Sejarah Radio Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 193:
Telah disinggung di depan bahwa kalahnya Jepang terhadap sekutu sudah diperhitungkan oleh pemimpin-pemimpin dan angkatan muda Indonesia yang selalu mendengarkan radio luar negeri sejak akhir bulan Juli 1945. Lebih-lebih setelah BBC London pada tanggal 26 Juli 1945 menyiarkan Ultimatum tentara sekutu yang pertama supaya Jepang menyerah. Ultimatum tersebut di ulangi pada tanggal 11 Agustus 1945 setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Baru pada tanggal 14 Agustus 1945, BBC menyiarkan secara pasti pernyataan penyerahan Jepang tanpa syarat oleh Tenno Heika, tetapi pemerintah Jepang di Jakarta masih menutup-nutupi peristiwa menyerahnya Jepang tersebut.
Betapa pun peristiwa itu ditutup-tutupi, dari tingkah laku dan wajah orang-orang Jepang tampak sekali perubahannya. Dikalangan radio, orang-orang Jepang menjadi curiga terhadap orang-orang Indonesia dan menyensor lebih keras naskah-naskah dan bahan-bahan siaran yang hendak di siarkan di tiap-tiap Hoso Kyoko(stasiun radio Jepang).
Namun bagaimanapun pemuda radio yang telah dilatih kemiliteran oleh Jepang justru berbalik arah. Kini mereka menuntut penyerahan radio Hoso Kyoku kepada mereka.
Seperti Bandung Hoso Kyoku yang dapat direbut tanggal 16 Agustus 1945, tanpa pertumpahan darah meski diwarnai ketegangan akibat Jepang berpendirian bahwa alat alat radio mereka telah didata oleh Sekutu untuk diserahkan.
Bahkan para pemuda radio di Bandung yang menguasai Bandung Hoso Kyoku mengganti nama Bandung Hoso Kyoku dengan Siaran Radio Republik Indonesia Bandung yang dikumandangkan bertepatan dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan pada pukul 19.00 waktu Jawa dari studionya di jalan Tegallega Timur no.15 Bandung oleh pemuda Sakti Alamsyah, Odas Sumadilaga, RA.Darya, dan beberapa penyiar lain dalam beragam bahasa.
Ini dapat tersiar keseluruh dunia berkat bantuan PTT yang pusatnya di kota Bandung.
Tehnisi saat itu Brotokusumo menyebut bantuan PTT sangat penting karena pemancar mereka di Dayeuhkolot sangat besar.
Saksi yang mendengar siaran proklamasi dari Bandung adalah seorang mahasiswa di Baghdad Irak bernama Imron Rosadi. Ia mendengar siaran itu saat tengah malam setelah shalat tarawih.
Atas siarannya ini, studio kemudian keesokan harinya didatangi pasukan Jepang dan beberapa pegawai yang ada di dalam gedung ditangkap.
Beruntung Sakti Alamsyah sedang berada di luar gedung sehingga ia lolos dari penangkapan.
Beberapa hari kemudian para pegawai pribumi itu di keluarkan kembali tanpa luka luka.Tetapi Radio tetap disegel.
Di Jakarta, Yusuf Ronodipuro melakukan hal serupa, ia berhasil membacakan teks proklamasi yang telah diselundupkan. Sayangnya ia ketahuan dan akhirnya ditangkap dan disiksa kempetai Jepang. Beruntung nyawanya berhasil terselamatkan.
Di Surabaya teks proklamasi batal dibacakan karena keburu disita prajurit Jepang. Namun demikian salah seorang penyiar berhasil mengumumkannya dalam bahasa Madura yang tidak dipahami Jepang dalam acara hiburan.
 
 
Akhirnya setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka atas perintah Hoso Kanri Kyoku, pada tanggal 19 Agustus 1945 semua Hoso Kyoku dihentikan kegiatannya.
Selamanya berkuasanya pemerinta militer Jepang di Indonesia boleh dikatakan merupakan babak baru bagi penyiaran radio di Indonesia. Babak baru ini ditandai dengan beberapa hal:
Baris 205 ⟶ 218:
Pada hakikatnya, siaran radio dimasa pendudukan Jepang telah mempersiapkan rakyat Indonesia dan mendorong matangkan Angkatan Mudanya yang memasuki pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.
Akibat disegelnya semua gelombang pada pesawat-pesawat radio milik umum oleh penguasa Jepang, maka berita mengenai menyerahnya Jepang kepada sekutu diketahui agar terlambat oleh masyarakat Indonesia.
Namun berkat keberaniaan para pejuang kita yang melakukan gerakan di bawah tanah dan selalu mengikuti perkembangan perang Pasifik melalui siaran-siaran luar negeri. Kemudian diketahuilah secara pasti bahwa Jepang telah kalhkalah dalam Dai Toa Senso ( Perang Asia Timur Raya ) dan menyerah kepada sekutu tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945.
Berita inilah yang mendorong angkatan muda Indonesia mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan pada esok harinya tanggal 19 Agustus 1945, sedangkan kedua pemimpin tersebut tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya sebagai ketua dan wakil ketua panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Kedua pemimpin tersebut tetap hendak membawa persoalan itu kedalam sidang PPKI yang sudah dijadwalkan untuk diadakan pada tanggal 18 Agustus 1945. Akibat adanya pendapat antar golongan tua dan golongan muda ini telah menimbulkan suatu drama yang dikanal sebagai " peristiwa rengasdengklok ".