Allah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Baris 37:
 
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada [[urat nadi]] manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”<ref name="John L. Esposito 1998"/> Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok [[agama Abrahamik]] lainnya seperti [[Kristen]] dan [[Yahudi]].<ref>"...dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (Surah Al-'Ankabut 29:46)</ref><ref>F.E. Peters, ''Islam'', p.4, Princeton University Press, 2003.</ref> Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
 
== Penggunaan kata "Allah" ==
 
 
 
Pada tahun 2007, [[Pemerintah Malaysia]] melarang pemakaian kata "Allah" di luar konteks Islam. Larangan ini dibatalkan [[Mahkamah Tinggi Malaysia|Mahkamah Agung Malaysia]] pada tahun 2009 karena dinilai tidak konstitusional. Meskipun sudah lebih dari empat abad umat Kristen Malaysia menggunakan kata "Allah" untuk menyebut Sang Sembahan dalam bahasa Melayu, kontroversi baru muncul sesudah kata "Allah" dipakai di dalam [[The Herald (surat kabar mingguan Katolik Malaysia)|''The Herald'']], surat kabar Katolik Malaysia. Pemerintah mengajukan banding, dan Mahkamah Agung menangguhkan implementasi pembatalan tahun 2009 sampai sidang gelar perkara dilaksanakan. Pada bulan Oktober 2013, Mahkamah Agung mengesahkan larangan pemerintah tahun 2007.<ref>{{cite news|last=Roughneen|first=Simon|date=14 Oktober 2013|title=No more 'Allah' for Christians, Malaysian court says|url=http://www.csmonitor.com/World/Asia-Pacific/2013/1014/No-more-Allah-for-Christians-Malaysian-court-says|newspaper=[[The Christian Science Monitor]]|access-date=14 Oktober 2013}}</ref> Pada awal tahun 2014, Pemerintah Malaysia menyita lebih dari 300 Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan bagi Sembahan Kristen di Semenanjung Malaka.<ref>{{cite web|date=2 Januari 2014|title=BBC News - More than 300 Bibles are confiscated in Malaysia|url=https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-25578348|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20140125052310/http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-25578348|archive-date=25 Januari 2014|access-date=14 Januari 2014|url-status=live}}</ref> Kebijakan ini tidak berlaku di Negara Bagian [[Sabah]] dan Negara Bagian [[Sarawak]],<ref name="settle">{{cite news|date=9 Januari 2014|title=Catholic priest should respect court: Mahathir|url=http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=87900|newspaper=[[Daily Express (Sabah)|Daily Express]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20140110085352/http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=87900|archive-date=10 Januari 2014|access-date=10 Januari 2014|url-status=live}}</ref><ref>{{cite news|author1=Jane Moh|author2=Peter Sibon|date=29 Maret 2014|title=Worship without hindrance|url=http://www.theborneopost.com/2014/03/29/worship-without-hindrance/|newspaper=[[The Borneo Post]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20140329094134/http://www.theborneopost.com/2014/03/29/worship-without-hindrance/|archive-date=29 Maret 2014|access-date=29 Maret 2014|url-status=live}}</ref> baik karena kata "Allah" sudah lama dipakai umat Kristen di kedua negara bagian tersebut, maupun karena Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sudah bertahun-tahun beredar bebas tanpa pembatasan di Malaysia Timur.<ref name="settle" /> Menanggapi kritik-kritik yang disuarakan sejumlah media massa, Pemerintah Malaysia mengeluarkan "10 butir solusi" demi mencegah timbulnya informasi yang simpang-siur dan menyesatkan.<ref>{{cite web|date=25 Januari 2014|title=Bahasa Malaysia Bibles: The Cabinet's 10-point solution|url=http://aliran.com/web-specials/bahasa-malaysia-bibles-10-point-solution/}}</ref><ref>{{cite news|date=24 Januari 2014|title=Najib: 10-point resolution on Allah issue subject to Federal, state laws|url=http://www.thestar.com.my/News/Nation/2014/01/24/Najib-Kalimah-Allah/|newspaper=[[The Star (Malaysia)|The Star]]|access-date=25 Juni 2014}}</ref> Sepuluh butir solusi tersebut sejalan dengan semangat [[Perjanjian 18 Perkara Sarawak]] dan [[Perjanjian 20 hal|Perjanjian 20 Perkara Sabah]].<ref name="10-point">
{{cite web|author=Idris Jala|author-link=Idris Jala|date=24 Februari 2014|title=The 'Allah'/Bible issue, 10-point solution is key to managing the polarity|url=http://www.thestar.com.my/Business/Business-News/2014/02/24/My-take-on-the-Allah-issue-10point-solution-is-key-to-managing-the-polarity/|work=The Star|access-date=25 Juni 2014}}
</ref>
 
== Penggunaan sebagai kata serapan ==
Baris 52 ⟶ 44:
 
=== Indonesia dan Malaysia ===
[[Berkas:Vocabularium, ofte Woordenboek, in 't Duytsch en Maleys (IA vocabulariumoft00dancgoog).djvu|page=78|thumb|Kamus Belanda-Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl|A.C. Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens (terbit tahun 1650) mencantumkan kata "Allah" sebagai padanan kata [[bahasa Belanda|Belanda]] "''Godt''"]]{{Utama|Allah (Kekristenan)}}
[[Umat Kristen]] di [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] menggunakan kata "''Allah''" sebagai terjemahan kata [[Bahasa Ibrani Alkitabiah|bahasa Ibrani]] ''Elohim'' (אֱלֹהִים, ''elohím'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Lama]] serta kata [[Bahasa Yunani Kuno|bahasa Yunani]] ''Theos'' (θεός, ''theós'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Baru]] pada Alkitab-Alkitab terjemahan [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Melayu Malaysia|bahasa Malaysia]] (keduanya merupakan bentuk baku dari [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa resmi]] di negara terkait), terutama dalam [[Alkitab Terjemahan Baru]] yang dipakai oleh Gereja-Gereja [[denominasi Kristen]] arus utama (termasuk [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]]) di Indonesia. Pelafalannya juga menggunakan pelafalan {{IPA|[ˈal.lah]}} alih-alih pelafalan {{IPA|[ʔaɫ.ɫaːh]}}.
 
Perlu dicatat bahwa kata "''Tuhan''" sendiri digunakan sebagai terjemahan untuk kata Ibrani ''Adonai'' (אֲדֹנָי, ''ăḏônāy'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Lama serta kata Yunani ''Kirios'' (κῡ́ρῐος, ''kū́rios'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Baru; sedangkan kata "''T<small>UHAN</small>''" untuk menerjemahkan nama [[Yahweh]] (יהוה‎, YHWH, [[Tetragrammaton]]) dan nama-nama serupa di Perjanjian Lama.
 
Sejarah penggunaan kata "Allah" dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh [[Fransiskus Xaverius]] saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16.<ref>The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society Sneddon, James M.; University of New South Wales Press; 2004</ref><ref>The History of Christianity in India from the Commencement of the Christian Era: Hough, James; Adamant Media Corporation; 2001</ref> Di dalam kamus Belanda-Melayubahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata "Allah" dicantumkan sebagai padanan kata Belanda ''Godt''.<ref>{{cite book|last1=Wiltens|first1=Caspar|last2=Heurnius|first2=Justus|year=1650|url=https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&q=allah|title=Justus Heurnius, Albert Ruyl, Caspar Wiltens. "Vocabularium ofte Woordenboeck nae ordre van den alphabeth, in 't Duytsch en Maleys". 1650:65|access-date=14 Januari 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20131022172808/https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&v=onepage&q=allah&f=false|archive-date=22 Oktober 2013}}</ref>
 
Tradisi[[Albert penyebutanCornelius kataRuyl]], Allahseorang dalampedagang kalangan Kristen sebenarnya berasal dari AlkitabBelanda yang merekajuga pegangikut sendiri.menyusun Dalamkamus sejarah penerjemahan Alkitab,[[bahasa Belanda]]–[[AlbertBahasa Cornelius RuylMelayu|Melayu]] tersebut, seorang pedagang Belanda yang menterjemahkanmenerjemahkan Alkitab ke [[Bahasa Melayu]] pada tahun 1962.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Matius Terjemahan Ruyl|url=https://sejarah.co/artikel/sejarah_penerjemahan_alkitab_bahasa_melayu_indonesia_ruyl.htm|title=Matius Terjemahan Ruyl|last=|first=|date=|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Di dalam terjemahannya ini sudah memuat nama Allah.<ref>{{Cite book|last=Herlianto|first=|date=2001|title=Siapakah yang bernama Allah itu?|lastlocation=Herlianto|first=|date=2001|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=101|url-status=live}}</ref> Saat itu, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Melayu, sebagai [[Basantara|bahasa perhubunganperantara]] (''lingua franca'') bukan hanya di Kepulauan [[Nusantara]], melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|title=Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia|last=|first=|date=|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Budaya|access-date=25 Mei 2020|archive-date=2020-05-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20200523172516/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|archive-date=2020-05-23|dead-url=yes|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Kata "Tuhan" (Inggris: ''God'', Yunani: ''Theos'', Ibrani: ''El/Eloah/Elohim'') belumlah digunakan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah ''Ensiklopedi Populer Gereja'' oleh Adolf Heuken SJ pada tahun 1976. Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu ''tuan'' yang berarti atasan/penguasa/pemilik.<ref>Heuken, Adolf (1976), ''Ensiklopedi Populer Gereja''</ref> Jadi yang terjadi pada umat Kristen di Nusantara dulu seperti yang terjadi pada umat Kristen di Arab, mereka hanya mengenal kata Allah sebagai pengganti kata Yunani "''Theos''".
==== Kontroversi ====
Adanya kontroversi di kalangan Kristen di Indonesia terkait kata Allah dimulai dengan masuknya [[Sacred Name Movement|Gerakan Nama Suci]] yang berasal dari Amerika sekitar tahun 1930-an. Gerakan modern ini masuk ke Indonesia secara bergelombang, dimulai sekitar 1970-an oleh dua orang pendeta di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Kemudian tahun 1980-an dipelopori oleh rohaniwan Kristen yang [[murtad]] dari Islam, mereka mendirikan Yayasan Nehemia pada tahun 1987. Mereka banyak menginjili umat Muslim dengan mengajarkan bahwa Allah adalah nama Dewa Arab bukan nama Tuhan sejati dalam buku: ''Siapakah yang Bernama Allah itu?''.<ref>{{Cite book|title=Gerakan Nama Suci Nama Allah yang Dipermasalahkan|last=Herlianto|first=|date=|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=17|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://books.google.co.id/books?id=8IGEBwAAQBAJ&pg=PA7&lpg=PA7&dq=yayasan+nehemia&source=bl&ots=2BNd3Rmckh&sig=ACfU3U3NsZk-OxUEOoMbPXOucxxYe9AAbQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiRo4GjmM7pAhXDR30KHS0sCZEQ6AEwCXoECAoQAQ#v=onepage&q=yayasan%20nehemia&f=false|title=Pekabaran Injil di Tengah Tuduhan Kristenisasi|last=Makugoru|first=Paul|date=16 Mei 2007|work=Tabloti Reformata|access-date=25 Mei 2020}}</ref><ref>{{Cite book|title=Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia|last=Aritonang|first=Jan S.|date=2004|publisher=BPK gunung Mulia|isbn=|location=|pages=485|url-status=live}}</ref>
 
==== Kontroversi di Indonesia ====
Tradisi penyebutan kata Allah dalam kalangan Kristen sebenarnya berasal dari Alkitab yang mereka pegang sendiri. Dalam sejarah penerjemahan Alkitab, [[Albert Cornelius Ruyl]], seorang pedagang Belanda yang menterjemahkan Alkitab ke [[Bahasa Melayu]] pada tahun 1962.<ref>{{Cite web|url=https://sejarah.co/artikel/sejarah_penerjemahan_alkitab_bahasa_melayu_indonesia_ruyl.htm|title=Matius Terjemahan Ruyl|last=|first=|date=|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Di dalam terjemahannya ini sudah memuat nama Allah.<ref>{{Cite book|title=Siapakah yang bernama Allah itu?|last=Herlianto|first=|date=2001|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=101|url-status=live}}</ref> Saat itu, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Melayu, sebagai bahasa perhubungan (''lingua franca'') bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.<ref>{{Cite web|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|title=Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia|last=|first=|date=|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Budaya|access-date=25 Mei 2020|archive-date=2020-05-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20200523172516/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|dead-url=yes}}</ref> Kata "Tuhan" (Inggris: ''God'', Yunani: ''Theos'', Ibrani: ''El/Eloah/Elohim'') belumlah digunakan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah ''Ensiklopedi Populer Gereja'' oleh Adolf Heuken SJ pada tahun 1976. Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu ''tuan'' yang berarti atasan/penguasa/pemilik.<ref>Heuken, Adolf (1976), ''Ensiklopedi Populer Gereja''</ref> Jadi yang terjadi pada umat Kristen di Nusantara dulu seperti yang terjadi pada umat Kristen di Arab, mereka hanya mengenal kata Allah sebagai pengganti kata Yunani "''Theos''".
Proses penerjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad ke-17 oleh pihak [[BahasaHindia Belanda]] diambil alih oleh [[Lembaga Alkitab Indonesia]] sendiri(LAI) baruyang mulai dibakukanberdiri sebagaisecara bahasa pemersaturesmi pada 9 Februari 1954.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia|url=http://indonesian.bible/ibs-history/|website=Lembaga Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah [[SumpahAlkitab PemudaTerjemahan Baru|Terjemahan Baru]], 28yang Oktobersudah 1928.diselesaikan Dansejak dalam1974. Dalam perjalanan waktu, pemerintah pusat menerbitkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI inilah, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada bagipujaan sesembahanumat Umat IslamMuslim.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/Allah|title=Allah|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia|others=Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab|access-date=25 Mei 2020}}</ref> AllahHal yanginilah merupakanmenjadi sebuahtitik nama,mula makaperdebatan tidakpenggunaan bisaAllah diterjemahkanuntuk sepertikalangan kataumat jabatan.Kristen Kata ini berbeda makna dengan kata "[[Tuhan]]" yang artinya adalah sesembahan manusia (Inggris: ''God'')Indonesia.
 
Walaupun KBBI edisi I sudah mulai memuat makna kata Allah yang berbeda dengan kata Tuhan pada tahun 1988, Alkitab-Alkitab bahasa Indonesia tetap memakai kata Allah untuk menerjemahkan kata ''El/Eloah/Elohim'' (Ibrani) dan kata ''Theos'' (Yunani) sampai saat ini. TB LAI juga merekam kata-kata A<small>LLAH</small> (semua huruf besar) dan allah (semua huruf kecil) selain kata Allah. Sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
[[Bahasa Indonesia]] sendiri baru mulai dibakukan sebagai bahasa pemersatu pada [[Sumpah Pemuda]], 28 Oktober 1928. Dan dalam perjalanan waktu, pemerintah menerbitkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI inilah, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada bagi sesembahan Umat Islam.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/Allah|title=Allah|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia|others=Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Allah yang merupakan sebuah nama, maka tidak bisa diterjemahkan seperti kata jabatan. Kata ini berbeda makna dengan kata "[[Tuhan]]" yang artinya adalah sesembahan manusia (Inggris: ''God'').
[[Berkas:TB-052-KJ.jpg|jmpl|Terjemahan Baru LAI memuat kata ALLAH, Allah, dan allah dengan makna yang berbeda-beda.]]
Proses penterjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad 17 oleh pihak Hindia-Belanda, kemudian diambil alih oleh [[Lembaga Alkitab Indonesia]] (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954.<ref>{{Cite web|url=http://indonesian.bible/ibs-history/|title=Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia|last=|first=|date=|website=Lembaga Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah [[Terjemahan Baru]] yang sudah diselesaikan sejak 1974. Walaupun KBBI edisi I sudah mulai memuat makna kata Allah yang berbeda dengan kata Tuhan pada tahun 1988, mereka tetap memakai kata Allah untuk menggantikan kata ''El/Eloah/Elohim'' (Ibrani) dan kata ''Theos'' Yunani sampai saat ini. TB LAI juga merekam kata-kata ALLAH (semua huruf besar) dan allah (semua huruf kecil) selain kata Allah. Terlepas apakah Allah itu adalah nama dewa atau bukan, sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa kita. Di lain pihak, pengikut Gerakan Nama Suci terus menggaungkan bahwa pengucapan kata Allah bisa berujung pada penyembahan berhala. Maka kontroversi nama Allah di Indonesia ini semakin ramai terjadi.
 
AdanyaDi lain pihak, kontroversi di kalangan Kristen di Indonesia terkait kata Allah dimulaidiperparah denganoleh masuknyaadanya [[Sacred Name Movement|Gerakan Nama Suci]] (yang berasaldibentuk daridi dalam ''Church of God (Seventh-Day)'' di [[Amerika Serikat]] sekitar tahun 1930-an) di [[Indonesia]]. Gerakan modern initersebut masuk ke Indonesia secara bergelombang, dimulai sekitar 1970-an oleh dua orang pendeta di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Kemudian tahun 1980-an dipelopori oleh rohaniwan Kristen yang [[murtad]] dari Islam, mereka mendirikan Yayasan Nehemia pada tahun 1987. Mereka banyak menginjili umat Muslim dengan mengajarkan bahwa Allah adalah nama Dewa Arab bukan nama Tuhan sejati dalam buku: ''Siapakah yang Bernama Allah itu?''.<ref>{{Cite book|last=Herlianto|first=|date=|title=Gerakan Nama Suci Nama Allah yang Dipermasalahkan|last=Herlianto|first=|datelocation=|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=17|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite news|last=Makugoru|first=Paul|date=16 Mei 2007|title=Pekabaran Injil di Tengah Tuduhan Kristenisasi|url=https://books.google.co.id/books?id=8IGEBwAAQBAJ&pg=PA7&lpg=PA7&dq=yayasan+nehemia&source=bl&ots=2BNd3Rmckh&sig=ACfU3U3NsZk-OxUEOoMbPXOucxxYe9AAbQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiRo4GjmM7pAhXDR30KHS0sCZEQ6AEwCXoECAoQAQ#v=onepage&q=yayasan%20nehemia&f=false|title=Pekabaran Injil di Tengah Tuduhan Kristenisasi|last=Makugoru|first=Paul|date=16 Mei 2007|work=Tabloti Reformata|access-date=25 Mei 2020}}</ref><ref>{{Cite book|last=Aritonang|first=Jan S.|date=2004|title=Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia|lastlocation=Aritonang|first=Jan S.|date=2004|publisher=BPK gunung Mulia|isbn=|location=|pages=485|url-status=live}}</ref> Pengikut Gerakan Nama Suci terus menggaungkan bahwa pengucapan kata Allah bisa berujung pada penyembahan berhala. Maka kontroversi nama Allah di Indonesia ini semakin ramai terjadi.
Ada banyak pihak menuntut LAI agar merevisi terjemahan mereka. Bukan hanya kalangan Kristen, pihak Muslim juga mengambil inisiatif untuk menegur LAI serta Bimas Kristen di bawah Departemen Agama. Isi kedua surat<ref>{{Cite book|title=Gerakan Nama Suci: nama Allah yang dipermasalahkan|last=Herlianto|first=|date=|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=19|url-status=live}}</ref> tersebut pada intinya adalah: (1) Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim; (2) Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran; (3) Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah; (4) Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
 
Ada banyak pihak menuntut LAI agar merevisi terjemahan mereka. Bukan hanya kalangan Kristen, pihak Muslim juga mengambil inisiatif untuk menegur LAI serta Bimas Kristen di bawah Departemen Agama. Isi kedua surat tersebut pada intinya adalah:<ref>{{Cite book|last=Herlianto|first=|date=|title=Gerakan Nama Suci: nama Allah yang dipermasalahkan|last=Herlianto|first=|datelocation=|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|location=|pages=19|url-status=live}}</ref> tersebut pada intinya adalah: (1) Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim; (2) Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran; (3) Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah; (4) Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
Pihak LAI sempat dituntut ke meja hijau. Berita ini dimuat di Tabloit Kristen Reformata,<ref>{{Cite news|url=https://books.google.co.id/books?id=Cw6YBwAAQBAJ&pg=PA14&lpg=PA14&dq=LAI+dimejahijaukan&source=bl&ots=5JdiUHyPRd&sig=ACfU3U0xwFWFTxeWNgXSKBoBhZvhEJ9frA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilnbDbrc7pAhUGU30KHeDrD5MQ6AEwAHoECAoQAQ#v=onepage&q=LAI%20dimejahijaukan&f=false|title=Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008|last=|first=|date=16 April 2008|work=|access-date=25 Mei 2020}}</ref> namun tuntutannya dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini tidak bisa dihindari dan terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai sekarang. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Kitab Suci Indonesian Literal Translation.<ref>{{Cite web|url=https://sejarah.co/sejarah/ver_indonesian_literal_translation.htm|title=Indonesian Literal Translation|last=|first=|date=|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.
 
# Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim;
Pemerintah Malaysia pada tahun 2007 melarang penggunaan kata Allah di luar konteks Muslim, tetapi pengadilan tinggi Malaysia pada tahun 2009 membatalkan keputusan itu dengan dasar in-konstitusional. Pemerintah [[Malaysia]] telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan, dan pengadilan tinggi Malaysia telah menunda pelaksanaan hasil keputusan hingga banding diajukan. Pada 14 Oktober 2013, kemudian Kristen Malaysia dilarang menggunakan kata Allah. Keputusan itu telah diambil oleh tiga [[hakim]] di pengadilan banding Malaysia, untuk membatalkan keputusan pengadilan yang lebih rendah yang memperbolehkan [[tabloid]] mingguan berbahasa Melayu, yakni ''The Herald'' untuk menggunakan kata Allah. Gereja-gereja di negara bagian Borneo yakni Sabah dan Sarawak telah menegaskan bahwa mereka akan tetap menggunakan kata itu, meski ada larangan dari pengadilan.<ref>[http://www.dw.de/kristen-malaysia-dilarang-pakai-kata-allah/a-17155658 Kristen Malaysia dilarang menggunakan kata Allah]</ref><ref>{{Cite news|last=|first=|date=14 Oktober 2013|title=Penggunaan kata "Allah" di Malaysia hanya untuk muslim|url=https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131013_pengadilan_malaysia|work=BBC|access-date=5/25/2020}}</ref><ref>{{Cite news|last=|first=|date=14/10/2013|title=Malaysia Keluarkan Larangan Penggunaan Kata ‘Allah’ untuk Umat Kristen|url=https://www.voaindonesia.com/a/malaysia-keluarkan-larangan-penggunaan-kata-allah-untuk-umat-kristen/1769027.html|work=Voa Indonesia|access-date=5/25/2020}}</ref>
# Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran;
# Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah;
# Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
 
Pihak LAI sempat dituntut ke meja hijau. Berita ini dimuat di Tabloit Kristen Reformata[[pengadilan]],<ref>{{Cite news|last=|first=|date=16 April 2008|title=Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008|url=https://books.google.co.id/books?id=Cw6YBwAAQBAJ&pg=PA14&lpg=PA14&dq=LAI+dimejahijaukan&source=bl&ots=5JdiUHyPRd&sig=ACfU3U0xwFWFTxeWNgXSKBoBhZvhEJ9frA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilnbDbrc7pAhUGU30KHeDrD5MQ6AEwAHoECAoQAQ#v=onepage&q=LAI%20dimejahijaukan&f=false|title=Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008|last=|first=|date=16 April 2008|work=|access-date=25 Mei 2020}}</ref> namuntetapi tuntutannya dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini, tidakmeskipun bisatelah dihindarisurut, danmasih terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai sekarangsaat ini. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Kitab SuciAlkitab "Indonesian Literal Translation" dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Indonesian Literal Translation|url=https://sejarah.co/sejarah/ver_indonesian_literal_translation.htm|title=Indonesian Literal Translation|last=|first=|date=|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.
 
==== Kontroversi di Malaysia ====
Pada tahun 2007, [[Pemerintah Malaysia]] melarang pemakaian kata "Allah" di luar konteks [[Islam]]. Larangan ini dibatalkan [[Mahkamah Tinggi Malaysia|Mahkamah Agung Malaysia]] pada tahun 2009 karena dinilai tidak konstitusionalinkonstitusional. Meskipun sudah lebih dari empat abad umat Kristen Malaysia menggunakan kata "Allah" untuk menyebut Sang Sembahan dalam bahasa Melayu, kontroversi baru muncul sesudah kata "Allah" dipakai di dalam [[The Herald (surat kabar mingguan Katolik Malaysia)|''The Herald'']], surat kabarkoran Katolik Malaysia. Pemerintah mengajukan banding, dan Mahkamah Agung menangguhkan implementasi pembatalan tahun 2009 sampai sidang gelar perkara dilaksanakan. Pada bulan Oktober 2013, Mahkamah AgungTinggi mengesahkan larangan pemerintah tahun 2007.<ref>{{cite news|last=Roughneen|first=Simon|date=14 Oktober 2013|title=No more 'Allah' for Christians, Malaysian court says|url=http://www.csmonitor.com/World/Asia-Pacific/2013/1014/No-more-Allah-for-Christians-Malaysian-court-says|newspaper=[[The Christian Science Monitor]]|access-date=14 Oktober 2013}}</ref> Pada awal tahun 2014, Pemerintah Malaysia menyita lebih dari 300 Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan bagi Sembahan Kristen di Semenanjung Malaka.<ref>{{cite web|date=2 Januari 2014|title=BBC News - More than 300 Bibles are confiscated in Malaysia|url=https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-25578348|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20140125052310/http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-25578348|archive-date=25 Januari 2014|access-date=14 Januari 2014|url-status=live}}</ref> Kebijakan ini tidak berlaku di Negara Bagian [[Sabah]] dan Negara Bagian [[Sarawak]],<ref name="settle">{{cite news|date=9 Januari 2014|title=Catholic priest should respect court: Mahathir|url=http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=87900|newspaper=[[Daily Express (Sabah)|Daily Express]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20140110085352/http://www.dailyexpress.com.my/news.cfm?NewsID=87900|archive-date=10 Januari 2014|access-date=10 Januari 2014|url-status=live}}</ref><ref>{{cite news|author1=Jane Moh|author2=Peter Sibon|date=29 Maret 2014|title=Worship without hindrance|url=http://www.theborneopost.com/2014/03/29/worship-without-hindrance/|newspaper=[[The Borneo Post]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20140329094134/http://www.theborneopost.com/2014/03/29/worship-without-hindrance/|archive-date=29 Maret 2014|access-date=29 Maret 2014|url-status=live}}</ref> baik karena kata "Allah" sudah lama dipakai umat Kristen di kedua negara bagian tersebut, maupun karena Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sudah bertahun-tahun beredar bebas tanpa pembatasan di Malaysia Timur.<ref name="settle" /> Menanggapi kritik-kritik yang disuarakan sejumlah media massa, Pemerintah Malaysia mengeluarkan "10 butir solusi" demi mencegah timbulnya informasi yang simpang-siur dan menyesatkan.<ref>{{cite web|date=25 Januari 2014|title=Bahasa Malaysia Bibles: The Cabinet's 10-point solution|url=http://aliran.com/web-specials/bahasa-malaysia-bibles-10-point-solution/}}</ref><ref>{{cite news|date=24 Januari 2014|title=Najib: 10-point resolution on Allah issue subject to Federal, state laws|url=http://www.thestar.com.my/News/Nation/2014/01/24/Najib-Kalimah-Allah/|newspaper=[[The Star (Malaysia)|The Star]]|access-date=25 Juni 2014}}</ref> Sepuluh butir solusi tersebut sejalan dengan semangat [[Perjanjian 18 Perkara Sarawak]] dan [[Perjanjian 20 hal|Perjanjian 20 Perkara Sabah]].<ref name="10-point">
{{cite web|author=Idris Jala|author-link=Idris Jala|date=24 Februari 2014|title=The 'Allah'/Bible issue, 10-point solution is key to managing the polarity|url=http://www.thestar.com.my/Business/Business-News/2014/02/24/My-take-on-the-Allah-issue-10point-solution-is-key-to-managing-the-polarity/|work=The Star|access-date=25 Juni 2014}}
</ref>
 
== Referensi ==