Penghapusan bertahap bahan bakar fosil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Bot5958 (bicara | kontrib)
k →‎top: Hapus "Halaman all" dari judul kutipan Kompas + genfixes
Baris 14:
Sebuah studi di Universitas Tsinghua di Cina, Universitas California, Lembaga Ilmu Pengetahuan Carnegie, dan Pemantau Energi Global di Amerika Serikat menemukan dampak emisi karbon dari pembangkit dan proyek energi bahan bakar fosil. Penelitian menyebutkan bila semua PLTU batubara di dunia terus beroperasi maka target menahan suhu bumi pada 1,5 derajat celcius akan gagal. Dalam studi disebutkan pada 2018 terdapat 1.579 gigawat (GW) dari PLTU batubara, 583 kapasitas pembangkit berbahan bakar minyak dan 40 GW diusulkan untuk dibangun selama beberapa tahun ke depan. Dampaknya, jika infrastruktur bahan bakar fosil yang ada di seluruh dunia terus beroperasi akan menghasilkan sekitar 658 gigaton (Gt) CO2.<ref>{{Cite web|url=https://www.gatra.com/detail/news/425708/internasional/pembangkit-listrik-energi-fosil-sebabkan-pemanasan-global|title=Pembangkit Listrik Energi Fosil Sebabkan Pemanasan Global {{!}} Internasional|last=Nusantara|first=Solusi Sistem|website=www.gatra.com|language=en-US|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Penggunaan secara tak terkontrol bahan bakar fosil tidak saja menyasar kesehatan masyarakat dunia namun juga mengakibatkan ke banyak hal. Menghangatnya suhu laut dunia berdampak pada gelombang kuat yang mengancam masyarakat pesisir dengan naiknya permukaan laut dan tingginya intensitas badai.<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131614038/laut-dunia-semakin-menghangat-gelombang-kuat-ancam-warga-pesisir|title=Laut Dunia Semakin Menghangat, Gelombang Kuat Ancam Warga Pesisir - Nationalgeographic.grid.id|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref> Dampak pemanasan global mengakibatkan [[Perubahan iklim di Arktika|perubahan iklim]] yang banyak menyasar seluruh kehidupan masyarakat dunia. Abrasi parah dan akut juga menghantui kawasan pesisir wilayah barat pada Pulau Sumatera yang menghadap langsung pada Samudera Hindia dalam satu tahun tidak kurang dari 1,5 meter daratan tergerus akibat naiknya permukaan air laut.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2014/01/20/1021543/Abrasi.Efek.Perubahan.Iklim.Ancaman.Tersembunyi.Kedaulatan.NKRI|title=Abrasi, Efek Perubahan Iklim Ancaman Tersembunyi Kedaulatan NKRI Halaman all|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref> Lebih jauh di Provinsi Bengkulu sebagai contoh dalam riset yang dilakukan Woman Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan, Bengkulu, pada 2040 terdapat 20 desa diprediksi akan hilang akibat tergerus oleh abrasi dan naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2013/12/04/2110247/Tahun.2040.20.Desa.di.Bengkulu.Diprediksi.Menghilang|title=Tahun 2040, 20 Desa di Bengkulu Diprediksi Menghilang|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
[[Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2013|KTT Perubahan Iklim ke 21 di Paris, Prancis]] mengeluarkan Kesepakatan Paris (Paris Agreement),<ref>{{Cite web|url=https://sains.kompas.com/read/2015/12/22/19273531/Setelah.Kesepakatan.Paris.|title=Setelah Kesepakatan Paris... Halaman all|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref> menyetujui kesepakatan pembatasan dan atau penggunaan sumber energi berbahan fosil secara bertahap untuk menekan terjadinya pemanasan global.<ref>{{Cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151213040726-134-97819/ktt-iklim-sepakati-pengurangan-bahan-bakar-fosil|title=KTT Iklim Sepakati Pengurangan Bahan Bakar Fosil|last=N|first=Basuki Rahmat|website=internasional|language=en|access-date=2019-11-13}}</ref> Kesepakatan tersebut harus diikuti oleh seluruh negara dunia, swasta dan lainnya. Langkah cepat pertama kali dilakukan Irlandia dengan menarik semua investasi di semua perusahaan berbahan bakar fosil, Pemerintah Irlandia menyebutkan eksplorasi berlebihan bahan bakar fosil adalah "salah secara moral", dan berisiko memperburuk masa depan ekonomi yang terkait dengan ancaman perubahan iklim.<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/global/read/3587902/irlandia-jadi-negara-pertama-di-dunia-yang-singkirkan-bahan-bakar-fosil|title=Irlandia Jadi Negara Pertama di Dunia yang Singkirkan Bahan Bakar Fosil|last=Liputan6.com|date=2018-07-13|website=liputan6.com|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Di Asia perubahan kebijakan dari energi fosil menuju EBT perlahan mulai dilakukan investasi di bidang EBT mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan meski minyak dan gas masih menjadi primadona di tengah tumbuhnya perekonomian di Benua Asia. Salah satu negara yang paling banyak menyumbang investasi EBT adalah China di mana seperempatnya berasal dari China. Secara keseluruhan China, India dan Asia Tenggar menyumbang 40 persen investasi EBT di Benua Asia.<ref>{{Cite web|url=https://economy.okezone.com/read/2017/12/12/320/1829181/pergeseran-energi-fosil-ke-terbarukan-jadi-fokus-dunia|title=Pergeseran Energi Fosil ke Terbarukan Jadi Fokus Dunia : Okezone Economy|last=Okezone|date=2017-12-12|website=https://economy.okezone.com/|language=id-ID|access-date=2019-11-13}}</ref> Lebih jauh disebutkan kebijakan EBT di China dan Amerika Serikat dapat mengurangi permintaan bahan bakar fosil mencapai 12 persen pada 2040 secara global.<ref>{{Cite web|url=https://economy.okezone.com/read/2017/12/12/320/1829181/pergeseran-energi-fosil-ke-terbarukan-jadi-fokus-dunia|title=Pergeseran Energi Fosil ke Terbarukan Jadi Fokus Dunia : Okezone Economy|last=Okezone|date=2017-12-12|website=https://economy.okezone.com/|language=id-ID|access-date=2019-11-13}}</ref>
Baris 30:
Terhadap peningkatan EBT di Indonesia pemerintah membuat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang bertujuan mengurangi energi fosil dan mengejar target pemenuhan 23 persen EBT di Tanah Air. Saat ini pembangkit di Indonesia memiliki 65,8 ribu MW dari jumlah itu EBT baru mencapai 9 ribu MW atau sekitar 14 persen total pembangkit di Indonesia.<ref>{{Cite web|url=http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/10/17/2369/berikut.strategi.pemerintah.dalam.pengembangan.ebt.menuju.kemandirian.energi.nasional|title=Berikut Strategi Pemerintah Dalam Pengembangan EBT, Menuju Kemandirian Energi Nasional - Kementerian ESDM Republik Indonesia|website=ebtke.esdm.go.id|language=en|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Niat Indonesia untuk mengurangi emisi tercermin dalam Intended Nationally Determined Controbution (INDC) merujuk Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan dalam Confrence of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015. <ref>{{Cite web|url=https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/23/111000326/melihat-skema-pendanaan-energi-terbarukan-indonesia-pasca-piagam-paris|title=Melihat Skema Pendanaan Energi Terbarukan Indonesia Pasca-Piagam Paris Halaman all|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Sementara itu di bidang otomotif pemerintah memaksa industri otomotif nasional meningkatkan populasi kendaraan rendah emisi guna menekan polusi udara di Indonesia. Target pun dicanangkan, di antaranya melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Dengan aturan itu, diharapkan 20 persen dari total penjualan kendaraan nasional ramah lingkungan.<ref>{{Cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191018135008-384-440663/target-ambisius-jokowi-untuk-kendaraan-rendah-emisi|title=Target Ambisius Jokowi untuk Kendaraan Rendah Emisi|last=Purnama|first=Rayhand|website=teknologi|language=en|access-date=2019-11-13}}</ref>