dasar Buddha ===
{{lihat|Buddhologi}}
Berbagai kelompok Buddhis memiliki berbagai interprestasi beragam akan sifat Buddha (lihat dibawah).
==== Buddha sebagai mahluk agung ====
Kelompok-kelompok berbeda menganggap Buddha berbeda-beda, di mana Buddhisme [[Theravada]] menampilkan pandangan akan Buddha sebagai manusia, diberkati dengan kekuatan batiniah yang luar biasa ([[Kevatta Sutta]]). Tubuh dan pikiran (lima [[khanda]]) Buddha tidaklah abadi dan senantiasa berubah, sama seperti tubh dan pikiran manusia biasa. Akan tetapi, seorang Buddha mengenali sifat ketidak-berubahan akan [[Dhamma (Buddhisme)|Dhamma]], yang merupakan pedoman abadi dan merupakan peristiwa yang tidak terkondisi dan tidak terbatas oleh waktu. Pandangan ini sangatlah umum dalam kelompok Theravada dan beberapa [[tradisi awal Buddhis|kelompok awal Buddhis]]
Pernyataan dari umat Theravada modern bahwa Buddha adalah "hanya seorang manusia" sering kali ditujukan untuk menyeimbangkan pandangan mereka akan Buddha dengan pandangan dari umat Mahayana, dan pandangan umat Kristiani akan Yesus. Menurut Kanon, Siddharta ''lahir'' sebagai manusia, walaupun kondisi spiritualnya sangat berkembang sebagai hasil dari kehidupan-kehidupan lampaunya dalam perjalanan bodhisatta. Dengan pencerahannya, oleh karenanya, ia menyempurnakan dan melampaui kondisi manusiawinya. Ketika ditanya apa ia adalah seorang [[Deva (Buddhisme)|deva]] atau seorang manusia, ia menjawab bahwa ia telah melenyapkan sifat yang secara tidak sadar telah mendarah-daging yang akan membuatnya menjadi salah satu dari hal itu, dan lebih baik dipanggil Buddha; ia yang telah tumbuh dewasa di dunia tetapi sekarang telah pergi melampauinya, seperti teratai yang tumbuh dari air tetapi berkembang di atasnya, tidak bertanah.<ref>Peter Harvey, ''An Introduction to Buddhism: Teachings, History, and Practices.'' Cambridge University Press, 1990, page 28.</ref>
Walaupun kelompok Theravada tidak menekankan pada aspek supernatural dan ilahi atas sang Buddha seperti yang terdapat pada Kanon Pali, unsur-unsur manusia agung sang Buddha ditemukan diseluruh kanon.
Dalam '''MN 18 Madhupindika Sutta''', Buddha digambarkan dalam istilah Tuhan akan Dhamma yang kuasa ({{small|Pāli}}: ''Dhammasami'', {{small|Sanskerta}}: ''Dharma Swami'') dan penganugerah keabadian ({{small|Pāli}}: ''Amatassadata'').
Serupa, dalam '''Anuradha Sutta''' (SN 44.2), sang Buddha digambarkan sebagai "sang Tathagata—lelaki agung, lelaki terbaik, pencapai pencapaian terbaik". Buddha ditanya mengenai apa yang terjadi kepada Tathagata setelah kematian atas tubuh fisik.
Buddha menjawab, "Dan oleh karenanya, Anuradha—ketika anda tidak dapat menempatkan sang Tathagata sebagai suatu kebenaran atau kenyataan bahkan di kehidupan ini—layakkah kamu untuk menyatakan, 'Teman-teman, sang Tathagata&mdashlelaki agung, lelaki terabik, pencapai pencapaian terbaik—sebagaimana digambarkan, juga digambarkan sebaliknya dengan empat posisi berikut: Sang Tathagata berada setelah kematian, tidak berada setelah kematian, keduanya ada dan tidak ada setelah kematian, begitupula ada atau tidak ada setelah kematian'?"
Dalam Vakkali Sutta, sang Buddha memperkenalkan dirinya bersama dengan Dhamma:
:''O Vakkali, siapapun yang melihat Dhamma, melihat aku [sang Buddha]''
Rujukan lain dari Aggana Sutta dari [[Digha Nikaya]], menyatakan kepada pengikut Vasettha:
:''O Vasettha! Kata Dhammakaya sesungguhnya merupakan nama sang Tathagata''
Dalam [[Kanon Pali|Kanon Pāli]] Buddha Gautama dikenal sebagai "guru para tuhan dan manusia", lebih tinggi dari para tuhan dan manusia dalam artian memiliki [[nirvana]] atau kebahagiaan terbesar (di mana para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] atau tuhan yang masih merupakan subyek kemarahan, ketakutan, kesedihan, dan lainnya).
<!-- MOHON BANTUAN PERIKSA TERJEMAHAN BERIKUT:
Buddha replies, "And so, Anuradha—when you can't pin down the Tathagata as a truth or reality even in the present life—is it proper for you to declare, 'Friends, the Tathagata—the supreme man, the superlative man, attainer of the superlative attainment—being described, is described otherwise than with these four positions: The Tathagata exists after death, does not exist after death, both does & does not exist after death, neither exists nor does not exist after death'?"
In the Vakkali Sutta Buddha identifies himself with the Dhamma:
:''O Vakkali, whoever sees the Dhamma, sees me [the Buddha]''
Another reference from the Agganna Sutta of the [[Digha Nikaya]], says to his disciple Vasettha:
:''O Vasettha! The Word of Dhammakaya is indeed the name of the Tathagata''
In the [[Pali Canon]]s Gautama Buddha is known as being a "teacher of the gods and humans", superior to both the gods and humans in the sense of having [[nirvana]] or the greatest bliss (whereas the [[Deva (Buddhism)|devas]] or gods of are still subject to anger, fear, sorrow, etc.).
-->
==== Buddha Abadi dalam Buddhisme Mahayana ====
{{main|Buddha Abadi}}
[[Berkas:BuddhaTwang.jpg|jmpl|300px|Sebuah patung Buddha Sakyamuni di [[Tawang]] [[Gompa]], [[India]].]]
Dalam beberapa ''sutra'' dalam Buddhisme [[Mahayana]], Buddha mengajarkan bahwa Buddha pada intinya bukan lagi merupakan mahluk hidup tetapi telah menjadi mahluk dari golongan yang berbeda sepenuhnya dan oleh karena itu, dalam bentuk "tubuh/pikiran" utama yang sulit dipahami sebagai [[Dharmakaya]], ia memiliki kehidupan abadi dan tidak teratas, yang hadi dalam semua bentuk (contoh: merupakan "tidak terbatas [[dharmadhatu]]", menurut [[Nirvana Sutra]]), dan dimiliki oleh sifat agung dan tak terukur. Dalam [[Mahaparinirvana Sutra]], Buddha menyatakan: "Nirvana dinyatakan sebagai sesuatu yang kekal abadi. Sang Tahtagata [Budha] juga demikian, kekal abadi, tanpa perubahan." Hal ini adalah pengertian metafisik dan soteriologis peting dalam ''[[Lotus Sutra]]'' dan sutra-sutra [[Tathagatagarbha]]. Menurut sutra-sutra Tathagatagarbha, kelalaian mengenai keabadian Buddha dan, lebih buruk lagi, penyangkalan tegas akan keabadian itu, dianggap sebagai rintangan utama dalam mencapai kebangkitan penuh ([[bodhi]]).
Untuk guru Buddhis Tibetan, [[Dolpopa]], dan kelompok [[Jonangpa]], sang Buddha dimengerti sebagai Inti yang mengagumkan dan pengabul-keinginan yang suci akan seluruh mahluk, melampaui pemahaman:
"Buddha—sebuah intisari dari hal yang tidak terukur, tidak dipahami, tidak terduga, tubuh mulia yang luar biasa, kebijaksanaan, bermutu, dan aktivitas menakjubkan dan luar biasa—yang luas seperti angkasa dan sumber suci, membangkitkan seluruh mahluk sebagaimana diharapkan oleh mahluk suci seperti permata pengabul-hasrat, pohon pengabul-hasrat …"<ref>{{en}} (Dolpopa, ''Mountain Doctrine'', tr. by Jeffrey Hopkins, Snow Lion Publications, 2006, p. 424).</ref>
<!-- TOLONG PERIKSA TERJEMAHAN.NYA:
"Buddha—an essence of immeasurable, incomprehensible, unfathomable, excellent exalted body, wisdom, qualities, and activities extremely wondrous and fantastic—is vast like space and the holy source, giving rise to all that is wished by sentient beings like a wish-granting jewel, a wish-granting tree …" (Dolpopa, ''Mountain Doctrine'', tr. by Jeffrey Hopkins, Snow Lion Publications, 2006, p. 424). -->
==== Sang Buddha sebagaimana dibandingkan dengan Tuhan ====
{{main|Tuhan dalam agama Buddha}}
Pengertian umum yang salah di antara non-Buddhis adalah bahwa sang Buddha adalah rekan seimbang dengan "[[Tuhan]]". Akan tetapi dalam Buddhisme, pada umumnya adalah tanpa-tuhan (''non-theistic''), dalam artian tidak mengajarkan keberadaan tuhan pencipa agung (lihat [[Tuhan dalam agama Buddha]]) atau ketergantungan akan mahluk agung untuk mencapai pencerahan. Sang Buddha adalah seorang petunjuk dan guru yang menunjukkan jalan menuju pencerahan, akan pergumulan guna mencapai pencerahan adalah milik sendiri. Definisi umum yang diterima akan istilah "Tuhan" adalah mahluk yang mengatur dan menciptakan alam semesta (lihat [[mitos penciptaan]]). Sang Buddha pada naskah-naskah awal memberikan argumentasi sanggatan mengenai keberadaan akan mahluk yang demikian.<ref>{{en}} [[David Kalupahana]], ''Causality: The Central Philosophy of Buddhism.'' The University Press of Hawaii, 1975, pages 20–22.</ref>
Akan tetapi, sutra-sutra Mahayana tertentu (seperti [[Nirvana Sutra]] dan [[Lotus Sutra]]) dan khususnya tantra tertentu sebagaimana diungkapkan oleh [[Kunjed Gyalpo Tantra]] akan pandangan mengenai sang Buddha sebagai yang ada di mana-mana, mengetahui segalanya, inti yang membebaskan dan kebenaran yang tidak mati akan seluruh mahluk, dan oleh karenanya, sampai jangkauan tertentu, perwujudan sang Buddha ini mendekatkan ke konsep pantheistik akan ketuhanan, akan tetapi hal ini berbeda dengan yang ada dalam tradisi Mahayana, siapapun dapa tmenjadi seorang Buddha, sebagaimana dibandingkan kepada agama-agama theistik pada umumnya yang mana biasanya dianggap tidak mungkin untuk menjadi seorang tuhan atau Tuhan. Juga, [[Agama Buddha di Indonesia|umat Buddha di Indonesia]] menyatakan kepercayaannya akan Tuhan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
|