Kesultanan Deli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Baris 97:
 
== Sistem Pemerintahan ==
[[Berkas:Masjid rayaRaya medanMedan.jpg|jmpl|ka|[[Masjid Raya Medan|Masjid Raya Al Mashun]] di [[Medan]].]]
[[Berkas:Istana maimoon.jpg|jmpl|ka|[[Istana Maimun]] di [[Medan]].]]
[[Berkas:Balairung Istana Maimun MIrza Baihaqie.jpg|jmpl|ka|Balairung Seri, salah satu ruangan utama di [[Istana Maimun]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het paleis van de Tengku Besar (kroonprins) van Deli TMnr 10015275.jpg|jmpl|ka|Istana Tengku Besar, kediaman putra mahkota Kesultanan Deli (sekitar tahun 1900-1940).]]
Berlainan dengan Kerajaan-Kerajaan [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]] lainnya, pemerintahan Kesultanan Deli bersifat [[federasi]] yang longgar sesuai dengan pepatah yang terdapat di Deli '''"Raja Datang, Orang Besar Menanti"'''. Tuanku Panglima Gocah Pahlawan sebagai Raja Pertama di Tanah Deli yang ditunjuk oleh [[Sultan]] [[Aceh]] sebagai wakilnya di [[Sumatra Timur]] atau Tanah Deli.
 
Baris 115 ⟶ 117:
* Penghulu Kampong
 
Di samping [[menteri]]–[[menteri]], masih ada lagi Syah Bandar (Hamad) yang mengurus hubungan perdagangan dan biasanya dibantu seorang mata-mata (seorang wanita yang pandai bernama Encek Laut) yang bertugas memungut cukai. Kemudian ada lagi para pamong praja, penghulu, para panglima, dan mata-mata yang melaksanakan tugas bila di kehendaki Sultan, serta kurir istana yang mengantar surat ke berbagai kerajaan.

Jika Sultan mangkat, apabila penggantinya masih belia, maka Tuan Haji Cut atau Kadi (ulama tertinggi) bertindak dan melaksanakan semua fungsi pemerintahan kerajaan. Di bidang agama [[Islam]] Tuan Haji Cut juga bertindak sebagai mufti kerajaan, kemudian di bawahnya ada bilal, imam, khalif, dan penghulu masjid. Merekalah yang menangani masalah yang berhubungan dengan keagamaan. Kehidupan mereka diperoleh dari sumbangan masyarakat.
 
== Lihat Pula ==