Arsitektur dan peninggalan sejarah di Surakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{inuse}} thumb|300px|Keraton Surakarta Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta memiliki banyak kawasan dengan…' |
|||
Baris 30:
==Pasar Gedhe Hardjonagoro==
{{artikel|Pasar Gede Harjonagoro}}
[[Berkas:Pasar Gede Harjonagoro.jpg|thumb|300px|Pasar Gede Hardjonagoro]]
Pada jaman kolonial Belanda, Pasar Gedhe merupakan sebuah pasar "kecil" yang didirikan di area seluas 10.421 meter persegi, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang sekarang digunakan sebagai Balaikota Surakarta. Bangunan ini di desain oleh arsitek Belanda bernama Ir. [[Thomas Karsten]] yang selesai pembangunannya pada tahun [[1930]] dan diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Diberi nama Pasar Gedhe karena terdiri dari atap yang besar (''Gedhe'' artinya besar dalam [[bahasa Jawa]]). Seiring perkembangan waktu, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta.
Awalnya pemungutan pajak (retribusi) dilakukan oleh [[abdi dalem]] Kraton Surakarta. Mereka mengenakan pakaian tradisional Jawa berupa jubah dari kain (lebar dan panjang dari bahan [[batik]] dipakai dari pinggang ke bawah), [[beskap]] (semacam kemeja), dan [[blangkon]] (topi tradisional). Pungutan pajak kemudian akan diberikan ke Keraton Kasunanan.
Pasar Gedhe terdiri dari dua bangunan yang terpisah, masing masing terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang bertuliskan 'PASAR GEDHE''.
Arsitektur Pasar Gedhe merupakan perpaduan antara gaya Belanda dan gaya tradisional. Pada tahun [[1947]], Pasar Gedhe mengalami kerusakan karena serangan Belanda. Pemerintah Indonesia kemudian merenovasi kembali pada tahun [[1949]]. Perbaikan atap selesai pada tahun [[1981]]. Pemerintah Indonesia mengganti atap yang lama dengan atap dari kayu. Bangunan kedua dari pasar gedhe, digunakan untuk kantor [[DPU]] yang sekarang digunakan sebagai pasar buah.<ref>http://www.solonet.co.id/sololama/pasargede.htm</ref>
=== Pasar Klewer ===
{{sect-stub}}
[[Berkas:Pasar Klewer.jpg|frame|Gapura Kraton dan Pasar Klewer (tampak belakang)]]
Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik terbesar di Indonesia. Pasar ini terletak di dekat [[Keraton Kasunanan]] dan di seberang [[Masjid Agung Surakarta]]
=== Rumah Sakit Kadipolo ===
Rumah Sakit Kadipolo terletak di jalan Dr. [[Radjiman Wedyodiningrat|Radjiman]] dengan luas lahan sekitar 2,5 Ha. Rumah sakit ini didirikan pada masa pemerintahan Sunan [[Paku Buwono X]].
Pada mulanya bangunan ini dibangun khusus untuk poliklinik para abdi dalem kraton. Karena masalah biaya, pada tahun [[1948]] pengolahannya diserahkan kepada [[Pemda Surakarta]] disatukan dengan pengolahan [[Rumah Sakit Mangkubumen]] dan [[Rumah Sakit Jebres]]. Namun dengan syarat bahwa keluarga kraton dan pegawai kraton yang dirawat di rumah sakit tersebut mendapat keringanan pembiayaan. Tahun [[1960]] pihak keraton menyerahkan Rumah Sakit Kadipolo sepenuhnya termasuk investasi bangunan berikut seluruh pegawai dan perawatnya kepada Pemda Surakarta.
Tanggal [[1 Juli]] [[1960]] mulai dirintis penggabungan Rumah Sakit Kadipolo dengan Rumah Sakit Jebres dan Rumah Sakit Mangkubumen di bawah satu direktur yaitu dr. [[Sutedjo]]. Kemudian masing-masing rumah sakit mengadakan spesialisasi, RS. Jebres untuk anak-anak, RS. Kadipolo untuk penyakit dalam dan kandungan serta RS. Mangkubumen untuk korban kecelakaan.
[[1 Agustus]] [[1976]] diadakan pemindahan pasien dari RS. Kadipolo ke RS. Mangkubumen sebagai persiapan berdirinya SPK ([[Sekolah Pendidikan Keperawatan]]). Pemindahan pasien selesai sampai awal April 1977.
[[24 April]] [[1977]] SPK resmi berdiri dengan menempati bangunan RS. Kadipolo.
Kampus SPK hanya bertahan 5 tahun karena Februari [[1982]] [[Departemen Kesehatan Republik Indonesia|Depkes]] Pusat memerintahkan untuk mengosongkan RS. Kadipolo untuk dipindah ke kawasan Mojosongo.
Sejak tahun [[1985]] bangunan tersebut menjadi milik klub sepak bola [[Arseto]] sebagi tempat tingal dan ''mess'' bagi para pemain Arseto Solo. Namun kini sebagian besar bangunan dibiarkan kosong tak terawat.<ref>http://www.solonet.co.id/sololama/rs_kadipolo.htm</ref>
=== Dalem Poerwadiningratan ===
Dalem Purwodiningratan terletak di lingkungan dalam Keratonan, Baluwarti dan merupakan bangunan dalem yang terluas, terbesar dengan pagar tertinggi di lingkungan itu (90m x 100m atau sekitar 1 Ha).
Bangunan ini dibuat oleh Sunan [[Paku Buwono IV]] bersamaan dengan dibangunnya [[Dalem Suryohamijayan]] dan [[Dalem Sasonomulyo]]. Ketika Dalem Poerwadiningratan selesai dibangun, Sinuhun PB IV berkenan untuk mengadakan ''Lenggah Sinoko'' (sidang pemerintahan dihadapan para menteri) di bangunan tersebut.
Dalem ini kemudian diserahkan kepada [[Ratu|Kanjeng Ratu]] [[Pembayun]] yang dinikahi oleh [[KPH|KGPH]] [[Mangkubumi II]], kemudian diwariskan kepada [[KPH]] [[Riyo Atmodjo]]. Putra beliau yang mendapatkan hak waris atas dalem adalah [[Raden Mas|Kanjeng Raden Mas]] [[Haryo Purwodiningrat Sepuh]] dan kemudian pada putranya lagi Kanjeng Raden Mas [[Tumenggung Haryo Purwodiningrat]].
Demikian hingga kawasan ini bernama Poerwadiningratan. (Menurut aturan Jawa, Dalem diberi nama sesuai dengan pemilik terakhir bangunan). Sampai sekarang Dalem Poerwodiningratan dimiliki oleh segenap keluarga keturunan Poerwadiningrat.
Rumah Jawa merupakan pencerminan diri pemilik-nya oleh karena itu seringkali pamor rumah Jawa akan berangsur-angsur turun atau hilang setelah pemiliknya meninggal dunia.
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Haryo Poerwodiningrat adalah seorang [[Bupati]] [[Keraton Kasunanan Surakarta]] yang pernah menjabat sebagai penguasa [[Taman Sriwedari|Sriwedari]].
|