Johannes Chrisos Tomus Simorangkir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 79:
JCT Simorangkir lahir di Tarutung, Sumatera Utara, tanggal 17 Februari 1922, dari ayah Raja Heber Simorangkir (seorang guru zending dan mantan Kepala Negeri Simorangkir) dan ibu Ani boru Sitompul. Lulus HIS (Hollands Inlandsche School) di Tarutung, JCT Simorangkir kemudian melanjutkan ke HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) di Solo antara tahun 1937 hingga 1942. Tahun 1942 Jepang masuk Indonesia, ia terputus hubungan dengan kerabatnya. Tahun 1943 JCT Simorangkir bersekolah guru Jepang di Jatinegara (Jakarta) sampai tahun 1944. Masuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) di Jakarta tahun 1944, beberapa bulan kemudian ia ikut pendidikan guru tinggi yang dibuka oleh Jepang. <ref name=":0">{{Cite news|first=DS|date=6 Juni 1982|title=JCT Simorangkir selalu membukukan pengetahuannya|work=Kompas}}</ref>
 
Tahun 1945 JCT Simorangkir keluar dari Dinas P&K untuk meneruskan pendidikan sarjana muda hukum di Universitas Gadjah Mada. Waktu itulah ia sempat menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta sambil mengikuti kuliah. Ia kemudian menyelesaikan ''meester in de rechten'' (sarjana hukum) di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia pada tahun 1953. JCT Simorangkir melanjutkan studi non degree ke New York University tahun 1961 dan menyelesaikan thesis doktornya tentang "Penetapan Undang-Undang Dasar dilihat dari segi ilmu hukum tatanegara Indonesia" pada tahun 1983 di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat dengan promotor Professor Prof.MR.Herman Sihombing,S.H. Ia merupakan doktor pertama yang dilahirkan Universitas Andalas sejak universitas itu berdiri 1953. Namun universitas ini pernah memberi gelar Doctor Honoris Causa kepada Jenderal (purn) A.H. Nasution tahun 1968. <ref>{{Cite news|first=MDP|date=29 November 1983|title=UUD 45 Titik Awal Tata Hukum Indonesia Merdeka|work=Kompas}}</ref>
 
JCT Simorangkir menikah dengan Dra Basaria Sorta Bestina Simanjuntak, seorang ahli sastra penerima Bintang Jasa Nararya dengan karya yang terkenal adalah buku "Kesusasteraan Indonesia" merupakan buku wajib di sekolah menengah atas di seluruh Indonesia pada tahun 1950 hingga tahun 1960-an.<ref>{{Cite news|date=21 Januari 1998|title=Ny Simorangkir Tutup Usia|work=Suara Pembaruan}}</ref> Dari pernikahannya JCT Simorangkir dan Dra BSB Simanjuntak dikaruniai 2 (dua) orang anak.