Setelah kematian Tiku, kekuatan kolonial berharap dia akan dilupakan, sebuah harapan yang tidak terwujud; [27]{{sfn|Adams|2006|p=143}} Tandibua' memberontak pada tahun 1917, dan pemberontakan lokal lainnya muncul di berbagai daerah di Sulawesi sampai penarikan Belanda setelah pendudukan[[Pendudukan Jepang .di [40Indonesia|Pendudukan Jepang]].{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=65–66}} Selama pendudukan, pasukan Jepang menggunakan Tiku sebagai simbol perjuangan Toraja melawan agresi kolonial, bekerja untuk menyatukan rakyat melawan Eropa. Namun, hal ini kurang diterima di daerah taklukan seperti Baruppu'{{sfn|Bigalke|2005|p=199}} [41] dan Sesean, di mana Tiku dikenang sebagai pria yang membunuh orang lain untuk mencuri istri mereka. [42]{{sfn|Volkman|1985|p=27}}
Pemerintah [[Kabupaten Tana Toraja]] mendeklarasikan Tiku sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964, [28]{{sfn|Friend|2003|p=352}} dan pada tahun 1970 sebuah monumen untuknya dibangun di tepi Sa'dan. [27]{{sfn|Adams|2006|p=143}} Tiku dinyatakan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dengan Keputusan Presiden 073/TK/2002 pada tanggal 6 November 2002.{{sfn|Indonesian [43]Social Ministry, Daftar Nama Pahlawan}} Pada peringatan kematian Tiku, upacara peringatan diadakan di ibukota provinsi [[Makassar]]. [27]{{sfn|Adams|2006|p=143}} Selain beberapa jalan, [[Bandara Pongtiku]] di Tana Toraja dinamai menurut namanya. [44]{{sfn|Volkman|1985|p=166}}