Wiracarita Gilgamesh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariefgutawa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariefgutawa (bicara | kontrib)
lagi dirombak nanti dilanjutkan
Baris 22:
''Wiracarita Gilgamesh'' banyak dikenal sekarang. Terjemahan modern pertama dari wiracarita ini dikerjakan pada 1870-an oleh [[George Smith (Assyriologist)|George Smith]].[http://www.sacred-texts.com/ane/chad/index.htm] Lebih banyak terjemahan mutakhir termasuk sebuah yang dikerjakan dengan bantuan novelis Amerika [[John Gardner]], dan John Maier, yang diterbitkan pada 1984. Pada 2001, Benjamin Foster menerbitkan sebuah bacaan penolong dalam Norton Critial Edition Series yang mengisi banyak kekosongan dari edisi standar dengan bahan sebelumnya. Edisi standar yang paling berwibawa adalah karya kritis tersunting dua jilid oleh [[Andrew George (penerjemah)|Andrew George]] yang terjemahannya juga muncul dalam seri [[Penguin Classics]] pada 2003. Karya ini mewakili pembahasan yang paling lengkap atas bahan edisi standar. Ia membahas dg panjang lebar keadaan arkeologis bahannya, memberikan eksegesis lempengan demi lempengan dan memberikan terjemahan dwi-bahasa dua sisi.<!--Pada 2004, [[Stephen Mitchell]] menerbitkan sebuah edisi kontroversial, yang berisi penafsirannya terhadap terjemahan-terjemahan ilmiah sebelumnya ke dalam apa yang disebutnya "versi Inggris baru ".-->
 
==== Isi kesebelasdari lempengantablet-table tanahversi liatBabilonia Standar ====
IniRingkasan adalahini rangkuman dariberdasarkan terjemahan [[:en:Andrew_R._George|Andrew George]]:.{{sfn|George|2003}}
 
# Gilgamesh dari [[Uruk]], raja terbesar di muka bumi, dua-pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja-Dewa terkuat yang pernah ada. Ketika rakyatnya mengeluh bahwa ia terlalu kejam, dan menyalahgunakan kekuasaannya dengan tidur dengan perempuan-perempuan lain sebelum mereka ditiduri oleh suami mereka, dewi penciptaan [[Aruru]] menciptakan manusia liar [[Enkidu]], lawan yang setimpal yang juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu ditaklukkan oleh pikatan seorang imam perempuan/pelacur ([[pelacur kuil]]) [[Shamhat]].
===== Table pertama =====
# Enkidu menantang Gilgamesh. Setelah suatu pertempuran hebat, Gilgamesh meninggalkan perkelahian ini (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgamesh mengusulkan sebuah petualangan di [[Hutan Aras]] untuk membunuh suatu [[roh jahat]].
Ceritanya memperkenalkan [[Gilgamesh]], raja [[Uruk]]. Gilgamesh, dua pertiga dewa dan sepertiga manusia, menindas rakyatnya, yang berseru kepada para dewa untuk meminta bantuan. Bagi para wanita muda Uruk, penindasan ini mengambil bentuk ''[[droit du seigneur]]'', atau "hak tuan", untuk tidur dengan pengantin wanita pada malam pernikahan mereka. Bagi para pria muda (tablet ini rusak pada titik ini) diduga bahwa Gilgamesh menguras tenaga mereka melalui permainan-permainan, uji kekuatan, atau mungkin kerja paksa pada proyek-proyek pembangunan. Para dewa menanggapi permohonan rakyat dengan menciptakan seorang yang setara dengan Gilgamesh yang akan mampu menghentikan penindasannya. Orang tersebut adalah seorang pria yang primitif bernama Enkidu, yang tubuhnya ditutupi rambut dan hidup di alam liar bersama hewan-hewan. Dia ditemukan oleh seorang pemburu hewan, yang mata pencahariannya hancur karena Enkidu mencabut perangkap yang telah disiapkannya. Si pemburu hewan memberi tahu dewa matahari, Shamash tentang pria itu, dan kemudian direncanakan agar [[Enkidu]] dirayu oleh Shamhat, seorang perempuan penghibur di kuil, langkah pertama agar dirinya dijinakkan. Setelah enam hari dan tujuh malam (atau dua minggu, menurut penelitian yang lebih baru<ref name="10.5615">{{Cite journal|last1=Al-Rawi|first1=F. N. H.|last2=George|first2=A. R.|date=2014|title=Back to the Cedar Forest: The Beginning and End of Tablet V of the Standard Babylonian Epic of Gilgameš|url=http://eprints.soas.ac.uk/18512/1/jcunestud.66.0069_w-footer.pdf|journal=Journal of Cuneiform Studies|volume=66|pages=69–90|doi=10.5615/jcunestud.66.2014.0069|jstor=10.5615/jcunestud.66.2014.0069|s2cid=161833317}}</ref>) bercinta dan mengajari Enkidu tentang nilai-nilai peradaban, dia membawa Enkidu ke perkemahan penggembala untuk belajar bagaimana menjadi orang yang beradab. Sementara itu, Gilgamesh telah bermimpi tentang kedatangan seorang teman baru yang sangat disayanginya dan meminta ibunya, Ninsun, untuk membantu menafsirkan mimpi-mimpi ini.
# Gilgamesh dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari [[Shamash]].
 
# Gilgamesh dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.
===== Table kedua =====
# Gilgamesh dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh [[Humbaba]], roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu ia menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.
Shamhat membawa Enkidu ke perkemahan para penggembala, di mana ia diperkenalkan dengan makanan manusia dan menjadi petugas jaga malam. Mengetahui dari orang asing yang lewat tentang perlakuan Gilgamesh terhadap para mempelai baru, Enkidu geram dan melakukan perjalanan ke Uruk untuk mengintervensi hal tersebut. Ketika Gilgamesh mencoba untuk memasuki ruang pernikahan, Enkidu menghalangi jalannya, dan mereka pun berkelahi. Setelah pertempuran sengit, Enkidu mengakui kekuatan superior Gilgamesh dan mereka pun berteman. Gilgamesh mengusulkan perjalanan ke Hutan Aras untuk membunuh [[Humbaba]], sosok separuh dewa yang mengerikan, untuk mendapatkan ketenaran dan kemasyhuran. Meskipun ada peringatan dari Enkidu dan dewan tetua, Gilgamesh tidak bergeming.
# Gilgamesh menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi [[Ishtar]]. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "[[Banteng Surgawi]]" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgamesh dan Enkidu membunuh sang banteng.
[[Berkas:Fragment_of_Tablet_II_of_the_Epic_of_Gilgamesh._Old-Babylonian_period,_from_southern_Iraq._Sulaymaniyah_Museum,_Iraqi_Kurdistan.jpg|jmpl|Fragmen Tablet II dari Epos Gilgamesh, [[Museum Sulaymaniyah]], [[Irak]]]]
# Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan [[Dunia bawah]] sementara ia terbaring sekarat. [[Stephen Mitchell]] dan lain-lainnya menafsirkan hukuman ini sebagai hukuman atas pembunuhan terhadap [[Humbaba]].
 
# Gilgamesh meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.
===== Tablet ketiga =====
# Gilgamesh berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi [[Utnapisytim]] dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari [[Air bah (mitologi)|banjir yang sangat dahsyat]] yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgamesh berjumpa dengan [[alewyfe]] [[Siduri]] yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.
Para tetua memberikan nasihat kepada Gilgamesh terkait perjalanannya. Gilgamesh mengunjungi ibunya, dewi [[Ninsun]], yang mencari bantuan dan perlindungan dari dewa matahari, Shamash, untuk petualangan mereka. Ninsun mengadopsi Enkidu sebagai putranya, dan Gilgamesh menitipkan instruksi-instruksi untuk pemerintahan Uruk selama ketidakhadirannya.
# Gilgamesh berangkat dengan kapal melintasi [[Air Kematian]] bersama [[Urshanabi]], sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju [[dunia bawah]].
 
# Gilgamesh berjumpa dengan Utnapisytim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Ia mengatakan kepada Gilgamesh bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun, Gilgamesh jatuh tertidur dan Utnapisytim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgamesh tidak dapat menyangkal kegagalannya. Ketika Gilgamesh terbangun, Utnapisytim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgamesh memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor [[ular (simbolisme)|ular]]. Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgamesh kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgamesh menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
===== Tablet keempat =====
[[Berkas:Clay_tablet,_Epic_of_Gilgamesh,_from_Hattusa,_Turkey._13th_century_BCE._Neues_Museum,_Germany.jpg|jmpl|The second dream of Gilgamesh on the journey to the Forest of Cedar. Epic of Gilgamesh tablet from [[Hattusa]], Turkey. 13th century BCE. [[Neues Museum]], Germany]]
Gilgamesh dan Enkidu melakukan perjalanan ke Hutan Aras. Setiap beberapa hari mereka berkemah di sebuah gunung, dan melakukan ritual mimpi. Gilgamesh mendapatkan lima mimpi menakutkan tentang gunung-gunung yang berjatuhan, badai petir, banteng-banteng liar, dan seekor burung petir yang menghembuskan api. Meskipun ada kemiripan antara tokoh-tokoh mimpinya dan deskripsi sebelumnya tentang Humbaba, Enkidu menafsirkan mimpi-mimpi ini sebagai pertanda baik, dan menyangkal bahwa gambar-gambar menakutkan itu mewakili si penjaga hutan. Ketika mereka mendekati gunung aras, mereka mendengar Humbaba berteriak-teriak, sehingga mereka harus saling menyemangati untuk tidak takut.
 
===== Tablet kelima =====
Kedua pahlawan tersebut memasuki hutan pohon aras. [[Humbaba]], penjaga Hutan Cedar, memaki dan mengancam mereka. Ia menuduh Enkidu berkhianat, dan bersumpah untuk mencincang Gilgamesh dan memberi makan dagingnya kepada burung-burung. Gilgamesh takut, tetapi dengan beberapa kata penyemangat dari Enkidu, pertempuran pun dimulai. Gunung-gunung berguncang dengan gejolak dan langit berubah menjadi hitam. Dewa Shamash mengirimkan 13 angin untuk mengikat Humbaba, dan dia pun berhasil tertangkap. Humbaba memohon untuk hidupnya, dan Gilgamesh mengasihaninya. Dia menawarkan untuk menjadikan Gilgamesh raja hutan, menebang pohon-pohon untuknya, dan menjadi budaknya. Namun, Enkidu berpendapat bahwa Gilgamesh harus membunuh Humbaba untuk membangun reputasinya selamanya. Humbaba melaknat mereka berdua dan Gilgamesh membunuhnya dengan hantaman di leher, serta membunuh ketujuh putranya.<ref name="10.5615" /> Kedua pahlawan ini menebang banyak pohon aras, termasuk pohon raksasa yang Enkidu rencanakan untuk dibuat menjadi gerbang untuk kuil [[Enlil]]. Mereka membangun rakit dan kembali ke rumah di sepanjang sungai [[Sungai Efrat|Efrat]] dengan pohon raksasa dan (mungkin) kepala Humbaba.
[[Berkas:Tablet_V_of_the_Epic_of_Gligamesh.JPG|jmpl|Tablet V of the ''Epic of Gilgamesh'']]
[[Berkas:Reverse_side_of_the_newly_discovered_tablet_V_of_the_Epic_of_Gilgamesh._It_dates_back_to_the_old_Babylonian_period,_2003-1595_BCE_and_is_currently_housed_in_the_Sulaymaniyah_Museum,_Iraq.jpg|jmpl|Reverse side of the newly discovered tablet V of the ''Epic of Gilgamesh''. It dates back to the old Babylonian period, 2003–1595 BC, and is currently housed in the [[Sulaymaniyah Museum]], Iraq]]
 
===== Tablet keenam =====
Gilgamesh menolak rayuan dewi [[Ishtar]] karena perlakuan buruknya terhadap kekasih-kekasihnya sebelumnya seperti Dumuzi. Ishtar meminta ayahnya, Anu untuk mengirim [[Banteng Surgawi]] untuk membalaskan dendamnya. Ketika Anu menolak keluhannya, Ishtar mengancam akan membangkitkan orang mati yang akan "melebihi jumlah yang hidup" dan "melahap mereka". Anu menyatakan bahwa jika dia memberinya Banteng Surga, Uruk akan menghadapi 7 tahun kelaparan. Ishtar pun memberinya persediaan selama 7 tahun sebagai ganti banteng itu. Ishtar membawa Banteng Surga ke Uruk, dan itu menyebabkan kehancuran yang meluas. Banteng itu menurunkan permukaan sungai Efrat, mengeringkan rawa-rawa, serta membuka lubang-lubang besar yang menelan 300 orang. Tanpa bantuan dari dewa, Enkidu dan Gilgamesh menyerang dan membunuhnya, dan mempersembahkan jantungnya kepada Shamash. Ketika Ishtar berteriak, Enkidu melemparkan salah satu bagian belakang banteng ke arahnya. Kota Uruk merayakannya, tetapi Enkidu bermimpi buruk tentang kejatuhannya di masa depan.
 
===== Tablet ketujuh =====
Dalam mimpi Enkidu, para dewa memutuskan bahwa salah satu dari kedua pahlawan itu harus mati karena mereka telah membunuh Humbaba dan Gugalanna. Terlepas dari protes Shamash, sang dewa matahari, Enkidu pun ditetapkan untuk mati. Enkidu mengutuk pintu besar yang telah dibuatnya untuk kuil Enlil. Dia juga mengutuk si pemburu hewan dan Shamhat, si wanita penghibur karena mengeluarkannya dari alam liar. Shamash, sang dewa matahari mengingatkan Enkidu tentang bagaimana Shamhat memberinya makan dan pakaian, dan memperkenalkannya kepada Gilgamesh. Shamash memberitahu Enkidu bahwa Gilgamesh akan memberikan penghormatan besar kepadanya pada saat pemakamannya, dan akan mengembara ke alam liar dengan diliputi kesedihan oleh kematiannya. Enkidu menyesali kutukannya dan berbalik memberkati Shamhat, si wanita penghibur. Namun, dalam mimpi kedua, dia melihat dirinya ditawan di Dunia Bawah oleh Malaikat Maut yang menakutkan. Dunia Bawah adalah "rumah debu" dan kegelapan yang penghuninya mengonsumsi tanah liat, dan berpakaian bulu burung, diawasi oleh makhluk-makhluk yang menakutkan. Selama 12 hari, kondisi Enkidu memburuk. Akhirnya, setelah meratapi bahwa dia tidak bisa menemui kematian yang heroik dalam pertempuran, dia pun meninggal. Dalam sebuah baris yang terkenal dari epik ini, Gilgamesh memeluk tubuh Enkidu dan menyangkal bahwa dia telah mati sampai seekor belatung jatuh dari hidung jenazah Enkidu.
 
===== Tablet kedelapan =====
Gilgamesh mengungkapkan duka cita untuk Enkidu, di mana ia menyerukan kepada gunung-gunung, hutan-hutan, ladang-ladang, sungai-sungai, binatang-binatang buas, dan seluruh Uruk untuk berduka untuk sahabatnya itu. Mengingat petualangan mereka bersama, Gilgamesh mencabik rambut dan pakaiannya dalam kesedihan. Ia membuatkan sebuah patung untuk pemakaman Enkidu, dan menyediakan kado-kado kuburan dari kekayaannya untuk memastikan Enkidu mendapat sambutan yang baik di dunia orang mati. Sebuah perjamuan besar diadakan di mana hartanya dipersembahkan kepada dewa-dewa di alam baka. Tepat sebelum jeda dalam teks, terdapat sebuah indikasi bahwa sebuah sungai sedang dibendung, yang menandakan pemakamannya terjadi di dasar sungai, seperti dalam puisi Sumeria yang terkait, ''Kematian dari Gilgamesh''.
 
===== Tablet kesembilan =====
Tablet ke sembilan dibuka dengan Gilgamesh yang mengembara di alam liar dengan mengenakan kulit binatang, sedang berduka untuk Enkidu. Setelah sekarang menjadi takut akan kematiannya sendiri, dia memutuskan untuk mencari [[Utnapishtim]] ("Yang Jauh"), untuk mempelajari rahasia kehidupan abadi. Di antara beberapa orang yang selamat dari Banjir Besar, Utnapishtim dan istrinya adalah satu-satunya manusia yang telah diberikan keabadian oleh para dewa. Gilgamesh menyeberangi sebuah gunung di malam hari dan bertemu dengan singa-singa. Sebelum tidur, ia berdoa memohon perlindungan kepada dewa bulan, Sin. Kemudian, terbangun dari mimpi yang menggembirakan, ia membunuh singa-singa itu dan menggunakan kulit mereka untuk dijadikan pakaian. Setelah perjalanan panjang dan berbahaya, Gilgamesh tiba di puncak kembar Gunung [[Mashu]] di ujung bumi. Dia menemukan sebuah terowongan, yang belum pernah dimasuki manusia, dijaga oleh dua monster kalajengking, yang tampaknya adalah pasangan suami istri. Sang suami mencoba menghalangi Gilgamesh untuk melewatinya, tetapi sang istri turun tangan, mengungkapkan simpati kepada Gilgamesh, dan mengizinkannya lewat. Dia melewati kolong pegunungan di sepanjang Jalan Matahari. Dalam kegelapan total, ia mengikuti jalan itu selama 12 "jam ganda", dan berhasil menyelesaikan perjalanan sebelum Matahari menyusulnya. Dia tiba di Taman para dewa, sebuah surga yang penuh dengan pohon-pohon yang bertabur permata.
 
===== Tablet kesepuluh =====
Gilgamesh bertemu dengan [[Siduri]], seorang wanita pembuat bir, yang awalnya mengira bahwa Gilgamesh adalah seorang pembunuh atau pencuri karena penampilannya yang acak-acakan. Gilgamesh menceritakan tujuan perjalanan kepada Siduri. Setelah mendengarnya, Siduri pun berusaha mencegah Gilgamesh dari pencariannya, namun Gilgamesh tidak goyah, dan akhirnya Siduri pun mengarahkannya ke Urshanabi si tukang perahu, yang akan membantunya menyeberangi lautan menuju Utnapishtim. Gilgamesh, karena kemarahan spontan, menghancurkan jimat batu yang dimiliki Urshanabi. Gilgamesh menceritakan kisahnya, tetapi ketika dia meminta bantuan Urshanabi, Urshanabi memberitahu Gilgamesh bahwa Gilgamesh baru saja menghancurkan benda-benda yang dapat membantu mereka menyeberangi Perairan Kematian, yang mematikan jika disentuh. Urshanabi menginstruksikan Gilgamesh untuk menebang 120 pohon dan membuatnya menjadi tongkat pengayuh. Ketika mereka mencapai pulau tempat Utnapishtim tinggal, Gilgamesh menceritakan kisahnya, dan meminta bantuannya. Utnapishtim menegurnya, menyatakan bahwa melawan nasib manusia adalah sia-sia dan mengurangi kebahagiaan hidup.
#
 
== Pengaruh dalam literatur wiracarita yang belakangan ==