Pelajar Islam Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
typo Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor |
|||
Baris 36:
== Sebab-sebab berdirinya PII==
Kebijakan politik Belanda dan Jepang pada masa
Kemudian tampak bahwa keadaan seperti ini mulai menimbulkan dikotomi dalam dunia pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara pelajar hasil pendidikan umum (Barat) dengan pelajar hasil pendidikan pesantren. Para pelajar hasil didikan Belanda merasa canggung bergaul dengan masyarakat Islam. Padahal, mereka juga muslim. Sebaliknya, banyak masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya umat Islam yang tidak bersimpati pada mereka karena dianggap sebagai pengikut Belanda. Keadaan seperti ini tentu saja akan mengancam perkembangan bangsa dan umat Islam ke depan.
Baris 51:
Selanjutnya dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Joesdi Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres. Setelah melalui proses perdebatan karena perbedaan pandangan, akhirnya peserta menyetujui ide ini. Kongres kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam juga mengamanatkan kepada utusan Kongres GPII yang kembali ke daerah masing-masing untuk memperlancar berdirinya organisasi khusus pelajar Islam itu.
Tindak lanjut keputusan Kongres itu, pada hari Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar pertemuan di Kantor GPII, Jalan Margamulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan itu hadir Joesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi pelajar Islam lokal yang telah ada. Pertemuan yang dipimpin oleh Joesdi Ghozali itu diputuskan
== Tujuan, Tugas, dan Fungsi ==
Baris 71:
=== Masa Orde Baru ===
* [https://www.google.co.id/books/edition/Darmabakti_Pelajar_Islam_Indonesia/U6TGDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pelajar+islam+indonesia&pg=PA8&printsec=frontcover Penolakan Asas Tunggal],
* UU Perkawinan,
* Advokasi Pemakaian Jilbab di Sekolah Umum,
|