Suku Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 314:
Pandai besi secara tradisional dihargai. Beberapa pandai besi berpuasa dan bermeditasi untuk mencapai kesempurnaan. Pandai besi Jawa menciptakan berbagai alat dan peralatan pertanian, dan juga barang-barang budaya seperti instrumen gamelan dan keris.<ref name="dunham">{{Cite book|last=Dunham|first=Stanley Ann|authorlink=Ann Dunham|author2=Alice G. Dewey|title=Surviving Against the Odds: Village Industry in Indonesia|publisher=Duke University Press|year=2009|pages=50|url=https://books.google.com/books?id=5WR76pKZzpYC&pg=PA50|isbn=978-0-8223-4687-6}}</ref> Seni membuat keris memberikan keterampilan teknis yang diterapkan pada pembuatan meriam. Meriam dan senjata api membutuhkan keahlian khusus dan mungkin dibuat oleh orang-orang yang sama. Kekuatan spiritual pandai besi dikatakan dipindahkan ke meriam yang mereka buat.<ref name=":10">{{Cite book|last=Tarling|first=Nicholas|date=|year=1992|url=https://books.google.co.id/books?id=rOw8AAAAIAAJ&vq=|title=The Cambridge History of Southeast Asia: Volume 1, From Early Times to C.1800|location=|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521355056|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|384}} Kerajaan Majapahit menggunakan senjata api dan meriam sebagai ciri peperangannya. [[Cetbang]], meriam putar isian belakang perunggu dari Jawa, digunakan di mana-mana oleh angkatan laut Majapahit, bajak laut, dan raja-raja saingan. Runtuhnya kekaisaran Majapahit juga menyebabkan banyak dari ahli meriam perunggu yang tidak puas dengan kondisi di kerajaan di Jawa yang lari ke [[Brunei Darussalam|Brunei]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]] dan [[kepulauan Filipina]], yang menyebabkan meluasnya penggunaan meriam cetbang. Terutama pada kapal dagang untuk perlindungan dari bajak laut, terutama di [[Selat Makassar]].<ref name="Thomas Stamford Raffles 1965">Thomas Stamford Raffles, ''The History of Java'', Oxford University Press, 1965, {{ISBN|0-19-580347-7}}, 1088 pages.</ref> [[Meriam tangan|Meriam galah]] ([[bedil tombak]]) tercatat digunakan oleh orang Jawa di Indonesia pada tahun 1413.<ref>Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". ''The China Review''. '''IV''': p. 178.</ref><ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>
 
Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon ([[cetbang]] atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat di sana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref name=":2" />{{Rp|254}}<ref>{{Cite book|last=Barbosa|first=Duarte|date=|year=1866|url=https://archive.org/details/bub_gb_oGcMAAAAIAAJ|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|198}}<ref>{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en}}</ref>{{Rp|224}} Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh [[Pati Unus]], berlayar untuk menyerang [[Melaka Portugis]] "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".<ref>Manguin, name="Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146–182). Singapore:3" ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|162}}<ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|23}}
 
Zhang Xie dalam Dong Xi Yang Kao (1618) menyebutkan bahwa kota Palembang, yang telah ditaklukkan oleh orang Jawa, menghasilkan minyak api ganas (''ming huo yu''), yang menurut ''Hua I Kao'' adalah sejenis getah pohon (''shu'' ''chin''), dan juga disebut minyak lumpur (''ni'' ''yu''). Zhang Xie menulis:<ref name=":23">{{Cite book|last=Needham|first=Joseph|year=1986|title=Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|88}}<blockquote>Benda ini sangat mirip dengan kapur barus, dan dapat merusak daging manusia. Ketika dinyalakan dan dilemparkan ke air, cahaya dan apinya menjadi lebih kuat. Orang barbar menggunakannya sebagai senjata api dan menghasilkan kebakaran hebat di mana layar, benteng, bagian atas, dan dayung semuanya terbakar dan tidak dapat menahannya. Ikan dan kura-kura yang bersentuhan dengannya tidak bisa lepas dari kehangusan.</blockquote>Karena tidak disebutkan pompa penyembur, senjata itu mungkin adalah botol yang bisa pecah dengan sumbu.<ref name=":23" />{{Rp|88}}