Prasasti Hujung Langit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 50:
 
== Kekuasaan Bercorak Otokratis ==
Kerajaan seiring berjalannya waktu paska penaklukan, [[Paksi Pak]] di taklukkan oleh Belanda, kemudian oleh penjajah belanda Kepaksian lalu di pecah-pecah menjadi marga-marga yang jauh dari pusat Kerajaan, karena Belanda khawatir akan terjadinya lagi pemberontakan, [[Gedung Dalom]] diberi bagian untuk memasung beberapa marga yaitu marga Buay Kenyangan, marga Suoh, marga Tenumbang, marga Ngambukh, marga Ngaras, marga Bengkunat, marga Belimbing, marga Way Napal yang memiliki perbedaan, jika di marga-marga lain mereka melakukan pemilihan saat di jadikan sebagai pasirah, namun untuk di Paksi Pak tidak diberlakukan di Kepaksian pasirah di berlakukan turun temurun mengadop system Kerajaan yang diberlakukan sebagai bentuk tanda rasa penghormatan Belanda kepada Ridder Sultan di Paksi Pak Kepaksia Sakala Brak yang telah di taklukkan oleh Belanda, Pada saat pembentukan marga-marga atau Bandar Belanda mewajibkan meminta persetujuan dari Paksi Pak sebagai Kebesaran Asal yang harus memberikan persetujuan<ref name="Profil"/><ref>https://www.medinaslampungnews.co.id/tatanan-adat-paksi-pak-sekala-bekhak/</ref><ref name="Prasasti"/><ref name="ikilhojatim"/><ref name="rasindo"/><ref name="repositori"/><ref name="haji"/><ref>https://drive.google.com/file/d/1mIQcfQBeogS3Cxnq9JHsXC1ma7-ArGQ4/view?usp=sharing</ref>.
 
Mendekati satu abad seiring waktu .. para turunan pasirah yang tidak mempunyai lagi pengetahuan bagaimana dibentuk nya system kemargaan dahulu yang notabene sebagai pemegang zona kemargaan yang jauh dari pusat kerajaan dan Belanda telah di anggap sebagai tuan yang baru, maka mulai lah coba-coba ikut memakai Panggilan Pun dengan tumpuan untuk area Kemargaan nya saja, Lamun banyak juga yang tetap istiqomah dan tetap menunjukkan penghargaannya kepada Paksi Asli Paksi Pak di Kepaksian dan tidak mau memakai panggilan larangan di jaman dahulu yang hanya di dikenakan kepada raja, Sultan yang bertahta, tidak turut-menurut karena mengharap ingin di anggap besar, Namun karena Paksi Pak sudah di dalam [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] (NKRI) maka dari itu tentunya pemegang otoritas gelar itu sudah tidak bisa memberikan sangsi layaknya pada zaman kerajaan masih eksistensi dan berkuasa<ref name="Profil"/><ref>https://www.academia.edu/31570524/BUDAYA_NASIONAL_SUKU_LAMPUNG_</ref><ref name="Prasasti"/><ref name="ikilhojatim"/><ref name="rasindo"/><ref name="repositori"/><ref name="haji"/>.