Arab Melayu, Pelayangan, Jambi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala
Baris 16:
}}
 
'''AanArab ganteng gendut hahahaMelayu''' adalah salah satu [[kelurahan]] di [[Kecamatan]] [[Pelayangan, Jambi|Pelayangan]], Kota [[Kota Jambi|Jambi]], Provinsi [[Jambi]], [[Indonesia]]. Asal nama kelurahan "Arab Melayu" merupakan asal mula terbentuknya penyebaran [[islam]]. Di kelurahan ini pada zaman dahulu para [[musafir]] dari negeri Arab tinggal, menetap, dan membuat desa kecil yang bercampur dengan masyarakat melayu. Berdasarkan rujukan tersebut munculah sejarah kelurahan Arab Melayu (Perpaduan Masyarakat Arab dan Melayu). Hal ini diperkuat dengan adanya ahli waris yang merupakan warga Kelurahan Arab melayu terhadap makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah, Ulama dari negeri arab yang dimakamkan di pemakaman Arab Melayu.
 
Di kelurahan ini terdapat sebuah masjid yang bernama masjid Jami' Baalawy, jembatan gantung yang membelah sungai Batang Hari dan juga Menara Gentala Arasy (Icon Kota Jambi). 100M dari menara ini terdapat sebuah rumah keturunan Arab yang sudah berumur lebih dari 300 tahun yang merupakan rumah keluarga besar Husin Bin Syeh Aljufri, rumah ini merupakan cagar budaya di tempat tersebut dan sudah dilakukan renovasi dari gubernur Kota Jambi Zulkifli Nurdin. 100% penduduk di kelurahan ini adalah agama Muslim. kebudayaannya berbeda dari kelurahan ataupun kecamatan yang ada di kota jambi karena di kelurahan ini menganut kebudayaan campuran masyarakat Arab dan masyarakat Melayu, hal ini terlihat saat lebaran idul fitri maupun idul adha, sebagian besar masyarakat Arab Melayu melakukan "Wakafa", yaitu bersilaturrahmi ke rumah warga yang ada di kelurahan arab melayu dan membaca tahlil singkat hal ini dilakukan secara berkelompok 20-50 orang laki-laki yang terdiri dari anak kecil remaja, hingga lansia yang masih mampu berjalan. Kuliner kelurahan arab melayu juga lebih banyak mengarah ke timur tengah. Misalnya nasi kebuli, nasi minyak, aneka masakan pedas seperti kari. Mayoritas penduduk asli kelurahan Arab Melayu memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan pengusaha sedangkan masyarakat pendatang menjadi buruh "ketek". Ketek merupakan transportasi seperti perahu namun bisa mengangkut hingga 15 orang menyebrangi sungai Batang Hari.